Ruteng Selayang Pandang
Sebagian kota Ruteng dilihat dari udara |
Berhawa masbodoh dan dilatarbelakangi oleh jajaran pegunungan Mandosawu di selatan yang membentang dari timur sampai barat yang selalu menghijau. Bagian barat bahari sampai ke utaranya terbentang persawahan yang subur dan tak henti-hentinya memperlihatkan kebaikan dari dalam dirinya. Sementara di timur bertumbuh kopi, salah satu komoditi perdagangan Flores yang kian terkenal serta timur bahari terhampar dataran luas, tempat menyebarkan antara landasan pesawat yang mengubungkannya dengan dunia luar serta tempat ternak sapi merumput.
Ruteng dengan alam yang indah dan eksotis |
Gambar kota Ruteng diambil dari Golo Curu di sebelah utara |
Ruteng – Pusat Penyebaran Kristen di Manggarai
Katedral Lama yang tetap bagus di usia tuanya |
Pemilihan ini bukan tanpa maksud. Dengan menjadikan Ruteng sebagai pusat aktivitasnya, Belanda dapat mengawasi gerakan kedaluan Todo-Pongkor dan Cibal, dua dari sekian kedaluan yang memiliki pengaruh besar. Dari Ruteng ini pula, Hindia Belanda mengontrol orang-orang Manggarai lewat kedaluan-kedaluan peninggalan Bima dan Goa.
Gedung-gedung peninggalan Belanda di Ruteng tidak terlalu banyak dan bukan bangunan besar pula sebagaimana peninggalan Belanda di kota-kotabesar Indonesia.
Katedral Baru dengan patung Malaikat Agung di gerbangnya |
Keberadaan Gereja Katolik di Manggarai diawali dengan baptisan perdana atas enam orang penduduk local Manggarai di Reo – sebuah kota pelabuhan di utaraManggarai tanggal 17 Mei 1912. Misi terus berkembang sehingga 2 tahun kemudian, tepatnya tanggal 11 Desember 1914 ada peristiwa baptisan warga Ruteng di Pitak oleh Mgr. Petrus Neijen, SVD. Selanjutnya benih itu terus bertumbuh dan berkembang sehingga menggerakkan para misionaris perintis yang berpusat di Ende untuk menyebabkan Ruteng sebagai Stasi Induk dan sentra Karya Misi untuk wilayah Manggarai Tengah.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, status Ruteng sebagai Stasi Induk meningkat menjadi Paroki. Untuk itu
dibangun pula Gereja fisik dari tahun 1929 sampai tahun 1939 dengan nama pelindung Santa Maria Diangkat Ke Surga dan Santo Yosef. Karena perkembangan Gereja demikian progresif, Gereja Ruteng ditetapkan sebagai pusat Dekenat Manggarai Tengah tanggal 29 September 1929. Untuk mendukung gerakan misi, mulai berdiri pula sekolah-sekolah katolik oleh beberapa tarekat religious, baik bruder maupun suster.
Nuansa kekatolikan sangat berpengaruh ketika Anda berada di Ruteng. |
Tanggal 8 Maret 1951, Dekenat Manggarai – oleh Gereja Universal, ditingkatkan statusnya menjadi Vikariat Apostolik Ruteng. Pater Wilhelmus van Bekkum, SVD – yang dimakamkan di kompleks Gereja Katedral Lama - menjadi Vikaris Apostolik. Selanjutnya, beliau ditahbiskan menjadi Uskup pada tanggal 13 Mei 1951.
Demikianlah, saat ini, Ruteng menjadi Pusat keuskupan Ruteng yang mencakup seluruh Manggarai. Kota Seribu Gereja sebagai salah satu julukan Ruteng menunjuk pada deminasi GerejaKatedral Lama maupun Katedral Baru. Kedua bangunan fisik gereja itu adalah satu kesatuan berdasarkan sisi historis bentukannya. Seperti yang sudah dipaparkan di depan; bahwa dalam upaya mendukung perkembangan Gereja Manggarai Tengah yang sangat prospektif, Ruteng yang tadinya Stasi Induk ditingkatkan statusnya menjadi Paroki. Untuk itu dibangun pula Gereja fisik dari tahun 1929 sampai tahun 1939dengan nama Pelindung Santa Maria Diangkat Ke Surga dan Santo Yosef. Itulah sebabnya mengapa dua katedral yang sama-sama megahnya dan wajib dikunjungi itu, berbagi nama. Katedral baru diberi nama Maria Diangkat ke Surga atau Maria Assumpta dan Katedral Lama bernamaKatedral Santo Yosef atau juga dikenal dengan nama lain Red Chapel – karena bangunannya didominasi warna merah.
