Taka Bonerate, mungkin menyebut namanya saja kadang sulit diucapkan apalagi menuju ke tempat ini. Taka Bonerate yang dalam bahasa lokal (bahasa bugis) berarti “karang menumpuk di atas pasir atau gundukan kerikil di pasir”. Dimana ya? Kawasan ini terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia dan berbatasan dengan laut Flores. Taka Bonerate menjadi Taman Nasional semenjak tahun 2001. Taman Nasional Taka Bonerate ini ialah taman laut yang mempunyai tempat atol terbesar ketiga di dunia sesudah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Apa itu Atol? Atol ialah pulau karang yang biasanya berbentuk cincin dan dibagian tengahnya danau/cekungan yang terisi air laut. Tentunya, dikelilingi oleh terumbu karang yang sangat indah sehingga sangat bagus untuk aktivitas menyelam, snorkeling, dan wisata laut lainnya. Tak heran kalau Taka Bonerate ini menjadi salah satu Taman Nasional di Indonesia, alasannya ialah mempunyai biodiversitas biota dan terumbu karang yang sangat tinggi serta beragam. Salah satu pulau yang masuk dalam formasi pulau-pulau di Taman Nasional Taka Bonerate ialah Pulau Tinabo.
Untuk menuju Pulau Tinabo, sanggup dikatakan susah-susah gampang. Susahnya mungkin alasannya ialah jarak tempuh yang panjang, diharapkan perjuangan, doa dan kesabaran. Tentunya, faktor cuaca juga perlu diperhitungkan. Mudahnya ialah sudah banyak transportasi menuju tempat ini. Dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Anda sanggup menentukan mau jalur udara atau jalur darat? kalau ingin menghemat waktu, Anda sanggup menggunakan jalur udara, menggunakan pesawat terbang menuju Bandara H. Aeropala, Selayar. Hanya sekitar 40 menit saja. Namun, harus diubahsuaikan jadwal penerbangan menuju Selayar. Karena tidak setiap hari dan setahu saya maskapai yang tersedia ialah Wings Air. Biaya pun patut diperhitungkan. Jika Anda ingin menikmati setiap perjalanan, santai, bekpekeran, biaya yang hemat, Kamu sanggup menentukan jalur darat yang cukup panjang dan usang waktu tempuhnya.
Bulan April lalu, Saya dan teman-temann berkesempatan mengunjungi Taman Nasional Taka Bonerate dan Saya dipercayai untuk menjadi Tour Leader dalam trp ini. Saya dan teman-teman (Hanum, Avi, Kak Dita, Lulu, Juned, Koh Rendy dan Andy Arief) menentukan jalur darat untuk menghemat biaya. Kami menyewa kendaraan beroda empat (Antar dan Jemput) dari Makassar menuju Bulukumba, Pelabuhan Bira dengan waktu tempuh kurang lebih 5 jam. Perjalanan dilanjutkan dengan menyebrang menggunakan Kapal Ferry selama 2 jam menuju Pelabuhan Pamatata, Selayar. Jadwal keberangkatan kapal Ferry ini ada setiap hari nya dan dalam sehari hanya ada 2 jadwal yaitu pagi dan siang hari. Pada ketika itu jadwal kapal ferry jam 09.00WITA. Jika kapal belum berangkat, sempatkan untuk foto-foto di Pelabuhan Tanjung Bira, alasannya ialah pemandangannya cukup bagus. Dalam perjalanan 2 jam di kapal kami pun tertidur pulas.
Setibanya di Pelabuhan Pematata, Selayar, kami dibentuk takjub dengan air laut yang jernih dan terlihat terperinci karang-karang di perairan Selayar. Waw…belum hingga di tempat Taman Nasional Taka Bonerate saja sudah jernih begini air laut nya. Bagaimana disana ya?? Pasti lebih indah dan keren. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju kota Benteng dengan kisaran waktu 1.5 – 2 jam. Dalam perjalanan menuju kota Benteng, mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan yang indah, yaitu banyaknya pohon kelapa yang menjulang tinggi serta sepanjang jalan ditemani oleh pantai yang indah. Sayang, kami tidak sanggup singgah di Selayar, hanya lewat saja. Jalanan menuju kota Benteng juga cukup bagus, memang agak berliku-liku dan menanjak.
