Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Legenda Ebu Gogo - Dongeng Homofloresiensis Dari Flores

Beberapa waktu lalu, film Hobbit muncul di bioskop-bioskop tanah air. Cerita wacana orang-orang berukuran pendek yang sebelumnya hadir di film legendaris The Lord of The Ring. Tapi ternyata dongeng wacana kisah orang-orang pendek ini juga ada di Indonesia, tepatnya di pulau Flores.





Kebanyakan orang Flores tentu pernah mendenga dongeng wacana sosok gila yang mempunyai tinggi kurang dari 1 meter dengan kepala sebesar buah jeruk (lemon besar berkulit tebal) dan berbulu lebat disekujur tubuhnya. Konon  sosok gila itu masih bisa ditemukan  pada dikala kedatangan kapal-kapal Portugis.

Ada banyak sebutan untuk makhluk itu. Orang Manggarai menyebutnya Ebu Gogo dan orang Ngada menyebutnya Ybu Ngiu. Namun semua orang Flores  sanggup mengenali makhluk itu dari cara berjalannya yang kikuk dengan indera pendengaran yang menjulur dan komunikasi antara mereka pun terbilang aneh. Orang Flores juga menyampaikan bahwa Ebu Gogo sanggup mengulang perkataannya berkali-kali tanpa maksud yang jelas, tampaknya hanya mereka yang sanggup mengerti arti pengulangan kata yang berkali-kali tersebut.

Ebu Gogo adalah sekelompok makhluk menyerupai insan yang muncul dalam mitologi orang-orang Flores. Dalam bahasa Manggarai, Ebu berarti nenek, dan Gogo berarti dia yang memakan segalanya. Orang Ngada menyebut makhluk itu Ybu Ngiu. Makhluk ini sangat berpengaruh dan mengincar anak kecil untuk dibawa ke gua tempat tinggalnya dengan maksud supaya anak itu dipaksa mengajarkan mereka bahasa manusia. Mereka tidak bisa berbahasa dan hanya mengeluarkan bunyi ngiu ... ngiu sehingga disebut Ybu ngiu.

Ebu Gogo pun dikenal sebagai sosok yang sering mencuri masakan penduduk dengan sembunyi-sembunyi.  Ebu Gogo sering masuk kedalam rumah untuk mencari makanan, bahkan sering didapati menculik anak-anak. 


Beberapa ilmuwan percaya bahwa dongeng rakyat Ebu Gogo mungkin ada hubungannya dengan Homo floresiensis tetapi belum  ada bukti berpengaruh yang  mendukung teori ini.

Namun, berdasarkan legenda, Ebu Gogo menghilang sekitar 400 tahun yang kemudian ketika para penjajah dari Belanda dan Portugis datang.


The Hobbit, An Unexpected Creature

Richard Roberts, penemu Hobbit, mengatakan, dongeng rakyat wacana Ebu Gogo ini kemungkinan nyata. Dia bercerita, "Ketika saya kembali ke Flores awal bulan ini, kita mendengar kisah-kisah paling menakjubkan dari sosok kecil, berbulu, yang mereka sebut Ebu Gogo. Kisah yang mengandung rincian yang paling menakjubkan. Sedemikian rinci sehingga Anda bayangkan mestinya ada sebutir kebenaran di dalamnya.

Gambar Manusia Flores berdasarkan rekonstrukti atas tulang belulang yang ditemukan
di Liang Bua - Manggarai Tengah

Ebu Gogo yang diyakini telah punah diburu oleh penduduk insan Flores. Mereka percaya bahwa pemusnahan, yang memuncak sekitar tujuh generasi yang lalu, dilakukan alasannya yaitu Ebu Gogo mencuri masakan dari tempat tinggal insan dan menculik anak-anak.


Dalam sebubah artikel di New Scientist (Vol. 186, No 2504) ia menceritakan bahwa pada kurun ke-18, warga desa melepas Ebu Gogo untuk menipu mereka mendapatkan hadiah dari serat kelapa yang bisa dipakai untuk materi pakaian. Ketika Ebu Gogo mengambil serat tersebut di dalam goa yang telah dibuatkan perangkap, masyarakat desa melemparkan api dan membakarnya hidup-hidup. Satu pasangan dibiarkan hidup dan melarikan diri ke hutan terdalam dan sampai kini diyakini keturunan mereka masih hidup dipedalaman hutan Flores.

