Saya selalu ingin berkunjung ke Yogyakarta, since like.. forever. Tempat ini kan jadi destinasi wisata yang wajib ya bagi seluruh rakyat Indonesia. And it’s pretty embarassing alasannya ialah saya belum pernah sama sekali kesana, sementara semua anggota keluarga saya udah pernah. Tapi alhamdulillah, risikonya kesempatan itu tiba jua, meskipun saya ngga merencanakannya sama sekali!
And here where the story begins..
Berhubung jatah cuti saya tahun ini masih banyak, dan biar supaya tidak gosong dan merugi, saya memutuskan untuk menggunakannya di tanggal 29—30 November (2 hari), ditambah libur tanggal 1, jadi saya sanggup 5 hari libur. Yey.
Saya berencana pergi ke Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, untuk menyaksikan Orang Utan secara langsung. Dan jikalau ekspresi dominan hujan gini, mereka banyak yang keluar dari sarang. Tapi kemudian, ternyata saya sanggup seruan temen nikah tanggal 3 Desember, so yah saya terpaksa membatalkan planning saya. Sayang sih, tapi yah demi menghormati sahabat that’s okay.
Saya risikonya banting setir cari tujuan lain dan risikonya tercetuslah nama
Yogyakarta.
Great! Dan saya hanya punya waktu 2 hari buat atur semuanya! Kaprikornus saya mulai riset ke seluruh penjuru dunia maya, baca blog, artikel,
Tripadvisor, booking tiket, hotel,
everything. Semua harus direncakanan sesempurna mungkin alasannya ialah kali ini saya akan pergi s e n d i r i a n.
Yup,
solo trip.
So excited!
Selasa, 28 November 2017.
Saya berangkat ke
Yogya naik bus
Rosalia Indah (dari
Jember) sekitar pukul 18.30, dengan tiket seharga Rp165.000, yang saya pesan
online via website. Pas hingga di
pool, saya agak sulit cek in-nya alasannya ialah tampaknya sistem
online ticketing mereka masih belum bagus & singkron, jadi mungkin akan lebih gampang jikalau kita beli tiket pribadi
on the spot (kalau ngga lagi rame) atau
by phone/sms.
Off we go
Saya menduga (dan berharap) akan hingga di Yogya sekitar pukul 06.00 jadi saya sanggup pribadi jalan selagi masih pagi, tapi saya segera menyesalinya ketika risikonya saya tiba di Yogya pukul... 08.00!
Apa mungkin kalo naik bus patas umum (macem Bus Mila) gitu sanggup lebih cepat yes?
Adi Sucipto Airport
Rabu, 29 November 2017
Saya turun di Bandara Adi Sucipto dan tujuan pertama saya ialah Kompleks Candi Prambanan yang jaraknya hanya 10 menit saja. Saya nyobain naik Transjogja dan ternyata emang nyaman banget, dan cukup membayar Rp3.500 tuk sekali jalan. Pabila kita ingin pergi ke suatu tujuan dan galau pindah-pindah busnya gimana, tanyakan saja kepada para petugas di dalam bus atau halte dan mereka akan bahagia hati akan membantu Anda.
Inside the Transjogja
Begitu hingga halte Prambanan, kita tinggal jalan ke arah timur ±5 menit, dan sampailah kita di Candi Prambanan. Agak kzl juga ya ternyata disana udah rame banget orang, ada rombongan bus juga, sehingga akan sangat amat susah buat dapet foto yang “bersih”. Padahal bukan hari libur lho, tapi teteup aja banyak yang kesana. Hft.
Udah rame banget yha Alloh
Oke, jadi di loket tiket Candi Prambanan ini ada beberapa opsi. Kalau kita cuman mau masuk ke Prambanan harga tiketnya Rp40.000, jikalau mau ke Prambanan & Keraton Ratu Boko tiket terusannya Rp75.000, dan jikalau mau ke Prambanan + Candi Plaosan & Sojiwan, harganya Rp60.000. Dan kita akan disediakan shuttle bus gratis untuk paket ini.
The ticket counter
Saya berniat mengunjungi semua tempat tersebut, dan beberapa candi lain—yang dari yang saya baca, di sekitar Prambanan ini paling tidak ada 12 candi yang letaknya tidak terlalu, so I really really wanted to visit them all. Saya risikonya beli tiket kanal Prambanan—Ratu Boko dulu, gres nanti beli lagi buat ke Plaosan & Sojiwan alasannya ialah rute kedua paket ini saling berlawanan arah.
Saya lantas memasuki area Prambanan dan mata saya pribadi tertuju pada bangunan candi yang terletak di tengah sana...
Welcome...
Omaygat.. risikonya saya sanggup melihatnya secara langsung!
So prettyy..