Setibanya di Kota Benteng, kami istirahat sejenak untuk solat dan makan siang sebelum melaksanakan perjalanan menuju Pelabuhan Pattumbukan. Perjalanan menuju Pelabuhan Pattumbukan memakan waktu sekitar 1.5 – 2 jam. Kapal kayu motor yang kami sewa sudah parkir dan siap mengantarkan kami berlayar selama 5-6 jam menuju Pulau Tinabo. Kami memulai perjalanan laut dari Pattumbukan jam 16.00 WITA, itu artinya hingga di Pulau Tinabo sekitar jam 21.00 atau 22.00 WITA. Berlayar di malam hari? Wah niscaya seru neh. Yuhuuuu kami siaap berlayaaar... Awalnya kami masih bersemangat, melihat cuaca yang cerah, awan dilangit biru berderetan ibarat kereta kencana, ombak yang tenang, sungguh indah sehingga menciptakan kami berfoto-foto dan sanggup menyaksikan Sunset dalam perjalanan. Namun sayang, ketika itu matahari tertutup awan tebal sehingga tidak sanggup menyaksikan sunset. Lama kelamaan bosan juga, mengingat lamanya perjalanan laut. Ini yang menciptakan kenapa ke Takabonerate itu harus ramai-ramai, jangan sendirian, sanggup garing selama di perjalanan. Hari berganti menjadi gelap. Itu tandanya malam telah tiba. Tidak ada penerangan dalam kapal. Akan tetapi menjadi malam special alasannya ialah perjalanan kami ditemani oleh bintang-bintang yang bertaburan. Sangat indah. Kecepatan kapal dikurangi alasannya ialah berlayar pada malam hari, minim cahaya, hanya mengandalkan senter yang dibantu oleh ABK biar Nakhoda sanggup melihat jalur laut serta jarak kapal dengan karang di laut sangat dekat, jadi harus hati-hati dan itulah alasannya mengapa kapal berjalan lambat. Raungan mesin kapal kayu perlahan mulai berhenti. Tidak ada yang terdengar kecuali ombak kecil yang mendera di sisi kapal dan suara-suara insan yang membantu kapal ini untuk merapat. Ya, kesannya kami tiba di Pulau Tinabo. Pulau yang tersembunyi dan indah akan kekayaan bawah lautnya. Kami pun siap untuk sebuah petualangan yang tidak akan terlupakan.
Pelabuhan Tanjung Bira dan Kapal Ferry yang mengantar kami menuju Selayar |
Setibanya di Pelabuhan Pematata, Selayar, kami dibentuk takjub dengan air laut yang jernih dan terlihat terperinci karang-karang di perairan Selayar. Waw…belum hingga di tempat Taman Nasional Taka Bonerate saja sudah jernih begini air laut nya. Bagaimana disana ya?? Pasti lebih indah dan keren. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju kota Benteng dengan kisaran waktu 1.5 – 2 jam. Dalam perjalanan menuju kota Benteng, mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan yang indah, yaitu banyaknya pohon kelapa yang menjulang tinggi serta sepanjang jalan ditemani oleh pantai yang indah. Sayang, kami tidak sanggup singgah di Selayar, hanya lewat saja. Jalanan menuju kota Benteng juga cukup bagus, memang agak berliku-liku dan menanjak.
Setibanya di Kota Benteng, kami istirahat sejenak untuk solat dan makan siang sebelum melaksanakan perjalanan menuju Pelabuhan Pattumbukan. Perjalanan menuju Pelabuhan Pattumbukan memakan waktu sekitar 1.5 – 2 jam. Kapal kayu motor yang kami sewa sudah parkir dan siap mengantarkan kami berlayar selama 5-6 jam menuju Pulau Tinabo. Kami memulai perjalanan laut dari Pattumbukan jam 16.00 WITA, itu artinya hingga di Pulau Tinabo sekitar jam 21.00 atau 22.00 WITA. Berlayar di malam hari? Wah niscaya seru neh. Yuhuuuu kami siaap berlayaaar... Awalnya kami masih bersemangat, melihat cuaca yang cerah, awan dilangit biru berderetan ibarat kereta kencana, ombak yang tenang, sungguh indah sehingga menciptakan kami berfoto-foto dan sanggup menyaksikan Sunset dalam perjalanan. Namun sayang, ketika itu matahari tertutup awan tebal sehingga tidak sanggup menyaksikan sunset. Lama kelamaan bosan juga, mengingat lamanya perjalanan laut. Ini yang menciptakan kenapa ke Takabonerate itu harus ramai-ramai, jangan sendirian, sanggup garing selama di perjalanan. Hari berganti menjadi gelap. Itu tandanya malam telah tiba. Tidak ada penerangan dalam kapal. Akan tetapi menjadi malam special alasannya ialah perjalanan kami ditemani oleh bintang-bintang yang bertaburan. Sangat indah. Kecepatan kapal dikurangi alasannya ialah berlayar pada malam hari, minim cahaya, hanya mengandalkan senter yang dibantu oleh ABK biar Nakhoda sanggup melihat jalur laut serta jarak kapal dengan karang di laut sangat dekat, jadi harus hati-hati dan itulah alasannya mengapa kapal berjalan lambat. Raungan mesin kapal kayu perlahan mulai berhenti. Tidak ada yang terdengar kecuali ombak kecil yang mendera di sisi kapal dan suara-suara insan yang membantu kapal ini untuk merapat. Ya, kesannya kami tiba di Pulau Tinabo. Pulau yang tersembunyi dan indah akan kekayaan bawah lautnya. Kami pun siap untuk sebuah petualangan yang tidak akan terlupakan.
