Ads

Ads
Menu
Hasil penelusuran untuk masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Hotel di Banda Aceh - Lagi berencana mengunjungi kota Banda Aceh atau lagi mencari hotel murah di Aceh yang pas untuk menginap sesuai dengan kantong Anda? Kami akan merekomendasikan untuk Anda.


Berlibur ke kota Banda Aceh cukup banyak pilihan daerah menarik yang dihentikan dilewatkan, menyerupai yang paling populer adalah megahnya Masjid Raya Baiturrahman, museum Tsunami, kapal di atas rumah, dan masih banyak lagi. Untuk soal penginapan Anda tidak perlu kuatir, alasannya ialah di kota Banda Aceh semua jenis penginapan ada, mulai dari koper hingga ranser.

Dilansir dari Detik Travel, berikut daerah menginap di kota Banda Aceh, tarif mulai 70 ribu hingga 2,5 juta Anda sudah sanggup menginap di kota serambi makkah ini dengan nyenyak. Berikut hotel di Banda Aceh dari harga murah hingga harga tinggi.

Hotel Di Banda Aceh


1. Hermes Palace Hotel
 Lagi berencana mengunjungi kota Banda Aceh atau lagi mencari  Ini Hotel Tempat Menginap Di Banda Aceh Dari 70 Ribu Hingga 2,5 Juta Semalam
Hotel Hermes Banda Aceh (id.wikipedia.org)
Hotel Hermes Banda Aceh. Berbagai hotel berbintang sanggup menjadi daerah bermalam di Aceh. Fasilitas di tiap hotelnya akan memanjakan Anda sesudah seharian mengitari Serambi Makkah.

Hermes Palace Hotel ialah hotel berbintang empat yang berada di Jl T Panglima Nyak Makam, Banda Aceh. Hotel ini punya kemudahan lengkap, menyerupai bak renang, gym, hingga restoran yang buka 24 jam. Harga per malam di sini mulai dari Rp 645 ribu untuk Standar, Rp 775 untuk Grand Deluxe, Rp 995 untuk Junior Suite, Rp 1,3 juta untuk Executive Suite, hingga Rp 2.550.000 untuk President Suite.

Untuk President Suite, Anda akan menerima kamar yang lebih besar. Serta, ada dua kamar mandi, dapur, dan juga ruang tamu. Hermes Palace Hotel sanggup ditempuh selama 20 menit dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh.


2. Grand Nanggroe Hotel
 Lagi berencana mengunjungi kota Banda Aceh atau lagi mencari  Ini Hotel Tempat Menginap Di Banda Aceh Dari 70 Ribu Hingga 2,5 Juta Semalam
Grand Nanggroe Hotel Aceh (grandnanggroehotel.com)
Selain itu, ada juga Grand Nanggroe Hotel. Ini ialah hotel bintang tiga yang terletak di Jl Tengku Imum Lueng Bata, Banda Aceh. Harga menginap per malam di sini mulai dari Rp 638 ribu hingga Rp 1.786.000. Di Grand Nanggroe Hotel ada kemudahan bak renang, fitness center dan karoke.

Asyiknya, hotel ini juga punya Nanggroe Cafe. Ini ialah kafe yang terletak di lantai 5 dan berada di luar ruangan. Sambil ngopi, Anda sanggup lihat pemandangan anggun dari sini. Nanggroe Cafe itu kafe outdoor di lantai 5. Buka dari pukul 12.00 WIB hingga 01.00 WIB tiap harinya, kecuali Jumat bukanya dari pukul 13.00 WIB.
Bagi pecinta wisata kuliner, di sebelah hotel terdapat Rumah Makan Aceh. Rumah Makan Aceh menyerupai rumah panggung, cocok bagi pecinta wisata kuliner.

3. Hotel Sulthan

Bagi traveler yang bergaya koper, hotel lainnya yang sanggup Anda singgahi ialah Hotel Sulthan. Hotel ini letaknya di Jl Sulthan Hotel, Banda Aceh. Sekarang ini, Hotel Sulthan sedang menebar diskon!