Objek Wisata Ruteng dan Sekitarnya
Ruteng itu penting, bahkan sepenting Labuan Bajo sendiri yang semakin terkenal itu. Selain, kaya akan objek wisata, kota ini jugamenjadi starting point atau transit point untuk beberapa objek wisata sekitarnya.
1. Dwitunggal Katedral Ruteng
Sebagai wisatawan, wajib hukumnya Anda mengunjungi Katedral Ruteng. Mungkin berlebihan dan agak lebai menyejajarkan Ruteng dengan Praha – salah satu kota terindah di Eropa. Namun bila Anda adalah penyuka dan pengagum arsitek Eropa klasik, tidak ada salahnya, Anda menelusuri dengan keheningan relung-relung Katedral ini baik usang maupun baru. Ada nuansa yang sama antara Gereja Katedral ini dengan gereja-gereja besar di Eropa. Sama seperti gereja-gereja besar peninggalan Abad Pertengahan di Eropa, kedua katedral Ruteng ini juga bergaya barok.
a. Katedral Baru
Katedral Baru - St. Maria Assumpta. Nuansa Eropa tetap mendominasi. |
Selain kemegahan bangunannya, ada beberapa potongan menarik di lingkungan paroki katedral ini. Yang pertama ialah patung Santa Maria Assumpta di atas anak tangga terakhir menuju halaman gedung gereja. Patung inilah yang menjelaskan nama bangunan ini, yaitu Gereja Santa Maria Assumpta - Santo Yosef.
Yang kedua ialah menara lonceng gereja yang berada di belakang kiri patung ini Kalau datang menjelang perayaan Ekaristi atau menjelang Doa Angelus – jam 06.00 pagi, 12.00 siang – 06.00 sore, Anda dapat mendengarkan dentangan lonceng-loncengnya yang menggema hingga jauh mengingatkan umatnya akan doa Angelus atau Doa Malaikat Tuhan, sebuah doa yang mengingatkan insiden Inkarnasi, Sabda Allah yang berubah menjadi menjadi ( Yesus ) dalam rahim Perawan Maria. Ya, suara lonceng itu semacam panggilan doa mirip suara adzan bagi saudara-saudara muslim.
Yang ketiga ialah bangunan-bangunan tempat perhentian jalan salib yang berakhir pada patung replika
Salah satu sudut kompleks Katedral Baru Ruteng. Makam para anggota Serikat sabda Allah ( SVD ) |
Halaman gereja ini ditanami bunga-bunga warna warni dan pohon-pohon cemara. Yang istimewa, ada juga banyak sekali flora sayuran organik yang hasil panennya sanggup dibeli.
Hal menarik keempat tentu saja gedung gerejanya. Di sisi timur potongan depan terdapat patung Yesus Sang Gembala. Bagian dalam terdiri dari 2 lantai. Lantai dasar terdapat lorong berbentuk salib, mulai dari pintu masuk utama sampai ke depan altar dan bersilangan dengan lorong dari pintu samping kiri dan kanan. Lantai atas hanya ada di potongan belakang.
Patung St. Maria Assumpta persis di depan Katedral menyapa Anda |
b. Katedral Lama
Tidak jauh dari Gereja Katedral terdapat Gereja kategorial Santo Yosef yang umurnya jauh lebih bau tanah dan berfungsi sebagai Katedral sebelum gedung yang gres dibangun. Gereja Santo Yosef mempunyai keunikan lantaran dinding luarnya berwarna merah. Karena itulah lebih dikenal sebagai Red Chapel. Bangunan ini merupakan peninggalan misionaris awal dengan struktur tembok yang sangat berpengaruh dengan lempengan besi pada bagian tengahnya.
