MENIKMATI SENI PAHAT BALI DI PURA BEJI, SANGSIT
Siapa yang tidak mengenal pulau Dewata ? Pulau ini berlokasi pada sebelah timur pulau Jawa dan dipisahkan oleh selat Bali. Pulau Dewata mempunyai banyak sebutan yang diberikan kepada pulau ini, salah satu diantaranya ialah sebutan sebagai pulau Seribu Pura alasannya disini terdapat pura – pura yang mempunyai bangunan unik dan khas mengandung unsur seni tinggi. Juga julukan yang paling terkenal diberikan kepada Bali ialah pulau Dewata, alasannya dominan penduduknya menganut agama Hindhu terbesar di Indonesia disamping terkenal sebagai daerah wisata budaya dan spiritual ibarat salah satunya ialah menikmati seni pahat Bali di pura Beji, Sangsit.
Pura Beji merupakan salah satu pura tertua yang ada di pulau Dewata tepatnya di sebuah desa kecil berjulukan desa Sangsit, kecamatan Sawan, kabupaten Buleleng dan berjarak kira – kira sekitar 8 km di sebelah timur kota Singaraja atau berjarak kurang lebih 88 km dari ibukota Denpasar. Meskipun termasuk ke dalam kategori pura sebagai tempat sembahyang bagi para pemeluk agama Hindhu di Buleleng dimana terdapat budbahasa dan budaya yang masih kental ihwal kehidupan masyarakat Bali pada jaman dahulu, ternyata tempat sakral ini jarang dilewati oleh rute perjalanan wisata para turis dari Indonesia maupun mancanegara. Padahal pura ini cukup terkenal sebagai objek wisata di Bali alasannya dilihat dari bentuk bangunannya sangat kuno, unik dan cantik. Sebenarnya pura ini termasuk pura yang kecil dan sederhana. Tetapi banyak yang suka terhadap kekhasan dan keunikan dari seni pahat Bali yang hanya sanggup dijumpai pada pura Beji ini. Pura ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu pada setiap sisi bangunannya mulai dari candi bentar, kori agung hingga seluruh bangunan pemujaannya penuh dengan goresan - goresan atau seni pahat yang kebanyakan bermotif bunga atau flora rambat bergaya khas Buleleng.
Seni pahat dan ukir yang identik dengan simbol keagamaan masyarakat Hindhu ialah peninggalan berharga dari para leluhur atau nenek moyang kita semenjak jaman dahulu yang berpusat pada masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah. Hal ini bersahabat kaitannya dengan riwayat kerajaan Hindhu Majapahit yang pernah berkuasa cukup usang di Bali Utara dan meninggalkan jejak sejarah berupa seni pahat, ukir dan patung sebagai salah satu wujud Dewa yang disembah oleh masyarakat Hindhu di Bali. Teknik dalam seni pahat dan ukir cukup beragam, mulai dari mengenal jenis ukir, bentuk patung, serta bermacam-macam kerajinan pahat lainnya dengan memakai batu, aneka logam, emas, hingga tulang dan kulit hewan. Daerah Bali Utara ibarat Buleleng ialah daerah yang menghasilkan seni pahat atau seni ukir khas dan cukup unik jikalau dibandingkan dengan seni pahat yang dihasilkan pada tempat – tempat lain di Bali, sehingga tercipta bermacam-macam hasil seni pahat yang sangat indah dan beda. Menjadikan pujian tersendiri bagi masyarakat setempat dengan memperlihatkan kreatifitas khususnya dalam kerajinan seni pahat khas Bali sehingga kebudayaan Bali dan Indonesia tetap terjaga.
Sedangkan pura Beji sendiri merupakan salah satu pura yang mempunyai konsep Padma Bhuwana yaitu mempunyai kekerabatan dengan pura - pura Kahyangan Jagat lainnya ibarat Pura Batukaru, Pura Tanah Lot, Pura Uluwatu dan Pura Goa Lawah. Sama halnya dengan fungsi pura – pura yang lain, pura Beji terdiri dari tiga area (tri mandala) yakni jaba sisi (teras), jaba tengah (ruang tamu) dan jeroan (bangunan utama). Pada jaba sisi terdapat bangunan bale kulkul, di antara jaba sisi dengan jaba tengah dihubungkan oleh candi bentar dengan ciri khas bangunan bergaya Bali Utara. Pada halaman jaba tengah, disebelah utaranya terdapat bale paebatan dan bale saka roras, bab selatan terdapat bale sakapat dan sakaulu, yang bangunannya semua bertiang kayu dan beratap seng. Masuk lebih dalam ke halaman jeroan atau bab dalam, terdapat candi kurung (kori agung) dengan bebetelan (istilah untuk goresan atau pahatan berukuran kecil dalam bahasa Bali) di kiri kanannya yang didominasi oleh motif bunga pada pahatan atau ukirannya, ibarat halnya yang terdapat pada candi bentar.
Di bab belakang kori agung terdapat aling - aling yang di bab atasnya berbentuk lengkung. Selain itu terdapat bale gong (saka kutus yang beratap seng), gedong simpen (beratap seng), bale pesamuan atau disebut jajar samah (saka roras yang beratap ijuk), dua bale piasan (saka nem, di kiri kanan, beratapkan seng), gedong agung (beratapkan ijuk dan pada keempat bubungannya terdapat relief naga) dan pada puncaknya terdapat patung kecil bidadari bersayap. Di sisi kiri gedong agung terdapat pelinggih gedong Ida Bhatara Dewa Ayu Kesaren, yang berdampingan dengan pelinggih padma Dewa Bagus Ngurah Pengastulan. Paling pojok bab timur maritim terdapat pelinggih padma Dewa Bagus Ngurah Beraban (di dalamnya terdapat jajaran/pasimpangan).
Semua istilah atau nama – nama yang disebutkan di atas terhadap beberapa jenis bangunan yang berdiri di area pura ialah sebagai media atau perlambang dari beberapa aliran pokok agama Hindhu, terutama fungsi pura Beji yang dikenal sebagai pura subak untuk desa pakraman Sangsit yaitu pura untuk memuja Dewi Sri yang diyakini oleh penduduk setempat bersahabat hubungannya dengan bidang pertanian sehingga dengan melaksanakan ritual sembahyang disini ialah dipercaya sanggup memperlihatkan kesuburan dan kemakmuran.
Selamat menikmati seni pahat Bali di pura Beji Sangsit !
Dengan keberadaan bentuk struktur bangunan, pura Beji merupakan media komunikasi bagi masyarakat sebagai wadah untuk aktivitas spiritual dan juga sebagai hasil dari kebudayaan. Pura ini dibangun melalui proses janji bersama masyarakat dikala itu dengan rancangan yang holistik dari para undagi zaman dulu. Pura Beji menjadi salah satu karya arsitektur bersejarah yang religius yang tetap berada pada lokasi historisnya yang mempunyai ciri khas tersendiri.
Contributed by : Nila
Published , copyright 2014
Tidak ada komentar