Bila sedang diskon harga kamar standar mulai Rp 400 ribu dari yang Rp 550 ribu, Deluxe Rp 450 ribu dari Rp 750, dan Executive Suite Rp 1,5 juta dari Rp 1,6 juta.

Total, ada 150 kamar di Hotel Sulthan. Hotel ini letaknya di tengah kota dan erat dengan Masjid Raya Baiturrahman atau pusat-pusat perbelanjaan. Hotel Sulthan hanya 20 menit dari Bandara Sultan Iskandar Muda.

4. Hotel Prapat

 Lagi berencana mengunjungi kota Banda Aceh atau lagi mencari  Ini Hotel Tempat Menginap Di Banda Aceh Dari 70 Ribu Hingga 2,5 Juta Semalam
Tampak depan Hotel Prapat (www.tripadvisor.co.id)
Bagi Anda yang gemar traveling dengan cara backpacker, Aceh punya banyak hotel-hotel dengan harga terjangkau. Kisarannya mulai dari Rp 100 ribu, Anda sudah sanggup tidur dengan nyenyak. Hotel murah meriah yang populer di Aceh ialah Hotel Prapat. Hotel ini terletak di Jl Jendral Ahmad Yani, Banda Aceh. Harga per malam di Hotel Prapat mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu saja.

Ada 4 kelas di Hotel Prapat. Pertama Rp 100 ribu dengan kemudahan hanya kipas angin, kemudian Rp 175 ribu, Rp 200 ribu, dan Rp 250 ribu yang semuanya memakai AC.

Ada 45 kamar di sini. Lokasinya yang di tengah kota, memudahkan Anda untuk melancong ke Sabang atau berkeliling Kota Banda Aceh. Rupanya, hotel ini juga menjadi favorit daerah bermalam traveler asal Jakarta lho!

5. Hotel Palembang

Hotel lainnya yang tak kalah murah ialah Hotel Palembang. Hotel yang berada di Jl Chairil Anwar, Banda Aceh ini mematok harga menginap per malam tak lebih dari Rp 200 ribu.

Harga per malam di Hotel Palembang ialah mulai dari Rp 70 ribu, Rp 100 ribu, Rp 135 ribu, Rp 160 ribu , hingga Rp 200 ribu. Rata-rata di bawah Rp 200 ribu.

Fasilitas di hotel ini ialah ada kipas angin untuk kamar dengan harga Rp 100 ribu dan AC serta TV untuk kamar seharga Rp 200 ribu. Total, ada 23 kamar di sini.

6. Hotel Wisata

Hotel di Banda Aceh lainnya ialah hotel Wisata. Terakhir, hotel dengan harga terjangkau ialah Hotel Wisata. Letaknya berada di Jl Jendral Ahmad Yani, Banda Aceh. Asyiknya, setiap kamar di sini mempunyai kemudahan AC.

Di Hotel Wisata hanya ada dua harga di Hotel Wisata, yaitu Rp 175 ribu dan Rp 225 ribu. Semuanya sudah pakai AC, bedanya hanya ada air panas pada kamar yang lebih mahal.

Itulah hotel di Banda Aceh. Makara yang mana pilihan Anda, mau bergaya ala koper atau ransel ketika berkunjung ke Aceh?

Hotel di Banda Aceh  - Lagi berencana mengunjungi kota Banda Aceh atau lagi mencari hotel murah di Aceh yang pas untuk menginap sesuai deng...
Ha Njo Dolan Jumat, 30 Desember 2011
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Minggu, 14 Mei 2017. Hari terakhir kami di Pulau Weh. Hmm... Rasanya belum puas jalan-jalan keliling pulau ini. Masih banyak daerah yang belum sempat kami eksplorasi. Definitely, harus ke sini lagi nanti!



