Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Tour De Flores Dan Aktivitas Besar Di Baliknya



 Oleh: Engelbertus Djo


Wawan Loso ( dengan wajah dilingkari ), salah satu orang luar Flores yang ketika ini menjadi Tuan Tanah di Labuan Bajo
Pagelaran balap sepeda bertaraf internasional dengan tajuk Tour de Flores (TdF) sebentar lagi akan digelar dengan rute Larantuka – Labuan Bajo. Sebagai orang orisinil Flores tentu saja kita patut berbangga alasannya ialah ajang bergengsi ini katanya ingin memperkenalkan pariwisata Flores kepada dunia internasional – dengan demikian jumlah wisatawan yang tiba ke pulau Flores juga akan meningkat sesuai dengan cita-cita para pelaku industri pariwisata disalah satu pulau yang pernah menjadi tempat pengasingan sang proklamator Bung Karno. 


Diawali oleh inspirasi para Alumni Seminari Mataloko (Yayasan ALSEMAT) maka inspirasi tersebut kemudian diwujudkan oleh Pemimpin Redaksi BeritaSatu yakni Bapak Primus Dori Mulu yang kemudian membentuk tim yang minim pengalaman karena pada kesudahannya TdF diberikan pada salah satu Event Organizer yang pernah menjadi EO diajang Tour de Singkarak untuk menanganinya dibawah pengawasan Kementerian Pariwisata. Anggota Tim yang dibuat dengan NIAT untuk meraih laba secara perlahan tersingkir seiring dengan diambil alihnya ajang ini – sampai pada kesudahannya mereka menyerupai orang kebakaran jenggot yang terus memfitnah satu sama lainnya. 

Flores memang sedang menjadi sentra perhatian dunia dimana hal ini bisa dibuktikan dari terus berdatangannya wisatawan lokal dan mancanegara diwilayah ini. Labuan Bajo telah menjadi salah satu destinasi pariwisata walaupun secara perlahan penduduk pribumi mulai bergeser alasannya ialah tanahnya dibeli oleh para pengusaha yang ingin membangun hotel dan sebagainya tanpa ada perencanaan yang terstruktur oleh pemerintah setempat yang lebih mengutamakan pundi-pundi uangnya terisi oleh bonus atau hadiah yang ditawarkan oleh para pengusaha untuk memuluskan jalannya bisnis mereka di Labuan Bajo. Sebut saja Bapak Wawan Loso dan para centengnya yang menjadi calo tanah di Labuan Bajo di mana baginya yang penting lahan tersebut dibeli oleh para pengusaha dan mereka mendapat laba sekalipun lahan itu ialah kebun dari warga pribumi. 

Walaupun TdF merupakan agenda nasional tentu saja pemerintah kawasan mempunyai hak pula untuk menolak kebijakan yang membebani PEMDA setempat. Bupati Ngada, Bapak Marianus Sae menjadi orang pertama yang secara terbuka memberikan keberatannya karena Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT diwajibkan mengalokasikan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2016 senilai Rp3 miliar. 

Itu artinya total APBD yang akan terpakai di Tour de Flores sebesar Rp16,5 miliar. Biaya yang sangat besar tersebut dipakai untuk penginapan dan makan minum peserta. Sungguh mengherankan, sudah ada EO yang menangani ajang ini dengan biaya registrasi yang cukup besar kemudian PEMPROV dan PEMDA yang diwajibkan untuk menyiapkan dananya. Suatu hal yang tidak masuk nalar bagi kami di Flores yang ketika ini masih membutuhkan dana yang besar untuk sektor Pendidikan dan juga Infrastruktur terutama susukan jalan raya. 

Untuk penolakan PemdaBACA DI SINI

Publik di Flores belum siap untuk memulai industri pariwisata dan mereka perlu diberikan banyak training dan juga wawasan perihal industri pariwisata. Jika hal ini disepelekan maka TdF akan menjadi ajang untuk “ramai-ramai” saja alasannya ialah memang di Flores jarang sekali ada sebuah ajang besar. Publik akan mendapat hiburan alasannya ialah bisa menyaksikan dari pinggir jalan dimana mereka sanggup menyaksikan para pebalap melewati wilayahnya. Nuansa Politis dan Bisnis Diadakannya Tour de Flores Mungkin banyak yang tidak mengetahuinya namun secara kasat mata penulis amati bahwa ajang yang terlalu dipaksakan ini ada nuansa politis dan bisnis didalamnya. Bapak Primus Dori Mulu mungkin saja bukanlah seorang yang ambisius namun patut sanggup diduga bahwa ajang ini ada nuansa politis didalamnya alasannya ialah untuk memuluskan langkah Kakaknya yaitu Dokter Yohanes Don Bosco Do yang dikabarkan akan kembali mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di Kabupaten Nagekeo. 

Sedangkan dari segi bisnis, patut sanggup diduga bahwa ajang ini untuk mendukung bisnisnya Lippo Group alasannya ialah menyerupai yang sudah kita ketahui bahwa BeritaSatu merupakan salah satu media milik Lippo Group yang mempekerjakan Bapak PDM sebagai Pemimpin Redaksi (PEMRED). Penolakan pembangunan RS Siloam dibeberapa kawasan tentu saja menciptakan Lippo Group mencari area lain dan Labuan Bajo menjadi pilihannya alasannya ialah sudah niscaya RS Siloam sanggup diterima oleh masyarakat walaupun dengan tarif yang tak semua orang sanggup menjangkaunya. 

Sebagai orang media tentu saja sangat gampang bagi Bapak PDM untuk melobi pemerintah walaupun kita juga perlu mensyukuri alasannya ialah dia bisa memperkenalkan wisata Flores dengan mengajak Bapak Rizal Ramli dan lainnya untuk berlibur di Labuan Bajo. Kami sebagai raksyat bawah yang gagal paham perihal TdF mengingatkan bahwa PEMPROV NTT sebaiknya koreksi terlebih dahulu mengenai dana APBD yang akan dipakai untuk ajang TdF.

Bagaimana mungkin, orang tiba mereka bayar ke EO namun PEMDA dibebani biaya yang begitu besar. Bangun sekolah dan berikan pemahaman yang memadai perihal industri pariwisata dan juga berdiri infrastruktur yang berafiliasi dengan teknologi tentu alangkah lebih baik kemudian memperkenalkan perihal wisata Flores keseluruh dunia dengan cara yang tidak membebani PEMDA semoga NTT bukan lagi hanya dikenal sebagai propinsi termiskin di Indonesia. Kita aib sebagai orang Flores bila predikat tersebut masih menempel sampai hari ini dan semoga menjadi masukan bagi mereka yang berkecimpung di TdF.

Sumber: BACA DI SINI !



Sumber https://pariwisata-tourisme-flores.blogspot.com

Tidak ada komentar