Richard Roberts menulis, "Rincian anatomi dalam legenda ini sama menariknya. Mereka digambarkan mempunyai ukuran sekitar satu meter, dengan rambut panjang, perut buncit, indera pendengaran yang sedikit menonjol, gaya berjalan sedikit canggung, dan lengan ditumbuhi rambut."

Selain tulang belulang Homo Floresiensis, ditemukan juga tulang belulang gajah raksasa.
Penemuan ini menjawab adanya mahar berupa Gading Gajah di Flores bab timur,
Ebu Gogo, bergumam satu sama lain, dan bisa mengulangi kata-kata yang diucapkan oleh penduduk desa. Misalnya, kita mengucapkan, 'ini ada beberapa makanan', mereka akan menjawab, 'ini ada beberapa makanan'. Mereka juga bisa memanjat pohon.

"Tetapi, di sini intinya, mereka tidak pernah terlihat memegang alat watu atau sesuatu yang menyerupai itu, sedangkan kita mempunyai banyak artefak canggih di tingkat H. floresiensis di Liang Bua. Itulah inkonsistensi yang terjadi pada kasus ini.

"Sebuah letusan gunung di Liang Bua, di bab barat Flores, mungkin telah membinasakan para hobbit sekitar 12.000 tahun yang lalu, tetapi mungkin juga mereka bisa bertahan dan bermukim di bab lain pulau. Penduduk desa menyampaikan bahwa hobbit terakhir terlihat sebelum desa pindah lokasi, jauh dari gunung berapi, tidak usang sebelum penjajah Belanda menetap di bab tengah Flores, pada kurun ke-19.

Lalu, apakah Ebu Gogo masih ada? Pencarian di gua-gua masih akan terus dilanjutkan, alasannya yaitu sisa-sisa rambut yang hanya beberapa ratus tahun, niscaya akan bertahan, tersangkut di dinding gua atau di beberapa tempat lainnya, dan hal ini akan memudahkan dalam analisis DNA. Menariknya, kami menemukan gumpalan kotoran dengan rambut hitam di dalamnya, tapi belum tahu apakah mereka berasal dari insan atau sesuatu yang lain.



Liang Bua, Rumah ’’Hobbit Flores’’ yang Terus Digali


Alamnya elok, sejarahnya juga unik. Termasuk kehadiran homo floresiensis, insan purba bertubuh kerdil  yang dipercaya sebagai percabangan evolusi manusia. Liang Bua di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu rumah orang-orang pendek itu.
Istilah  Hobbit itu kali pertama beken lewat trilogi The Lord of the Rings karangan John Ronald Reuel Tolkien. Hobbit kian populer diseluruh dunia dikala epik tersebut diangkat ke layar lebar oleh sutradara kondang Peter Jackson pada 2001-2003.

Dikisahkan, para Hobbit yaitu insan kate setinggi rata-rata tiga kaki atau sekitar 1 meter. Mereka hidup berdampingan di Bumi Tengah (Middle Earth) bersama kaum Elf (peri), Dwarf (kurcaci), Wizards (penyihir), dan manusia. Selain pendek, para Hobbit punya telapak kaki lebar, rambut keriwil-keriwil, plus ujung indera pendengaran runcing.

Para Hobbit, makhluk yang selalu riang itu, mendiami tempat The Shire. Itu yaitu tempat indah dengan rumah-rumah pendek dengan warna hijau rumput.

Namun, Liang Bua bukan The Shire. Liang Bua yaitu sebuah gua kapur di Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai. Tempat itu berada sekitar 14 kilometer di utara Ruteng, ibu kota Manggarai. Gua kapur tersebut begitu gede. Panjangnya sekitar 50 meter. Lebarnya 40 meter. Langit-langit tertingginya 25 meter. Plafon gua itu berhias stalaktit yang berjuntai-juntai.

Nah, Liang Bua (dalam bahasa Manggarai berarti gua cuek atau gua es) itulah yang dipercaya sebagai tempat tinggal Hobbit Flores, julukan homo floresiensis, lebih dari 10 ribu tahun lalu. 


Sumber: 
 https://hanjodolan.blogspot.com//search?q=ebu-gogo-kisah-para-hobbit-dari-flores
http://id.wikipedia.org/wiki/Homo_floresiensis

Sumber https://pariwisata-tourisme-flores.blogspot.com

Tidak ada komentar