Semalem lezat banget tidurnya, ditemanin bunyi ombak dan hambar hujan (lagi-lagi hujan). Dan kami serasa diisolasi dari dunia luar sebab ngga ada sinyal HP sama sekali. Saya sama mba Riris yang awalnya mau naik kapal paling pagi ke Ulee Lheue, kesannya mutusin buat naik kapal kedua, sebab males masih pengen menikmati suasana penginapan. Namun betapa kagetnya saya, ketika ngecek jadwal di hari Minggu itu, kapal kedua gres ada pukul 14.00! Wtf. Kami lantas buru-buru packing, kemudian pamit ke Kak Eva buat check-out.

Kembali, saya memacu motor menyusuri jalanan panjang menuju Pelabuhan Balohan. Dan lagi-lagi, kami dimanjakan dengan pemandangan alam Pulau Weh yang sungguh stunning and breathtaking. Alhamdulillah pagi itu cerah. Tapi entah siang/sorenya tampaknya bakal hujan lagi...

Asma'ul Husna di sepanjang jalan

One of the breathtaking scenes

Singkat cerita, kami hingga di Pelabuhan Balohan. Dan benar saja, sehabis tanya sana-sini, ternyata kapal kedua gres berangkat pukul 14.00. Hmm..

Port of Balohan

Agak kzl sendiri ya sebenernya, soalnya di Banda Aceh kita udah nyusun itinerary sedemikian hingga. Akhirnya, berantakan. And tbh, I lost my mood at that time.

Kami kemudian cari warta tiket kapal. Opsinya tetep ada dua: kapal cepat dan lambat. Of course, kami ingin kapal cepat, tapi sayang konternya lagi tutup. Terus ada seseorang bapak (ngga ngerti siapa) yang bilang kalau tiket kapal cepat-nya udah sold out (?) sebab udah di-booking sama rombongan. What? Seriusan kapalnya sanggup “disewa” kayak gitu?? That’s unbelievable.

Kami ngga mikir panjang lagi, dan pribadi ke konter si kapal lambat. Ternyata belum buka juga. Terus kami ngobrol sama seseorang laki-laki (yang tiba-tiba muncul entah darimana). Dia ngejelasin ihwal tiket kapal lambat, tarifnya, dan bla bla bla.. hingga kesannya dia nanya tiketnya buat berapa orang, atas nama siapa, dsb. It happened so fast hingga saya ngga sempet mikir.

Terus dia bilang total tiketnya Rp54.000,00. Dan sehabis saya crosscheck sama daftar harga (yang saya foto di Ulee Lheue), total harganya bener jumlahnya (Rp27.000,00/orang). So, kami kasih aja uangnya, dan kami tinggal keluar pelabuhan buat cari makan. Nah, pas lagi jalan inilah saya gres mikir.

Who the fvck was that guy? Tadi itu siapa cobak? Dia ngga keliatan kayak petugas resmi. Kenapa kita beli tiket ke dia? Gimana kalau dia kabur bawa duit kita? Apa dia calo? O my God, like, kenapa kami ngga interogasi dia dulu sebelum nyerahin duit. Heft. I just lost my mind. Dan kami kesannya tau yang “sebenarnya”, beberapa waktu kemudian ketika kami kembali ke pelabuhan.

Meanwhile, sambil nunggu kapal, kami cari makan siang. Kami putusin buat balik lagi ke kota Sabang, dan alhamdulillah, si ibuk penjaga motor ngebolehin kami pinjem motornya lagi. Yea. Kali ini yang nyetir mba Riris, kerana saya sudah lelah dengan semua drama yang terjadi hari itu.

Balik Sabang lagi

Awalnya kami mampir ke daerah sate gurita, tapi sate-nya gres ada pukul 17.00. Duh apes. Kami lantas pindah ke daerah berikutnya, yaitu Kedai Mie Sedap (bukan brand mi instan ya). Agak susah cari tempatnya, soalnya alamat yang kami sanggup dari googling ternyata beda. Tapi lokasinya ngga jauh dari situ. Masih di sekitaran pasar-nya Sabang. 

