Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Labuan Bajo – Pintu Gerbang Flores Di Barat




LABUAN BAJO, adalah kota kecil yang kurang dikenal. Namun, ketika ini kota kecil yang tenang, anggun dan terletak di ujung barat Pulau Flores itu semakin dikenal dunia pariwisata. Labuan Bajo merupakan pintu gerbang memasuki pesona wisata Flores secara komplit mulai  dari arah barat. Tetapi, bila hanya mau menikmati Varanus Komodoensis, yang telah ditetapkan menjadi salah satu the Seven Wonders of Nature, di habitat aslinya, Labuan Bajo ialah starting point penting dan satu-satunya yang paling gampang dan nyaman.

Labuan Bajo yang terletak di ujung barat Flores ini ialah kota kecil yang sangat recomended  untuk menjelajahi Flores yang eksotik mulai Varanus Komodoensis, Taman Nasional Komodo dan kehidupan bawah lautnya yang anggun di ujung barat Flores, hingga Tradisi Berburu Ikan Paus di Lembata, di ujung timur Nusa Nipa ( pulau ular ) – Flores.

Untuk menyampaikan sedikit citra perihal tempat yang akan menjadi starting point kegiataan wisata Anda, di bawah ini kami berikan isu perihal Labuan Bajo. Mudah-mudahan sanggup membantu.


Hingga satu dekade terakhir, Labuan Bajo hanyalah sebuah kota kecil. Bahkn ada yang menyampaikan Labuah Bajo ialah sebuah kampung besar. Bisa jadi, Labuan Bajo ialah sebuah kampung besar, tetapi sebuah kampung besar yang sedang menggeliat berdiri untuk bertumbuh menjadi sebuah kota. Ya sebuah kota wisata untuk masa yang tidak terlalu jauh lagi.

Berbeda dengan kota-lainnya, kota Labuan Bajo mempunyai beberapa keunikan. Pertama, Labuan Bajo ialah kota pelabuhan bertingkat. Labuan bukanlah kota dengan dataran rendah yang luas. Dataran rendah pinggir pantai tidak terlalu luas diikuti landaian yang mendukung dataran luas  di atasnya. Kondisi ini membuat landscape kota yang indah. 




Kedua, Labuan Bajo dibentengi oleh pulau-pulau kecil tak berpenghuni. Keberadaan pulau-pulau itu membuat menambah keindahan Labuan Bajo sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa Labuan Bajo ialah kota yang indah. 

Ketiga, Labuan Bajo ialah kota yang aman. Paling tidak hingga ketika ini belum ada aduan dari para wisatawan terkait dengan pencopetan atau aksi-aksi kejahatan lainnya yang identik dengan dunia perkotaan. Kaprikornus jangan takut tiba ke Labuan Bajo. Selain aman, Anda juga akan menemukan keramahan penduduk a la Flores. Bila bertemu atau berpapasan dengan orang lain yang tak dikenal sekalipun, orang Flores selalu melemparkan senyuman. Anda pun harus membalasnya dengan senyuman pula biar tidak dicap sombong atau angkuh. 


Penduduk Labuan Bajo

Ada 3 suku mayoritas, yaitu orang Manggarai, orang Bima dan orang Bugis.  Di samping ada etnis Tionghoa yang menguasai perdagangan, orang-orang Ngada, Ende, Maumere serta suku-suku lain dari menyerupai kota Jayapuraseluruh Flores.


Orang Manggarai merupakan lebih banyak didominasi penduduk Labuan Bajo. Orang Manggarai juga merupakan suku yang mendiami Pulau Flores penggalan barat. Orang Bima merupakan pendatang dari pulau Sumbawa – Nusa Tenggara Barat. Dalam sejarah, Flores penggalan barat ( Manggarai ) pernah dikuasai oleh Kerajaan Bima, sehingga tidak mengherankan kita menemukan orang-orang Bima di Manggarai Barat, terutama di Labuan Bajo bahkan hingga pedalaman di Lembor. Selain itu, ada orang Bugis yang berasal dari Sulawesi Selatan dan orang Bajo, sebuah suku maritim yang ada di laut-laut Indonesia hingga Malaysia. 

