Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Cerita Rakyat Sasak, Doyan Medaran (Doyan Makan) Denah Dongeng Lombok

RAGAM LOMBOK – Dikisahkan Pada zaman dahulu di tempat Lombok selatan pesisir pantai takar-akar tinggallah seorang kyai beserta seorang istrinya. Sang suami namanya Penghulu Alim, ia dipanggil Pengghulu Alim karna ia yaitu seorang kyai dan sering diundang  dalam program perkawinan sekaligus menjadi penghulunya. 

Dikisahkan Pada zaman dahulu di tempat Lombok selatan pesisir pantai takar Cerita Rakyat Sasak, Doyan Medaran (Doyan Makan) Sketsa Cerita Lombok

Pada suatu hari, penghulu alim diundang keacara kawinan, dan pada dikala itu istrinya sedang dalam keadaan hamil, penghulu alim akan pergi beberapa bulan sehingga sebelum berangkat, sang penghulu alim menyerahkan seutas sabuk dan selendang kepada istrinya seraya berkata “ istriku,,, nanti kalau anak kita lahir dan sudah bisa berjalan suruhlah untuk mencariku ditempat program kawinan itu, dan ikatkan sabuk dan selendang itu sebagai pakaiannya semoga saya sanggup mengenalinya”. istrinya dengan penuh kelembutan pun menjawab “ oke kakak” seraya menyiapkan perbekalan untuk suaminya sang penghulu alim

Sepergi suaminya Penghulu Alim, lahirlah Si Kuat Makan(Si Kuat Medaran) dan dirawat oleh sang ibunya seorang. Ketika si berpengaruh medaran sudah menginjak beberapa bulan ia sudah bisa berjalan dengan lincahnya. Namun selama kelahiran ia belum tau siapa dan dimana ayahnya. Akhirnya si berpengaruh medaran  pun bertanya pada ibunya “ibu… dimanakah ayahku?. Kata Si Kuat Medaran kepada ibunya. Ibunya menjawab; ayahmu diundang ke program kawinan tempat sebelah, “tapi kenapa hingga kini belum juga pulang.. Bu?  . Kata si berpengaruh medaran lagi kepada ibunya.Sambil mengelus anaknya ibunya pun menjawab,”mungkin ayahmu sibuk disana, karna banyak undang yang harus dipenuhi, kalau kau mau melihat ayahmu maukah kau menyusulnya anakku..!. kata ibunya seraya menatap Si Kuat Medaran.“Mau ibu, tapi dimanakah tempat ayah….“berjalanlah desa diutara, nanti kalau kau menemukan ada program (begawe), tanyalah kepada warga disana wacana ayahmu Penghulu Alim..” kata ibunya“kalu begitu oke buuu…”jawab Si Kuat MedaranAkhirnya dengan perasaan cemas ibunya menyiapkan perbekalan untuk Si Kuat Medaran. Walaupun masih kecil tapi Si Kuat Medaran mempunyai kekuatan yang sangat tinggi. 

Setelah perbekalan sudah siap si berpengaruh medaran pun berangkat. Selama dalam perjalanan Si Kuat Medaran tidak pernah menemukan suatu halangan yang berarti, walaupun masih kecil namun anak ini mempunyai kekuatan yang sangat  tinggi dan anehnya lagi sang anak mempunyai kebiasaan makan yang banyak tanpa pernah puas itulah sebabnya ia di juluki Si Kuat Medaran(makan). Sesampai ditempat itu, Si Kuat Medaran bertemu dengan beberapa anak kampung yang sedang bermain-main di luar pagar pembatas dusun itu, dan kebetulan disana kebetulan lagi ada program kawinan atau begawe (roah ) dalam bahasa sasaknya. Sang anak pun ikut bermain dengan belum dewasa itu, namun keganjilan terjadi, setiap anak yang disentuh selalu mencicipi kesakitan, ada yang nangis. Melihat hal itu ada anak asing yang tiba kedusun mereka yang mempunyai kekuatan aneh, kesannya penduduk dusun itu pun membawa Si Kuat Medaran ketempat begawe atau program itu, dan kebetulan ayahnya ada disana lagi pimpin program ijab kabul itu.

Penduduk desa membawa si berpengaruh medaran keberanda atau betaran dan dikasih makan oleh penduduk setempat. Namun si berpengaruh medaran selalu minta makanannya ditambah, penduduk setempat menuruti kemauan si berpengaruh medaran, sampai-sampi persedian masakan untuk tamu yang lain pun habis. Sehingga ditempat inilah ia mulai dipanggil dan dijuluki si berpengaruh medaran (makan). Mendengar ada kegaduhan dengan kedatangan anak masih kecil tetapi makannya tidak pernah kenyang kesannya sang penghulu alim pun melihatnya dengan penuh penasaran. Dengan raut wajah yang kaget sang penghulu alim terkejut bukan main ketika melihat si berpengaruh medaran itu yaitu anaknya sendiri. Sang penghulu alim mengetahuinya dari pakaian dan sabuk yang digunakan Si Kuat Medaran karna itu yaitu pemberiannya kepada istrinya dulu ketika sedang hamil.