Pas hingga kedainya, saya sebenernya masih agak ragu ini bener apa enggak. Namun begitu mie-nya disajikan, (saya cocokin sama gambar di Google juga) ternyata bener ini daerah penjual Mie Jalak yang populer itu!

Mie Jalak

Kalau dari penampakannya sih, sama kayak mi ayam pada umumnya ya. Dimasak ala-ala Chinese, dan porsinya tidak mengecewakan banyak. Tapi yang paling lezat berdasarkan saya adalah... telurnya yang dimasak setengah mateng. Makara kuningnya melted-melted gitu. Harganya juga cukup terjangkau, Rp15.000,00/porsi.

Perut sudah terisi, saatnya kami kembali ke pelabuhan.

Balik lagi ke pelabuhan

(Di pelabuhan) Setelah ngembaliin motor, kami bergegas ke loket kapal lambat. Wew udah ramai bengets itu ruangannya. Saya pun mulai was-was. Bagaimana caranya kita nyari si laki-laki ‘misterius’ tadi? Dan pas kami telusuri antrian di depan lokat, alhamdulillah, kami ketemu si laki-laki itu—yang ternyata lagi ngantri beli tiket. Si laki-laki itu pun ngasih tiket kapal atas nama kami, kemudian... dia minta uang (seikhlasnya) buat ongkos ngantri..

Damn I knew it. Dia ternyata CALO beneran kan! Heft... Akhirnya saya kasih aja Rp10.000,00, sambil dalem hati menggerutu. It’s not really about the money, tapi ihwal bagaimana saya seharusnya lebih tegas dan bernafsu ketika ketemu “orang-orang” macem ini.

Lets just go...

Terus saya jadi inget, si bapak-bapak yang bilang tiket kapal cepat-nya udah sold out, saya yakin 99,99% dia juga CALO yang lagi ngantri beli tiket! Dia niscaya sengaja bilang sold out semoga kami ngga ikutan ngantri. Makara kesempatan dia buat dapet tiket akan lebih besar.

Saya dapet pelajaran, bahwa biasakanlah untuk membeli atau bertanya ketersediaan tiket pada loket/petugas resmi. (diriwayatkan oleh korban calo)

Boarding...

Move on, sekitar pukul 14.00, kami kesannya sanggup naik kapal. That was so crowded! Saya sama mba Riris naik ke dek atas yang terbuka. Dan setelah-agak-lama kemudian, kapal kami pun bergerak meninggalkan dermaga. And we said farewell to Weh Island..


Seeya!



Ini kami disalip sama kapal cepat. Heft kzl

Perjalanan kami memakan waktu sekitar 2 jam, jadi kami datang di Pelabuhan Ulee Lheue sekitar pukul 16.00. Di sana, kami dijemput sama Bang Jon (temennya Bang Zul sewa motor), yang mana ia menyediakan sewa bentor (becak motor). Kami deal harga sewa Rp200.000,00 buat keliling Banda Aceh (termasuk ke Lampuuk sebenernya) dari sore hingga malem. Imo, seharusnya sanggup lebih murah lagi ya, tapi pas kami liat bentornya, OMG, ternyata gede & fancy banget. That was hilarious. Udah berasa kayak seleb lokal.

Welcome back at Ulee Lheue

And welcome to Banda Aceh

Destinasi pertama kami yakni Museum Tsunami. Saya udah ketar-ketir sih, takut ngga sempat soalnya museumnya tutup pukul 16.45. Dan akan sangat mengecewakan, kalau udah hingga Banda Aceh tapi ngga mampir ke museum yang iconic ini. Namun alhamdulillah, pas kami hingga sana, tempatnya masih buka. Meskipun ya tinggal beberapa menit lagi.

Run run run at Tsunami Museum

Kami buru-buru masuk, dan ternyata tiketnya gratis. Yey. Setelah melewati pintu masuk, kita akan pribadi dihadapkan dengan sebuah lorong, yang dihiasi “air terjun” di dindingnya, sambil terdengar sayup-sayup dzikir “Laa ilaaha illallah”. Bikin merinding. Seakan kita dibawa pada di situasi tsunami 26 Desember 2004 silam.  