Dalam sejarah, oran-orang Bugis dan Bajo  adalah pelaut-pelaut ulung. Mereka menjelajahi lautan seluruh Nusantara, juga termasuk Flores. Itulah sebabnya orang  Bugis sanggup ditemukan di Labuan Bajo, sama halnya kota-kota pelabuhan kecil di seantero Flores penggalan utara, mulai dari Reo, Riung, Mbay hingga Maumere di utara Flores hingga Pulau Ende dan Mau Mbawa selatan Pulau Flores. Bahkan Labuan Bajo sendiri berarti tempat berlabuhnya ( persinggahan sementara ) orang-orang Bajo. 


Nenek moyang orang Bajo bahwasanya mula pertama menempati Pulau Bajo, sebuah pulau kecil yang letaknya berdekatan dengan Labuan Bajo. Pulau Bajo mempunyai luas sekitar 73,49 hektare (ha) dan hanya berjarak 200 meter dari daratan Flores. Pulau itu bisa dijangkau dalam waktu 10 menit dengan bahtera kayu. Karena tuntutan menyekolahkan anak, mereka kemudian menempati daratan utama - Pulau Flores. Tempat itulah  merupakan cikal-bakal bertumbuhnya kota Labuan Bajo cukup umur ini.


Kondisi Alam Labuan Bajo


Sampai ketika ini, Labuan Bajo ialah sebuah kota yang masih relatif kecil. Secara topografis, kota ini ialah kombinasi antara area keramaian pinggir pantai yang kelandaiannya tidak terlalu luas dengan bukit memanjang sehingga tampak menyerupai kota bertingkat. 

Bagian bawah – yang sering disebut orang Kota Tua, jangan dikira menyerupai tempat kota ( Batavia ) di Jakarta. Daerah ini lebih merupakan tempat hunian usang yang terus mengadaptasikan diri dengan waktu. Daerah ini mencakup sepanjang pinggir pantai dan sepanjang jalan raya trans Flores, memanjang dari timur ke barat. Bagian ini terdiri dari perumahan nelayan tradisional, cafe, restoran. 


Bagian atas,  merupakan ekspansi kota Labuan Bajo yang intensitasnya semakin meningkat semenjak ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Manggarai Barat tahun 2003.  Belum banyak hunian yang ditemukan di sini dan lebih merupakan sebuah dataran yang luas.

Status Labuan Bajo sebagai pintu gerbang wisata Komodo dan ibu kota Manggarai Barat, membuat kota ini semakin dibanjiri pendatang dari luar, baik sekadar untuk berwisata atapun mengadu untung. 


Infrastruktur Labuan Bajo

A.  Hotel dan Restoran

Labuan Bajo bahwasanya sudah usang dikenal dunia lantaran eksistensi Varanus Komodoensis. Itulah sebabnya, walaupun tidak  diekspose secara luas menyerupai yang terjadi akhir-akhir ini, geliat pariwisata sudah bertumbuh secara evolutif dengan hadirnya hotel-hotel kecil dan restoran semenjak lama.  

Hingga 5 – 8  tahun yang lalu, kota ini kurang hidup. Sampah awut-awutan di mana-mana, bangunan-bangunan kurang terurus bahkan hotel-hotel pun tampak kurang menarik dengan pelayanan ala kadarnya.  Jangankan cafe, bahkan belum banyak muncul restoran yang dikelola secara profesional. 