Dengan persaan aib penghulu alim tidak mengakui bahwa itu yaitu anaknya sendiri. Penghulu alim pun pamit dan mebawa si berpengaruh medaran untuk pulang kerumahnya menanyakan kepada istrinya apakah benar si berpengaruh medaran itu yaitu anaknya.Setelah bencana ditempat program begawe itu, penghulu alim jadi sangat membenci si berpengaruh medaran karna ia merasa telah dipermalukan oleh anaknya sendiri sebagai seoarang kyai. Ketika hingga dirumahnya sang penghulu alim pun eksklusif menemui istrinya kemudian bertanya”“istriku,,,! Panggil sang Penghulu Alim terhadap istrinya.“Yaa suamiku…” jawabnya dengan nada lemah lembut “apakah benar anak ini yaitu anak kita” kata Penghulu Alim dengan nada sedikit garangSang istri pun menjawabnya; “yaaa…  emang benar itu yaitu anak kita, memangnya ada apa dengan anak kita”Dengan rasa hirau dan besar kepala sang penghulu laim pun berkata “dia telah mempermalukan aku, di tempat program begawe itu, dengan kebiasaan makannya yang tidak puas dan merasa kenyang hingga persedian masakan ditempat itu habis dimakan oleh anak kita itu”Namun si berpengaruh medaran membisu tak berkata, walaupun ayahnya memarahinya dan kini sudah membenci dirinya namun ia tetap penurut terhadap ayahnya penghulu alim. 

Sang penghulu alim sendiri sangat membenci anaknya sehingga ia berniat membunuh si berpengaruh medaran meski ia yaitu anak kandungnya sendiri.Pada suatu hari sang penghulu alim berniat mau membunuh si berpengaruh medaran. Dia mengajak si berpengaruh medaran kesebuah sumur tanpa sepengetahuan istrinya. Sesampainya di sumur itu, sang penghulu alim eksklusif mengajak si berpengaruh medaran untuk membuang air sumur itu. Tanpa banyak bicara si berpengaruh medaran menuruti seruan ayahnya meskipun Sang Penghulu Alim sangat membencinya. Akhirnya ketika air sumur sudah mau mengering  sang penghulu pun istirahat dan menyuruh Si Kuat Medaran untuk mengumpulkan ikan-ikan yang ada dalam sumur itu. Sang penghulung pun naik dari sumur itu, dan mencungkil sebuah kerikil yang sangat besar kemudian digelindingkankan kedalam sumur itu. Si berpengaruh medaran yang lagi asyik mengumpulkan ikan didalam sumur itu pun eksklusif tertimpa oleh kerikil yang besar itu. Dengan perasaan puas telah membunuh anaknya yang dibencinya, penghulu alim eksklusif pulang.

Ibunya Si Kuat Medaran duka dan gelisah sejak kepergian suaminya dan  si berpengaruh medaran yang  tak pulang-pulang juga. Ketika melihat sang suami penghulu alim sudah pulang sementara Si Kuat Medaran tak kunjung pulang, sang ibu bertanya kepada suaminya itu.
 “suamiku… apakah kau melihat anakmu si berpengaruh medaran” Tanya sang ibu dengan perasaan cemas.

Penghulu alim pun menjawabnya dengan tanggapan yang singkat dan hirau “ah… tadi saya liat ia di hutan lagi mengejar burung” jawabnya hirau sembari masuk kedalam kamar dan tidur, lantaran merasa puas telah bisa membunuh si berpengaruh medaranSementara ibunya Si Kuat Medaran gelisah bercampu cemas, karna anaknya tak jua pulang, hingga matahari sudah masuk diperaduannya si berpengaruh medaran masih belum juga pulang kerumah. Dengan perasaan cemas dan berlinang air mata sang ibu duduk diberanda rumahnya menunggu kepulangan anaknya Si Kuat Medaran. Ketika dipertengahan malam sang ibu yang lagi duduk duka menunggu anaknya dikejutkan dengan kedatangan anaknya Si Kuat Medaran dengan membawa kerikil dipundaknya yang begitu besar seraya berkata;
“ibu… ibuuuu… dimanakah  aku taruh kerikil besar ini”
 “Oohh taruhlah disana anakku” jawab ibunya dengan perasaan kaget campur bahagia karna anaknya sudah kembali.Si Kuat Medaran pun membanting kerikil itu hingga terjadinya gempa disekitar rumahnya. Sementara Penghulu Alim yang lagi nyenyak tidur kaget dengan adanya gempa , ia eksklusif keluar rumah. Dan yang lebih mengagetkan dan membingungkan yaitu pulangnya Si Kuat Medaran sambil membawa kerikil besar yang ia gunakan untuk membunuhnya tadi siang.  