Kemudian, kami memasuki ruang multimedia dimana kita sanggup menyaksikan slide-slide gambar kejadian Tsunami 2004.


Ruang Multimedia

Setelah itu, kita akan melewati ruangan (yang paling emosional berdasarkan saya), yakni Ruang Sumur Do’a (Chamber of Blessing). Ruangan ini berbentuk silinder, yang di dindingnya ditempel nama-nama korban peristiwa tsunami.




Selama di sini, kita akan ditemani dengan bunyi lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Dan apabila kita tengok ke atas, kita akan melihat goresan pena lafadz “Allah” yang tampak bercahaya di antara dinding ruangan yang gelap. Hmm... Seakan mengingatkan, bahwa suatu ketika nanti, kita semua niscaya kembali kepada-Nya. Tanpa kita ketahui kapan, dimana, dan dengan cara ibarat apa.

Next, kita akan melewati jalan spiral ke atas hingga di sebuah jembatan panjang. Dari sini kita sanggup melihat, di langit-langit gedung ada banyak bendera dari banyak sekali negara yang turut membantu Indonesia ketika peristiwa tsunami terjadi.


The bridge

The flags

Kemudian, kita hingga di lantai tiga (kayaknya). Di sini, kita sanggup melihat ruang festival yang menyimpan benda-benda peninggalan ketika tsunami terjadi. Namun sayang, kami tidak sanggup melanjutkan keliling museum lebih jauh, sebab udah mau tutup. Too bad. But still, it was a nice experience tho. J

Maket Museum Tsunami

Plakat Kerjasama Red Cross accross the world

Temporary Exhibition room



Setelah dari Museum Tsunami, kami lanjut ke lokasi PLTD Apung I, di Desa Punge Blang Cut. That was insane ya. Bayangin aja, kapal seberat 2.600 ton terseret sejauh 5 kilometer dari maritim hingga ke desa ini. Wew.

PLTD Apung 


Monumen Tsunami

Kami kemudian mampir juga di lokasi kapal yang “nyasar” hingga ke perumahan penduduk. Nggak jauh dari PLTD Apung tadi. Sayangnya, kami ngga sempat mampir ke “kapal di atas rumah” sebab lokasinya agak jauh dan tiba-tiba... hujan deres! Heft.


Kapal di tengah permukiman

Rencana kami ke Pantai Lampuuk pun gagal juga (Fyi, kata Bang Jon, kalau malam, pantai-pantai di Aceh ini “ditutup” semoga ngga ada muda-mudi non-muhrim yang berduaan/pacaran—due to the sharia rules, I guess)

Kami kemudian cari penginapan di sekitaran Banda Aceh dan kesannya menjatuhkan pilihan di Hotel Prapat. Lokasinya di tengah kota dan harganya cukup terjangkau mulai dari Rp100.000,00-an/malam. Kami pribadi cek in dan naruh barang.

Hotel Prapat

Menjelang Maghrib, saya sama mba Riris keluar lagi, masih sama Bang Jon. Kami minta diantar ke Masjid Raya Baiturrahman untuk sholat Maghrib. Alhamdulillah yah, seneng rasanya sanggup sholat di masjid yang jadi landmark pujian Banda Aceh.




Masjid Raya Baiturrahman

Lepas Maghrib, kami minta diantar buat makan malam di salah satu resto (lupa namanya apa, yang penting makan), dan sehabis itu, kami pribadi balik ke hotel!