Namun, cobalah datangi Labuan Bajo ketika ini. Sejak 3 – 5 tahun terakhir ini, Labuan Bajo benar-benar dinamis dan mempercantik diri. Jalanan mulai dibenahi, kota mulai diperluas dan sarana infrastruktur lainnya juga digentot oleh Pemerintah Daerah  sebagai sarana mendukung geliat pariwisata. 
Banyak hotel gres dan berbintang telah hadir di sini. Pantai Pede dan Wae Cicu ialah area bertumbuh dan berkembangnya hotel-hotel berbintang yang baru. Pantai Pede ialah pantai selatan Labuan Bajo. Di Pantai Pede hadir beberapa hotel berbintang, di antaranya Hotel Jayakarta, Puri Sari Beach Hotel, La Prima Hotel, Luwansa Beach Resort, Bintang Flores Hotel, dan Komodo Ecolodge Hotel dan beberapa hotel kecil lainnya.

Sedangkan Wae Cicu ialah pantai utara Labuan Bajo. Di Pantai Wae Cicu juga terdapat sejumlah hotel di antaranya Plataran Komodo Resort, Sylvia Hotel dan Resort Komodo. Baik Pantai Pede maupun Wae Cicu menyampaikan pemandangan yang spektakuler bagi anda.

Selain di Pantai Pede dan Wae Cicu, banyak hotel kecil juga bisa ditemukan di area-area yang agak jauh dari pantai, di atas bukit-bukit yang membentuk landscape Labuan Bajo. Hotel-hotel itu justru menyampaikan pemandangan maritim di sekitar Labuan Bajo yang menawan. Di antaranya Golo Hiltop, Selini on the Hill Villas,  Green Hill Boutique Hotel. Namun demikian, jarak menuju pantai tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu jalan kaki sekitar 10 – 20 menit.


Secara umum, hotel berbintang tarif kamarnya berkisar antara  USD50-100 / Rp 500.000- Rp 1.000.000 - an. Sedangkan, hotel melati tarifnya berkisar antara Rp100.0000 -300.000.

Hampir semua hotel juga mempunyai restoran tersendiri dengan harga yang relatif mahal. Namun demikian, ketika ini banyak muncul cafe dan restoran gres mulai dari yang termahal hingga resotran  kecil dan harga terjangkau dengan hidangan utama sea food. Banyak wisatawan yang mengakui bahwa sea food Labuan Bajo hidangan rumah makan kecil tidak kalah enaknya dengan hidangan rumah  makan besar dan hotel. Sea food Labuan Bajo menyuguhkan sensasi tersendiri bagi penikmatnya. Itu terjadi lantaran materi dasarnya merupakan hasil tangkapan dari maritim yang masih bersih, jauh dari polusi modernisasi.


Beberapa  restoran dan cafe yang dirujuk untuk dikunjungi adalalah Tree Top, Mediteraneo, The Corner, Philemon, Laveria Resto,Pesona Bali,  Arto Moro, Bangkalan, Coto Makasar  dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk masakan kas padang tersebar di hampir seluruh kota Labuan Bajo. Selain cafe dan restoran, Labuan Bajo juga menyampaikan kulineri kaki lima yang tak kalah enaknya. Bila wisata ke Labuan Bajo, jangan lupa singgahi tempat yang namanya Kampung Ujung. Di sini Anda akan menemukan sekitar 35-an warung makan yang menyajikan kuliner sea food.

B.  Bandara


Akses tercepat menuju Taman Nasional Komodo via Labuan Bajo tentu saja ialah lewat udara. Untuk itu, Pemerintah telah memperbaiki bandara Labuan Bajo. Bandara Udara Komodo yang sebelumnya  hanya mempunyai panjang landasan pacu 1.850 meter dan hanya bisa mengakomodasi pesawat berbadan kecil dengan kapasitas penumpang sebanyak 50 orang menyerupai ATR 72, Fokker 50 dan MA-60, telah diperluas sehingga landasan pacunya mencapai  2.150 meter. Dengan kapasitas ini,  Bandara Komodo  mampu didarati pesawat Boeing 737. 