The majestic Prambanan
Sebagai candi hindu terbesar di Indonesia, dan salah satu yang tercantik di Asia Tenggara, Prambanan tentu menarik perhatian wisatawan dari seluruh penjuru negeri, dan penjuru dunia. Letaknya unik, pintu masuknya berada di wilayah Klaten, Jawa Tengah, sementara candinya sendiri masuk wilayah Sleman, Yogyakarta. Kaprikornus pas di perbatasan.
Standing tall
Kompleks Prambanan sendiri dibangun pertama kali pada 850 M oleh Rakai Pikatan/Mpu Panuku (Raja Mataram Kuno) dengan nama awal Siwagrha (“Rumah Siwa”)/Siwalaya (“Alam Siwa”), dan memang candi terbesar di sana ialah Candi Siwa. Pada tahun 930-an, Prambanan sempat terlantar alasannya ialah ibukota kerajaan pindah ke Jawa Timur, hingga kemudian rusak dan runtuh, terlebih pasca gempa pada era ke-16.
Dan alasannya ialah ketidaktahuan warga mengenai latar belakang munculnya candi tersebut, maka “terciptalah” dongeng Roro Jonggrang yang termahsyur itu.
Brahma Temple
Brahma statue
Wishnu Temple
Prambanan ditemukan kembali pada tahun 1733 ketika pendudukan Inggris, kemudian mulai dipugar tahun 1918, dan terus direnovasi bahkan hingga ketika ini. Apalagi beberapa bab candi ada yang rusak tanggapan gempa pada 2006 silam.
The renovations
Keindahan bangunan candi memang benar-benar breathtaking. Bahkan meski hujan waktu itu, tidak menyurutkan niat para wisatawan untuk berkeliling, dan tentu saja, tiada henti-hentinya mengambil foto. Hft.
Siwa Temple, super crowded
Saya yang jalan sendirian tentu agak susah untuk ngambil foto diri sendiri, tapi yah, saya juga bukan orang yang suka selfie anyway, jadi saya cuma ingin mengambil gambar sudut-sudut Prambanan yang cantik, dan higienis dari “orang”. Tapi hal itu sangat, sangat, sangat susah dengan banyaknya orang yang berlalu-lalang. Akhirnya saya memutuskan untuk cabut dari Candi Prambanan dan mulai jalan ke candi-candi lain di sekitarnya.
Garuda Temple
Di area Prambanan ini, ada tiga candi lain yang letaknya sangat berdekatan, yakni Candi Lumbung, Bubrah, dan Sewu. Kalau mau kesana kita sanggup jalan kaki, naik kereta kelinci, kendaraan beroda empat golf, atau sewa sepeda—seperti yang saya lakukan waktu itu. Harga sewanya Rp10.000 untuk 30 menit. Well that was fun sepedaan keliling Prambanan, dan udah usang juga semenjak terakhir kali saya naik sepeda engkol.
Bike rental
Berbeda dengan Prambanan, ketiga candi ini merupakan candi Buddha. Candi Lumbung dibangun pada era ke-9, dan kondisinya masih relatif bagus. Candi Bubrah, juga dibangun pada era ke-9 dan masih dilakukan renovasi hingga ketika ini.
Lumbung Temple
Bubrah Temple
Candi Sewu/Manjusrigrha (“Rumah Manjusri/Boddhisatwa”) dibangun pada era ke-8 dan merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua sehabis Borobudur, tetapi lebih renta dari Borobudur dan Prambanan. Candi ini mempunyai luas dasar 185 meter x 165 meter, dengan jumlah candi sebanyak 249 buah, dan tinggi candi utama mencapai 30 meter.
Sewu Temple
Akhirnya gres di tempat inilah keadaan benar-benar sepi jadi saya sanggup puas foto-foto dan bahkan foto diri sendiri pake timer, hehe...
Finally
Lanjut, sehabis ngembaliin sepeda, saya jalan menuju tempat mangkal shuttle bus sambil berhenti-berhenti sejenak di beberapa titik, menyerupai ada bapak-bapak pelukis yang lukisannya bagus banget dan kia sanggup beljar juga, kemudian ada cafe dengan latar Candi Prambanan yang kece, ada museum tapi sayang lagi tutup, terus ada sangkar rusa, dan ada juga area buat main Jemparingan. Apa itu?
The paint master
Prambanan-overlooking cafe
Currently-closed museum
Deer's park
Jemparingan ialah seni memanah kuno orisinil
Yogyakarta yang dulu sering dimainkan di wilayah kerajaan. Dengan harga Rp20.000, kita akan menerima 12 anak panah dan seorang pelatih yang akan memandu. Saya tertarik nyoba, terlebih sehabis melihatnya di
The Amazing Race Asia Season 5. Saya sendiri pernah berguru memanah, dulu pas SMP.