I just wanted that day to be over. Lelah sudah rasanya menghadapi semua “cobaan” di hari itu. Esok hari, kami akan melanjutkan perjalanan kami ke... Danau Toba! So, stay tune  



NaraHubung:
Kedai Mie Sedap
Jl. Perdagangan, Kuta Barat, Sukakarya, Kota Sabang, Aceh 24411

Museum Tsunami Aceh
Jl. Sultan Iskandar Muda No.3, Sukaramai, Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh 23243
Buka: 09.00-16.45

Hotel Prapat
Jalan Jenderal Ahmad Yani No.19
Telp.: (0651) 22 159

Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya, Kp. Baru, Baiturrahman, Kota Banda Aceh

Bang Jon (sewa bentor)
Telp.: 081360231339

Sumber http://ferydyan.blogspot.com

Minggu, 14 Mei 2017. Hari terakhir kami di Pulau Weh. Hmm... Rasanya belum puas jalan-jalan keliling pulau ini. Masih banyak daerah yang b...
Ha Njo Dolan Senin, 03 Juli 2017
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Tiga destinasi halal Indonesia yakni Aceh, Sumatera Barat (Sumbar), dan Lombok (NTB), berupaya menjaring wisatawan sebanyak mungkin dikala Bulan Suci Ramadhan dengan menggelar special event.

Dalam rangka mengisi bulan Ramadhan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh meluncurkan pesona bulan Ramadhan dengan tagline ‘Wonderful Ramadhan in Aceh’. Nama special event-nya ‘Festival Ramadhan 2019’.

Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin, dalam siaran pers yang diterima TravelPlus Indonesia, baru-baru ini menyampaikan Festival Ramadhan 2019 akan menjadi sebuah even menarik dan membawa pengalaman gres bagi wisatawan muslim selama berada di Aceh.

"Wisatawan sanggup menikmati pesona dan keunikan wisata Ramadhan di Aceh, sekaligus memperkuat positioning Aceh sebagai destinasi wisata halal unggulan nasional dan internasional," terangnya.

Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhani menambahkan festival tersebut akan dipusatkan di Taman Budaya, Banda Aceh selama dua pekan, 7-21 Mei 2019 mulai pukul 16.30-20.00 WIB. Kemudian, dilanjutkan pada pukul 21.30 WIB sampai selesai.

“Rangkaian acaranya bersifat islami menyerupai opening ceremony, pekan raya dan kuliner, jajanan berbuka puasa, pentas dan lomba seni budaya islami, pameran budaya islami, pemutaran film islami, buka puasa, tausyiah,” terangnya.

Selain itu ada sejumlah kegiatan pendukung menarik lainnya menyerupai lomba seni islami, adzan, mewarnai, nasyid, dalail, dan lain-lain yang akan dihadirkan di tiga panggung di area Taman Budaya.

“Selama program berlangsung, penyelenggara juga akan membagikan takjil gratis kepada masyarakat, shalat tarawih berjamaah, buka puasa bersama, pinjaman anak yatim, dan lelang baju artis nasional. Hasil lelangnya akan disumbangkan kepada anak yatim piatu dan kaum dhuafa,” ungkap Rahmadhani.

Sumbar yang juga menjadi destinasi halal Indonesia, tak mau kalah.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Sumbar, Oni Yulfian dalam menjaring wisatawan ke Sumbar selama Ramadhan, pihaknya menyiapkan special event bertajuk 'Pesona Ramadhan Sumatera Barat' pada Minggu pertama bulan Ramadhan.

"Rangkaian acaranya terdiri atas program keagamaan menyerupai dai cilik, talkshow pariwisata halal, dan lainnya," jelas Oni kepada TravelPlus Indonesia.

Mengenai lokasi Pesona Ramadhan Sumatera Barat tersebut masih dalam pembicaraan dengan 19 kabupaten dan kota di Sumbar. "Yang niscaya akan dipusatkan di Masjid Raya Sumbar di Kota Padang," ungkap Oni.

Selain Pesona Ramadhan Sumatera Barat, juga ada program Potang Balimau (menyambut Ramadan) di Kabupaten 50 Kota tanggal 5 Mei. "Ada juga program Balimau lainnya di beberapa kota dan kabupaten lain," tambah Oni.

Lain lagi dengan Lombok (NTB), selama Bulan Ramadhan, Pemprov NTB akan menghadirkan para Imam Besar dari 4 negara Timur Tengah dalam kegiatan 'Pesona Khazanah Ramadhan' di Masjid Bumi Seribu, 8 - 25 Mei 2019.