Konon kerikil itu hingga kini di sebut kerikil penyenger (yaitu kerikil dari sifat murka campur kesal dai penghulu alim Melihat bencana ini,  lagi- lagi Penghulu Alim semakin berniat untuk  membunuh anaknya. kemarin ia gagal membunuhnya dengan menimpakan kerikil besar, kali ini penghulu alim berencana untuk mengajaknya  menebang pohon dihutan. Tapi Kali ini Penghulu Alim meminta izin kepada istrinya,,, untuk mengajak si berpengaruh medaran untuk menebang pohon di hutan. Tanpa berpikir dan merasa mau dibunuh si berpengaruh medaran pun menuruti seruan ayahnya, begitu juga ibunya pun mengizinkannya.Akhirnya keesokan harinya, ketika matahari mulai menyongsong sang ibu menyiapkan bekal seadanya dan peralatan untuk suami dan anaknya Si Kuat Medaran.

Si Kuat Medaran dan ayahnya Penghulu Alim pun berangkat kehutan. hutan yang dipilihnya yaitu hutan yang punya pohon-pohon yang besar. Setelah menemukan target yang sempurna dan pohon yang besar dan tinggi, penghulu alim pun eksklusif memulai untuk menebang pohon ini, sementara Si Kuat Medaran disuruh untuk istirahat dulu. Beberapa waktu kemudian penghulu alim sudah kelelahan, ia pun menyuruh anaknya si berpengaruh medaran untuk melajutkannya. Setelah selang beberapa waktu pohon pun sudah punya gejala mau tumbang, dengan cepat penghulu alim menggantikan Si Kuat Medaran kemudian menyuruhnya untuk duduk ketempat dimana arah pohon itu akan tumbang. Tanpa berkomentar Si Kuat Medaran pun menuruti saja kemauan ayahnya. Ketika Si Kuat Medaran duduk ditempat yang disuruhnya sang Penghulu Alim melanjutkan untuk menebang pohon itu yang sudah mau tumbang. Dengan cepat  tumbanglah pohon itu sempurna dimana si berpengaruh medaran duduk. Karna besarnya pohon ini Si Kuat Medaran pun belum sempat untuk menghindar dan tertimpa oleh pohon ini hingga tidak berkutik. Lagi-lagi penghulu alim pulang dengan perasaan bahagia karna usahanya untuk membunuh si berpengaruh medaran pun berhasil. 

Sesampai dirumah sang ibu pun bertanya kepada suaminya,,,Kakanda suamiku,,, kemana anakmu Si Kuat Medaran. Kenapa ia tak pulang bersamamu…???Penghulu alim ; “anakmu masih asyik bermain-main dihutan tadi, sudah saya ajak pulang tapi tidak mau….!!Seperti hari-hari sebelumnya sang Penghulu Alim pun masuk kedalam kamar rumahnya. Sementara ibunya si berpengaruh medaran mencemaskan anaknya.  Malam sudah tiba, tapi si berpengaruh medaran tak juga ada yang pulang. Ibunya duka campur gelisah menanti kepulangan anaknya diteras rumah. Dengan cara sebelumnya, ketika dipertengahan malam, si berpengaruh medaran pun pulang dengan membawa pohon besar beserta ranting-rantingnya kerumahnya. “Ibu,,,, ibu,,, ayah… dimanakah saya menaruh pohon ini???” ,,,kata Si Kuat Medaran“Taruhkan saja disana anakku…” jawab sang ibu dengan bahagia lantaran anaknya telah kembali, namun ia kaget dan gundah dengan tingkah anaknya yang bisa membawa kerikil besar dan pohon yang besar. Sementara sang penghulu alim semakin menbenci kelakuan Si Kuat Medaran. Namun si berpengaruh medaran masih menuruti kemauannya.