Sebenernya, Jemparingan yang “bener” dilakukan sambil duduk, tapi ya alasannya ialah waktu itu cuman nyoba-nyoba aja kita mainnya sambil berdiri. Pertama kita akan dipakaikan sabuk dengan wadah anak panah. Kita ambil satu, kemudian pasangkan ke tali busur hingga terdengar suara “ctekk”. Tarik tali hingga kurang lebih 2/3 bab anak panah tertarik ke belakang. Lalu tutup mata kiri, bidik pakai mata kanan. Lalu, let it go!
Fery evergreen
At least, none of the arrows missed the board, wkwk
Puas keliling
Prambanan, sekarang saatnya saya lanjut ke
Keraton Ratu Boko. Jaraknya sekitar 15 menit naik
shuttle bus. DI dalem shuttle, saya kenalan sama
solo-traveler lain,
@zira_93 asal
Pekanbaru,
Riau,
and we decided untuk jalan bareng.
Alhamdulillah, ada
yang bantuin foto sahabat jalan.
Welcome to Ratu Boko Palace
Check in counter
First thing first, situs Ratu Boko ini bukan candi ya, tapi kompleks istana. Tempat ini mulai populer semenjak muncul di film AADC 2. Tapi ya emang tempatnya bagus sih. Atau mungkin lebih dirawat semenjak sering dikunjungi wisatawan.
The clean and neat garden
Kompleks seluas ±25 ha ini dibangun di atas bukit dengan ketinggan ±196 mdpl. Di sini terdapat pendopo, tempat tinggal, pemandian, paseban, dan gua. Tempat ini sungguh luas sehingga butuh waktu dan tenaga untuk menjelajahi semua sudutnya.
Some of the building inside the palace
Dan salah satu yang paling iconic di sini adalah... gerbang masuknya. Kalau kita gugling, niscaya banyak orang yang foto dengan latar belakang gerbang ini. Apalagi jikalau pas sunset, beuh kece dah pokokna.
Pas kami selesai keliling
Keraton Ratu Boko, hujan deras tiba-tiba turun membasahi bumi. Saya &
@zira_93 numpang berteduh di
information center, dan kami iseng tanya-tanya soal transportasi menuju
Tebing Breksi, salah satu objek wisata yang letaknya ngga jauh dari sana. Tapi ternyata ya emang ngga ada transportasi umum buat kesana, bahkan ojek sekalipun. Kalau mau nyari ojek, kita mesti turun dulu, gres naik lagi.
Namun betapa beruntungnya kami, bapak dan ibu petugas yang ada di sana mau membantu kami buat nyariin kendaraan ke sana. Dan risikonya kami dapet satu motor (yang risikonya kami sewa seharga Rp50.000, meskipun ngga dipatok bayar sebenernya) milik salah seorang pekerja di sana. Jadilah saya sama
@zira_93 boncengan ke
Tebing Breksi.
What a lucky day.
Jarak menuju Tebing Breksi sekitar 1 km dari situs Ratu Boko, tapi hati-hati alasannya ialah tampaknya ada dua jalur yang sanggup dilalui. Beruntung, kami ketemu & tanya sama bawah umur sekitar jadi kami sanggup lewat jalan yang lebih kondusif dan landai (katanya).
Some of the iconic spots there
Tebing Breksi ini tergolong objek wisata gres ya, dan jadi ngehits sehabis foto-fotonya menyebar di socmed. Sejatinya, tempat ini merupakan penambangan watu breksi yang berasal dari endapan bubuk vulkanik Gunung Api Purba Nglanggeran. Dan kini, tempat ini sudah dipercantik dengan adanya tangga menuju puncak gemilang cahaya, ada ukir-ukiran wayang, ular naga, dan ada kemudahan tambahan menyerupai tempat makan dan tempat pertunjukkan. Biaya masuknya sangat terjangkau, cukup dengan membayar parkir seharga Rp2.000 sahaja (kalau ngga salah).
View from above
Ayah, saya mau turun!
Next on, sehabis menikmati pemandangan dari atas Tebing Breksi, kami memacu motor kami lebih naik lagi menuju Candi Ijo, sekitar 200 meter jaraknya. Dan tiket masuk ke tempat ini ialah Rp5.000 saja.
Candi Ijo dibangun pada era ke-10 hingga 11, dan merupakan candi tertinggi di Yogyakarta. Dinamakan Candi Ijo (“Hijau”) alasannya ialah ia dibangun di atas bukit yang disebut Gumuk Ijo. Dari atas sini, kita sanggup melihat pemandangan alam Yogyakarta yang indah, ditemani semilir angin berhembus. Tempat ini juga seringkali dijadikan lokasi menikmati matahari terbenam.