Selain itu juga ada bermacam kegiatan pendukung menyerupai pameran/bazaar, aneka lomba, talkshow, kegiatan sosial, dan lainnya.

Pemprov NTB berharap lewat special event tersebut wisatawan dari seluruh Indonesia dan mancanegara khusus Asia hadir di NTB untuk melakukan ibadah yang lebih baik lagi dan khusyuk selama Bulan Suci Ramadhan.

Berdasarkan informasi dari aneka macam sumber lain, di beberapa kawasan lain juga menggelar even pada Ramadhan tahun ini.

Di Kebumen, Jawa Tengah tepatnya di Alun-alun Kebumen akan ada Ramadhan Festival tanggal 29 Mei - 4 Juni 2019 dari pukul 10.00 - 22.00 WIB, gratis untuk umum.

Adapun jadwal acarannya antara lain seminar, ramulan kuliner, bazzar murah multi produk, lomba adzan dan hadroh serta bagi takjil.

Sementara di Kota Sawalunto, Sumbar, akan ada Bazaar Ramadhan pada tanggal 27-29 Mei 2019 di Pelataran Parkir Balaikota/halaman Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. Disbudpar Aceh

Captions:
1. Aceh sebagai destinasi halal Indoneaia siap menyambut wisatawan selama Ramadhan dengan suguhan 'Festival Ramadhan 2019’.
2. Tadarus bersama di Masjid Raya Banda Aceh atau Masjid Baiturrahman.
3. Salah satu jajanan khas Bulan Suci di Aceh.

Tiga destinasi halal Indonesia yakni Aceh, Sumatera Barat (Sumbar), dan Lombok (NTB), berupaya menjaring wisatawan sebanyak mungkin dikal...
Ha Njo Dolan Rabu, 31 Desember 2014
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Upaya menjaring wisatawan mancanegara (wisman) asal Malaysia lebih banyak lagi tahun ini, sekaligus memperkenalkan predikatnya sebagai destinasi wisata halal dunia, Aceh mengikuti bazar Johor International Islamic & Halal Festival 2019.

Pameran wisata berskala internasional tersebut berlangsung di Persada Johor International Convention Center, Johor Bahru - Malaysia semenjak 28-31 Maret.

Dalam siaran persnya yang dikirim ke TravelPlus Indonesia, Minggu (31/3),1 Kepala Disbudpar Aceh Jamaluddin menjelaskan keikutsertaan Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar)Aceh dan pelaku industri wisata lainnya dalam bazar ini untuk memperkukuhkan Aceh dengan ragam pesona wisata sebagai destinasi wisata halal dunia.

"Lewat bazar ini tidak hanya untuk memperkenalkan Aceh sebagai tempat dengan sebutan "Serambi Mekkah", dimana Islam untuk pertama sekali diperkenalkan dan berkembang pesat pada masa kemudian dan untuk memperkuat positioning Aceh sebagai destinasi wisata halal dunia, tapi juga untuk mempromosikan Aceh sebagai salah satu destinasi wisata yang layak dikunjungi dengan ragam pesona wisatanya, dari wisata alam, seni budaya, kuliner, minat khusus hingga wisata petualang yang telah menjadi perhatian wisatawan global," terang Jamaluddin ketika program makan malam bersama dengan Konsul Jenderal RI, Haris Nugroho di Johor Bahru.

Keberhasilan Aceh memperoleh legalisasi dunia sebagai salah satu destinasi wisata halal dunia "World's Best Halal Cultural Destination", lanjut Jamaluddin perlu terus dipertahankan, salah satunya melalui penampilan Aceh pada aneka macam expo di dalam dan luar negeri.

Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhanin menambahkan keikutsertaan Pemerintah Aceh pada bazar halal di Johor Bahru ini mempunyai makna tersendiri sebab wisatawan dari Johor Bahru menduduki top 5 kunjungan wisatawan ke Aceh dan stand Aceh menjadi sentra perhatian pengunjung expo tersebut.