Pulau Tinabo
Adalah salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan yang masuk dalam formasi pulau-pulau di Taman Nasional Takabonerate. Di Takabonerate, Pulau Tinabo terbagi dua yaitu Pulau Tinabo Besar dan Pulau Tinabo Kecil atau biasa disebut dengan Bungin Tinabo. Nah, yang kami datangi dan menjadi tempat menginap ialah Pulau Tinabo Besar yang memiliki dermaga kayu sepanjang kurang lebih 100 meter dimana seluruh pulau dikelilingi oleh pantai berpasir putih, air laut yang selalu jernih, semakin dalam warna airnya kehijauan, biru muda, hingg biru bau tanah menuju potongan laut yang lebih dalam. Sedangkan Pulau Tinabo Kecil atau Bungin Tinabo ialah pulau yang tidak berpenghuni dan letaknya tepat di seberang barat Pulau Tinabo. Pulau Tinabo juga sebagai Basecamp tempat menginap bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara, alasannya ialah hanya di pulau inilah yang tersedia penginapan. Tidak banyak penginapan di pulau ini, jumlahnya terbatas. Kamar yang tersedia menggunakan kipas angin (tidak ada AC), listrik pun di sini menyala dari jam 18.00 WITA s.d. 24.00 WITA. Di pulau ini juga tidak ada air tawar untuk mandi, hanya ada air asin (laut), walaupun ada air tawar tapi jumlahnya terbatas. Ada juga sih yang menjual air tawar untuk mandi dengan harga Rp 25.000,-/dirigen. Air tawar di sini mengandalkan air hujan untuk ditampung, kemudian dimasak. Jadi, berdasarkan saya, Jangan Mengharapkan Fasilitas Lebih di Pulau Terpencil.
Bersama teman-teman di Pulau Tinabo |
Aktifitas di Pulau Tinabo selain bermain dengan bayi-bayi hiu, kita juga sanggup melaksanakan aktifitas ibarat snorkeling, berenang, berjemur, berperahu (kano) atau sekedar main-main pasir putih yang bertekstur lembut. Pasir putih disekeliling pantai, keanekaragaman biota laut, rimbunan pohon kelapa dan banyak sekali keindahan alam lainnya menambah ke-eksotisan Pulau Tinabo. Hanya dengan membalikkan tubuh saja kita sanggup melihat keindahan alam berupa matahari terbit (sunrise) maupun matahari terbenam (sunset) yang begitu indah dari satu tempat.
Sisi lain Pulau Tinabo dan Tour Leader-nya Narsis...hehehe |
Di Pulau Tinabo terdapat spot untuk snorkeling. Tepatnya di depan dermaga kayu. Spot itu berjulukan Spot Kima atau Taman Kima di Tinabo yang termasuk ke dalam salah satu potongan Konservasi Kima. Kima atau disebut juga dengan Kerang Raksasa merupakan salah satu spesies yang dilindungi di Taman Nasional Taka Bonerate. Karena Kima merupakan hasil laut yang bernilai ekonomi tinggi. Harus hati-hati juga kalau snorkeling di spot Kima. Awal nya memang malu-malu kalau kita dekati, kima akan menutup mulutnya. Tapi jangan hingga lengah juga karna sewaktu-waktu sanggup mencapit dan susah untuk dilepaskan. Tidak hanya Kima saja yang sanggup dilihat di sini, tapi banyak juga ikan-ikan bagus dan terumbu karangnya yang masih terjaga. Jadi, marilah kita jaga keindahan dan kelestarian alam bawah laut Indonesia.
Kima atau Kerang Raksasa |
Biota laut lainnya di spot Kima |
Oh ya, Just Info aja neh, kalau teman-teman butuh dukungan untuk Arrange sebuah trip, sanggup menghubungi 0856.91020034 (Call/Text/WA).
Tidak ada komentar