Bila sebelumnya, Bandara Labuan Bajo – Komodo, hanya bisa mengakomodai 400 penumpang, ketika ini Bandara tersebut telah bisa mengakomodasi 700 penumpang. Dengan kapasitas bandara yang sudah ditingkatkan,  penerbangan dengan kapasitas yang lebih besar sanggup terbang ke Labuan Bajo, baik dari Denpasar maupun dari Kupang.
Hingga ketika ini, belum ada penerbangan eksklusif dari kota-kota besar di Indonesia ke Labuan Bajo. Untuk mencapai Labuan Bajo, penerbangan harus transit di Denpasar. Untuk penerbangan Labuan Bajo ( LBJ ) – Denpasar pp sanggup dilihat di Time Table.

C.  Pelabuhan


Selain lewat udara, Labuan Bajo juga bisa dicapai lewat laut. Pelni ialah salah  satu perusahaan pelayaran yang melayani perjalanan maritim ke Labuan Bajo. Hingga ketika ini belum ada kapal Pelni yang mempunyai rute dari Jakarta dengan menyinggahi Labuan Bajo.
 Namun demikian, ada beberapa kapal Pelni yang menyinggahi Labuan Bajo. Di antaranya KM Wilis yang menyinggahi beberapa kota Indonesia penggalan tengah hingga Pelabuhan Tanjung Perak – Surabaya. Bila ke Labuan Bajo, anda bisa memakai kapal ini dari Surabaya – Jawa Timur.
Rutenya:  Surabaya – Makasar – Bima – Labuan Bajo – Waingapu – Ende – Kupang. Lalu kembali Kupang – Ende – Waingapu – Labuan Bajo – Bima – Makasar – Surabaya. 
Selain itu, Labuan Bajo disinggahi KM Sirimau milik yang menyinggahi beberapa kota Indonesia penggalan tengah hingga Pelabuhan Tanjung Mas – Semarang. Bila ke Labuan Bajo, anda bisa memakai kapal ini dari Semarang – Jawa Tengah. Rutenya: Semarang – Batulicin – Makasar – Bima – Labuan Bajo – Makasar – Batulicin – Semarang. 

Labuan Bajo juga disinggahi oleh KM Tilongkabila. Bila ke Labuan Bajo, anda bisa memakai kapal ini dari Denpasar – Bali.  Rutenya: Bitung - Gorontalo- Luwuk –Kolonedale – Kendari – Raha Ba-bau – Makassar - Labuan Bajo - Bima - Ampenan- Denpasar.
Biaya dan tanggal keberangkatannya sanggup dilihat di web Pelni: www.pelni.co.id/scheduleresult.php.

Labuan Bajo juga bisa dijangkau lewat darat. Dengan memakai kendaraan beroda empat pribadi,  Anda bisa tiba di Labuan Bajo dalam waktu 5 - 6 hari. Rute yang dilalui adalah  Jawa-Bali overland lalu menyebrang ke Lombok dan Sumbawa. Dari ujung paling timur Sumbawa, tepatnya Pelabuhan Sape, dengan memakai very  yang beroperasi setiap hari, Anda sanggup menjangkau Labuan Bajo dalam waktu 6 – 7 jam. Perjalanan darat tentu melelahkan. Namun insiden itu akan menyampaikan kesan yang mendalam bagi anda. 


Menggunakan kendaraan umum pun bisa. Ada armada bus yang membantu Anda menuju Labuan Bajo. Bisa dari Denpasar, Surabaya bahkan Jakarta. Anda  bisa memakai bus dengan jurusan Bima – NTB. Selanjutnya dari Bima, anda bisa memakai bus ¾ Jurusan Sape. Selanjutnya dengan very, Anda sudah mendarat di Labuan Bajo 7 jam kemudian.

Sumber: Dari aneka macam sumber.


Sumber https://pariwisata-tourisme-flores.blogspot.com

Tidak ada komentar