2. Compang Ruteng
Bila ke Ruteng, jangan lupa kunjungi Rumah Adat Manggarai di compang Ruteng |
Memang hanya tinggal 2 buah rumah, tetapi paling tidak, kampong ini tetap memperlihatkan pola-pola umum perkampungan tradisional suku Manggarai. Secara umum, perkampungan tradisional Manggarai terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian depan, sebagai gerbang, bagian tengah dan bagian belakang. Kampungnya sendiri berbentuk elips. Rumah-rumah berada di kelilingnya dan di tengah-tengah ada mesbah persembahan untuk arwah nenek moyang di bawah sebatang pohon dadap.
Rumah adat sendiri yang disebut Rumah Gendang – lantaran di dalamnya ada gendang symbol
keluarga besar dari satu keturunan yang sama. Rumah adat Manggarai adalah sebuah rumah panggung dengan bahan utama dari kayu dan beratapkan rumbia/alang-alang atau juga lembaran-lembaran ijuk.
Bpk. Lambertus, salah satu bau tanah budpekerti compang Ruteng |
Sayang kampong Ruteng ini kurang dirawat secara intensif. Mestinya, demi pelestarian budaya dan demi pariwisata. Compang Ruteng dirawat dan dikelola secara baik. Selain karena letaknya yang dekat dengan Ruteng, compang ini juga sebetulnya menjadi etalase budaya Manggarai bagi orang-orang luar Manggarai untuk melihat dan memahami lebih dekat Manggarai itu sendiri.
Mestinya, Pemda memfasilitasi biar produk budaya Manggarai selain semakin dikenal dunia juga terawatt secara baik. Produk budaya bukan saja soal music dan tarian-tarian tetapi juga situs-situs dan produk material lainnya. Dengan jalan itu, identitas kemanggaraian akan tetap terjaga di tengah derasnya arus budaya terkenal yang mengikis identitas tradisional hampir semua suku bangsa.
3. Sunrise dan Goa Maria Golo Curu
Jika Anda adalah pencinta alam, jangan lewatkan moment menyembulnya sang surya dari ufuk timur di Golo Curu. Golo Curu adalah sebuah bukit kecil di sebelah selatan Ruteng, tepatnya di Karot. Tempat ini sanggup ditempuh selama 30 menit dari Ruteng.
Moment matahari terbit terbaik sanggup dinikmati selama demam isu kemarau. Anda harus sudah keluar dari penginapan di Ruteng pkl. 05.00. Paculah kendaraan menuju ke utara, lewat jalan menuju Reo. Setelah melewati sungai, dengan mengambil arah ke kanan, Anda akan tiba di Karot. Teruslah pacu kendaraan Anda menuju puncak bukit Golo Curu.
Dari tempat ini, Anda bisa mengabadikan moment “sunrise” di mana manatahari secara perlahan
menampakkan diri dari balik bukit-bukit nun jauh di ufuk timur. Pendaran dan biasan sinar matahari awal dari balik bebukitan di timur akan melahirkan pemandangan yang spektakuler. Anda dapat menyudahi moment itu dengan berdoa dan berfoto di depan arca Bunda Maria dan menikmati pemandangan kota Ruteng ke arah selatan hingga barat daya di kaki pegunungan Mandosawu.
Dari tempat ini, Anda bisa mengabadikan moment “sunrise” di mana manatahari secara perlahan
Dijamin, pengorbanan Anda melawan dinginnya udara Ruteng di pagi buta terbayar oleh pengalaman kosmis menyaksikan landscape Manggaraitengah yang indah secara alami.
4. Situs Manusia Purba “Liang Bua”
Bukit kapur Liang Bua, saksi sejarah eksistensi Homo Floresiensis |
Berada di tempat ini, pasti akan menciptakan Anda merefleksikan kembali siapakah diri Anda. Bagi orang yang meyakini teori evolusinya Charles Darwin mungkin akan percaya bahwa ia ialah salah satu mata rantai evolusi insan yang panjang semenjak insan purba mirip homofloresiensis ini. Sedangkan bagi pendukung teori asal-usul insan terbaru, Teori Out of Africa misalnya, mungkin akan beropini bahwa zaman insan purba telah berlalu seiring punahnya dinosaurus. Ini ialah zaman gue, zaman insan modern, makhluk dengan sedikit naluri tetapi punya potensi yang tak terbatas berkat nalar dan budi yang dimilikinya.
Kembali dari Liang Bua, Anda sanggup melihat Lingko dari erat di atas bukit. Lingko ialah lahan pertanian budpekerti yang dibagi dengan teladan terpusat pada satu titik yang ibarat jaring laba-laba. Pemandangan yang ditawarkan oleh Lingko sungguh sangat spektakuler lantaran menampilkan karya seni buatan tangan insan dalam bentuk raksasa.