"Johor International Islamic & Halal Festival 2019 ialah bazar perdana yang diikuti oleh Pemerintah Aceh. Pengunjung bazar hampir selalu memadati stand Aceh sebab didekor khusus dan unik merefleksikan nuansa kubah mesjid dan aneka macam photo-photo berukuran lebar dengan aneka macam segmen utama ibarat wisata alam (petualangan), Masjid Raya Baiturrahman, penampilan seni tari Seudati, Saman, Ratoh Jaro, dan juga penampilan ragam paket wisata tematis menarik, ibarat Tsunami Heritage, Wonderful Sabang Underwater, Wonderful Ramadhan, Surfing, dan lainnya, " ungkap Rahmadhanin ketika melayani beberapa pengunjung di stand Aceh.

Kasi Analisa dan Pengembangan Segment Pasar Disbudpar Aceh, Nurlaila Hamjah menjelaskan dalam bazar ini Aceh membawa pelaku industri wisata, sepasang Duta Wisata Aceh 2019 M. Hernan Rusydi dan Elzira Fellicia yang turut melayani dan menawarkan ragam gosip perihal potensi wisata Aceh.

Ada 2 travel agent dari Aceh yang diikutsertakan dalam bazar kali ini yakni Aso Nanggroe Travel dan Gadeng Wisata Travel serta beberapa local partner travel agent di Johor Bahru.

"Paket tur yang dijual antara lain Wonderful Ramadhan, Banda Aceh, Sabang Jantho, Paket Diving, Tsunami Trail, Wonderful Pulau Banyak, Paket Surfing, dan lainnya," terang Nurlaila kepada TravelPlus Indonesia lewat pesan WA.

Sementara tim seni Aceh, sambung Nurlaila tampil membawakan "Tari Ratoh Jaroe" dan "Piasan Meulaot".

"Mereka tampil maksimal dan turut mengajak pengunjung bazar untuk tiba dan berwisata di Aceh," pungkas Nurlaila.

Berdasarkan data Disbudpar Aceh, jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh meningkat, mencapai 2,5 juta orang, terdiri 2,4 juta wisnus dan 106 ribu wisman pada 2018.

Sementara pada 2017, sebanyak 2,3 juta orang, terdiri dari 2,2 juta wisnus dan 78 ribu wisman.

Angka itu diprediksi akan terus meningkat dan ditargetkan angka kunjungan wisnus di Aceh sebanyak 3 juta jiwa dan wisman 150 ribu orang pada 2019.

Angka kunjungan wisatawan muslim ke Aceh tahun ini pun diperlukan juga meningkat, dari 35 ribu pada 2018 menjadi 40 ribu.

"Alhamdulillah persepsi perihal Aceh yang tidak kondusif dan persepsi negatif lainnya sudah berhasil kita tepis. Aceh menjadi tujuan wisata yang asyik dan banyak wisatawan yang ingin kembali ke Aceh," terang Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah.

Malaysia merupakan salah satu pemasok utama wisman ke Aceh, masuk akal rasanya jika Aceh melaksanakan aneka macam upaya untuk memperkenalkan bermacam-macam destinasinya kepada masyarakat negeri jiran tersebut, antara lain lewat bazar Johor International Islamic & Halal Festival 2019.

Naskah: adji kurniawan (kembaratropis@yahoo.com, ig: @adjitropis)
Foto: dok. Disbudpar Aceh

Captions:
1. Suasana pengunjung di stand Disbudpar Aceh dalam Johor International Islamic & Halal Festival 2019.
2. Sepasang Duta Wisata Aceh 2019 M. Hernan Rusydi dan Elzira Fellicia melayani pengunjung.
3. Penampilan tim seni Aceh.
4. Tim Disbudpar Aceh di Johor International Islamic & Halal Festival 2019.

Upaya menjaring wisatawan mancanegara (wisman) asal Malaysia lebih banyak lagi tahun ini, sekaligus memperkenalkan predikatnya sebagai de...
Ha Njo Dolan Senin, 29 Desember 2014