Setelah bencana itu sang Penghulu Alim semakin membenci anaknya si berpengaruh medaran, namun Si Kuat Medaran tetap menuruti kemauan ayahnya. Sang penghulu alim gundah dengan cara apa untuk melenyapkan anaknya itu. Sehingga kali ini ia berpikir untuk mengusirnya tanpa sepengetahuan ibunya. Si berpengaruh medaran pun menuruti kemauan ayahnya sehingga ia pun pergi kearah barat di wilayah Poret yaitu salah satu dusun kecil didaerah pesisir pantai. Setelah beberapa usang tinggal ditempat itu, dengan kelakuannya yang kalau makan tak pernah kenyang menciptakan masyarakat di didusun Poret ini enggan untuk mengasihnya makan. Pada suatu waktu si berpengaruh medaran merasa lapar sekali, dan meminta masakan pada penduduk. Sehingga salah satu warga yang mempunyai sebuah lumbung padi yang mau mengasihnya makan tapi dengan memberi satu syarat. Orang ini akan memberi makan apabila Si Kuat Medaran bisa mengangkat lumbung padi miliknya dan bila bisa mengangkatnya, ia boleh membawa pulang lumbung padi itu. tanpa banyak komentar si berpengaruh medaran menuruti syarat itu. Dengan kesaktian yang dimilikinya ia mengangkat lumbung itu, dan bergegas pulang. Sementara orang itu tercengang kaget melihat bencana itu, ia merasa menyesal telah meremehkan Si Kuat Medaran.Sambil membawa lumbung padi beserta isinya, Si Kuat Medaran pulang kerumahnya. Ibunya sudah usang menunggu kepulangannya. Sesampai dirumahnya, Sang Penghulu Alim dan sang ibu kaget dengan anaknya itu. Kali ini sebuah lumbung yang dibawa pulang. Sang penghulu alim melihat kepulangan Si Kuat Medaran, semakin membencinya dan semakin kesal terhadapnya. Dengan segala perjuangan untuk melenyapkan si berpengaruh medaran namun selalu gagal.

Kini Si Kuat Medaran sudah tumbuh dewasa, namun ayahnya tetap membencinya. Tak ada rasa kasih saying yang diberikan ayahnya untuknya. Ayahnya berharap tidak mau melihatnya. dengan itulah Si Kuat Medaran merasa harus pergi jauh dari hadapan ayah untuk selamanya. Dia pun berbicara kepada ibunya dan menjelaskan wacana ayahnya yang selama ini membencinya dan tak pernah mengangganya sebagai anaknya. Si berpengaruh medaran meminta izin dan restu ibunya untuk pergi jauh mengembara untuk selamanya. Walupun berat hati walau ibu maupun si berpengaruh medaran namun tidak pilihan lain baginya kecuali pergi. Sang ibu dengan berat hati mengizinkan anakmya itu.

Keesokan harinya sang ibu  menyiapkan perbekalan untuk anaknya Si Kuat Medaran dengan seadanya. Sang ibu menyiapkan tujuh buah ketupat, satu pisau kecil dan moto siu (adonan dari beras merah yang dicampur parutan kelapa).ibunya menyediakan pisau untuk membelah ketupatnya. Setelah perbekaln sudan siap si berpengaruh medaran pun berpamitan kepada ibunya dan juga ayahnya penghulu alim. Dengan menangis sang ibu memeluk anaknya erat-erat karna ini yaitu pelukan terakhir untuk anaknya itu, sedangkan sang penghulu tetap biasa saja, ,malah ia bahagia sekali atas kepergian Si Kuat Medaran.

Seusai berpelukan Si Kuat Medaran pun berangkat dan pergi mengembara kearah timur.Selama dalam pengembaraannya ia bertemu dengan dua seorang cowok yaitu Seger Penyalin dan Kambing Moter. Dengan kedua sahabatnya itu ia jalani hari-harinya dan melawan jin-jin maupun seorang raksasa yang menggangunya hingga mereka bertemu dengan tiga orang gadis. Salah satu gadis itu berpakaian kotor lantaran dilumuri lumpur. Merka sangat menginginkan seorang untuk menemaninya selama dalam pengembaraannya. Mereka pun melaksanakan undian siapa yang menang ia yang sanggup yang paling cantik. Namun Si Kuat Medaran selau kalah dan dengan terpaksa ia mendapat gadis yang kotor itu. Namun Si Kuat Medaran sangat terpesona akan kecantikan gadis itu sehabis gadis itu membersihkan dirinya. Dia terlihat berbeda dari sebelumnya.

Tidak hanya Si Kuat Medaran yang terpana melihatnya, seger penyalin dan kambing moter pun melihatnya tanpa berkedip dan merasa iri terhadap si berpengaruh medaran. Malah mereka ingin mengulangi undian itu.Selama dalam pengembaraannya Si Kuat Medaran dan teman-temannya itu, menunjukkan nama setiap tempat yang di lewati diantaranya dusun Tambuk dan Gunung Junjung. Dan konon ceritanya Si Kuat Medaran Ini yaitu nenek moyang dari raja pejanggik di Lombok timur.



Sumber http://catatanlombok.blogspot.com

Tidak ada komentar