Hotel dan Restoran di Kota Ruteng:
Hotel:
Tidak banyak hotel yang sanggup ditemukan di Ruteng. Apalagi hotel berbintang dengan akomodasi serba ada. Namun demikian, Ruteng mempunyai beberapa hotel kecil yang sanggup anda gunakan kalau bepergian ke Ruteng.
1. Hotel Sindha di Jalan Yos Sudarso No. 26 (Telp. 0385 21197).
2. Hotel Maryo’s di Jalan Poco Komba, Kampung Leda, Ruteng (Telp. 0813 530 69572 dengan Felix sebagai Assistant Manager). Email: f_de_rozari@hotmail.com
- Hotel Bunga ialah hotel yang gres dibangun dan beroperasi semenjak 2010. Bagi petualang dengan budget terbatas, hotel ini merupakan tempat beristirahat yang sempurna dengan harga mulai Rp80.000,- per malam. Alamat hotel ini di Jl. Merak Nekang (Telp. 0812 3771 3074).
- Hotel Dahlia merupakan tempat yang nyaman dengan shower air panas dan makan pagi di Jl. Bhayangkara No. 18 (Telp. 0385 21377).
- Hotel Rima merupakan hotel yang kemungkinan paling terkemuka di Ruteng. Dengan gaya mirip cottage kecil bernuansa bambu, hotel ini dimulai dengan harga Rp75.000,- sampai Rp225.999,- per malam. Lokasinya di Jl. Ahmad Yani (Telp. 0385 22196).
- Susteran Maria Berduka Cita merupakan penginapan dengan bangunan paling besar lantaran berada di dalam daerah kesusteran. Dengan jam malam diberlakukan sampai pukul 21.00 tempat ini terkenal higienis dan pelayanannya sangat ramah. Harga mulai dari Rp. 140.000,-, Berlokasi di Jl. Ahmad Yani (Telp. 0385 22834).
Restoran:
Berikut ini kami tampilkan beberapa rumah makan di kota Ruteng. Namun, sekali lagi, Anda jangan membayangkan restoran besar dengan banyak pilihan menu. Rata-rata rumah makan di Ruteng ialah rumah makan kecil dengan sedikit plihan sajian tetapi cukup higienis dan representatif. Mudah-mudahan sanggup memperlihatkan info terkait tempat makan ketika Anda berada di Ruteng. Kebanyakan restoran itu menyediakan kuliner Indonesia. Ada juga yang menyediakan makanan Barat, atau Chinese food.
1. Rumah Makan Agape di Jl. Bhayangkari No. 8 (Telp. 0385 22100).
- Rumah Makan Lestari di Jl. Komodo No. 2 (Telp. 0385 211393 atau 0813 39187 000)
- Rumah Makan Mas Nardi di Jl. Adi Sucipto No. 11
- Rumah Makan Padedoang ialah warung masakan Padang di Jl. Adi Sucipto No. 3
Akses Menuju Ruteng
Kalau lewat darat, Ruteng sanggup ditempuh dari Labuan Bajo di barat maupun dari Bajawa di timur. Jarak antara Labuan Bajo – Ruteng kurang lebih 120 km dan sanggup ditempuh dalam waktu 4 jam. Jarak antara Bajawa – Ruteng kurang lebih 125 km dan sanggup ditempuh dalam waktu 4 jam.
Kota ini juga sanggup dijangkau lewat udara. Ada bandara kecil sekitar 5 km ke arah timur bahari Ruteng, namanya bandara Frans Sales Lega.
Sarana transportasi yang menghubungkan bandara dengan kota masih sangat terbatas. Dari bandara menuju ke sentra kota Ruteng atau sebaliknya, Anda sanggup memakai travel namun jumlahnya cukup terbatas. Biaya yang dikenakan sekitar Rp 50.000 per orang untuk tujuan dalam kota Ruteng. Sedangkan dari bandara, kalau Anda ingin pergi ke luar kota Ruteng sanggup juga menyewa kendaraan roda empat. Biaya yang dikenakan sekitar Rp 500.000 plus pengemudinya.
Sumber:
Dari banyak sekali sumber
Sumber:
Dari banyak sekali sumber
Tidak ada komentar