Anw, hari makin sore dan kami harus ngembaliin motor yang kami sewa. Sesampainya di
Keraton Ratu Boko, ngga usang kemudian
shuttle bus tiba dan kami pun kembali ke
Prambanan. Kami keliling Prambanan (lagi, karna si
@zira_93 ternyata belum sempet keliling), abis itu kita makan
cz we’re so so so starving, dan tiba saatnya kami berpisah.
Kaki ini rasanya udah ngga berpengaruh lagi dipake jalan. Pegel anet. Belum lagi ngegembol tas isi pakean, laptop, dsb. Akhirnya saya ngga ngelanjutin ke Plaosan & Sojiwan (berhubung udah sore banget juga). Kaprikornus saya memutuskan untuk kembali ke kota dan cek in di penginapan.
Oiya, waktu itu saya nginep di
Metro Guest House, di Jalan Prawirotaman 2 No. 71. Saya pesen via
AiryRooms, pas ada promo 50%, jadi saya total bayar Rp190.000-an untuk 2 malam. Lumayan banget khan.
Sementara buat keliling di Yogya, saya sewa motor dari
F-Rent, dengan total biaya Rp190.000 untuk 3 hari. Saya udah janjian ambil motornya di deket
R.S. Bethesda (sepulang saya dari Prambanan), dan ternyata sore itu turun hujan dueres banget ya Alloh. Saya sempet denger emang jikalau di Yogya lagi kena angin ribut dan sempet banjir di beberapa tempat. Tapi saya teteup nekat aja berangkat, berharap pas saya di sana cuaca akan bersahabat.
Saya risikonya motoran dari R.S. Bethesda menuju penginapan. Jaraknya ±5 km / 25 menit, kata gugel maps. Ngga terlalu jauh lah ya. Namun ternyata, perjalanan itu... benar-benar... tidak mudah! It was a nightmare!
Hujan turun dueres banget, angin, badai, dan di beberapa titik banjir parah! Sampai risikonya macet. Sempet takut mesin mati kerana airnya menggenang tidak mengecewakan tinggi. Baju ini udah ngga karuan berair sampe dalem-dalem, ditambah semburan-semburan air dari kendaraan yang lewat.
Sementara saya , yang berkendara sendirian, sangat sangat susah untuk nyetir, sambil liat navigasi. Harus berhenti dulu, liat maps, gres jalan lagi. Saya yakin jalan yang saya ambil udah bener. Tapi... kok ngga nyampe-nyampe ya. Jalan yang saya lalui juga makin sepi, gelap, dan seyem. Udah ngga yummy nih feeling. Akhirnya saya melipir dulu di sebuah Indomarch dan mengecek maps. Dan yang saya takutnya benar-benar terjadi.
Saya nyasar pemirsah! Di tempat Godean, mbuh iku nang ndi pokoknya jalurnya berlawanan dengan arah yang seharusnya saya tuju. Yha Alloh, pengen nangys rasanya.
Saya risikonya hingga di home stay sekitar pukul 21.00. Dari saya berangkat sekitar Maghrib. Heft. Tapi alhamdulillah. Sampai dengan selamat, meskipun berair kuyup dan remek kabeh.
Hari berikutnya, saya berencana ke Borobudur, Magelang. Motoran pagi-pagi, it will be so fun! Dan biar supaya kekinian, saya juga mau mengikutin jejak-jejak Rangga & Cinta di AADC 2. Ceileh.
So stay tune...
NaraHubung: Rosalia Indah (Jember Pool) Jl. Dharmawangsa No. 7, Jubung, Sukorambi, Kab. Jember, Jawa Timur 68151 Telp.: (0331) 712447, 081567898422 Website: www.rosalia-indah.co.id
Candi Prambanan Bokoharjo, Prambanan, Kab. Sleman, Yogyakarta Telp.: 024 8646 2345 Email: info@borobudurpark.co.id, marketing@borobudurpark.co.id Website: borobudurpark.com
Keraton Ratu Boko Bokoharjo, Prambanan, Kab. Sleman, Yogyakarta Telp.: 024 8646 2345 Email: info@borobudurpark.co.id, marketing@borobudurpark.co.id Website: borobudurpark.com
Taman Tebing Breksi Groyokan, Blengkong, Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta
Candi Ijo Bukit Ijo, Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta
FRent Jogja (Sewa Motor) Jl. Mawar V No. 8, Baciro, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, DIY Telp/WA: 087838938806
Metro Guest House (Airy Mergangsan Prawirotaman Dua 71)
Jl. Prawirotaman 2 No. 71, Brontokusuman, Kota Yogyakarta, DIY
Telp.: (0274) 372364
Thanks-List:
@zira_93, for the short-but-fun companion YOU for reading this! :)
Sumber http://ferydyan.blogspot.com
Saya selalu ingin berkunjung ke Yogyakarta , since like.. forever . Tempat ini kan jadi destinasi wisata yang wajib ya bagi seluruh rakyat ...