Selasa, 16 Mei 2017. Hari terakhir liburan. Seneng rasanya mau pulang. Tapi duka juga kerana harus kembali ke “dunia nyata”. Ya begitulah hidup. Ada awal, ada akhir. Ada saatnya liburan, ada saatnya kerja ngumpulin modal untuk liburan selanjutnya. Hhe
Kami berdiri pagi sekali sebab berencana naik kapal paling awal ke Pelabuhan Tiga Raja, Parapat. Untungnya, kita ngga perlu jalan jauh-jauh ke pelabuhan sebab kita dapat naik kapal dari dermaga penginapan.
Rasa-rasanya emang kurang sih ya sehari semalam di Pulau Samosir. Masih banyak tempat bagus yang belum sempet kami kunjungin. Paling ngga, butuh 3 hari-an mungkin buat dapat kelilingin spot-spot wisata di Samosir. Anyway, sebab keterbatasan jatah cuti waktu, kami harus mengakhiri petualangan kami. Pokoknya, suatu ketika musti balik ke sini!
Kapal paling pagi katanya sih sekitar pukul 08.00. Waktu itu, kami beres packing sekitar pukul 07.00. So, masih ada waktu buat sarapan. Kami pun pesen makan di restoran penginapan dan selagi nunggu, kami foto-foto di dermaga. Sekitar setengah jam kemudian, masakan kami tiba dan kami siap-siap sarapan di gazebo dermaga. Tapi, belum sempat melahap suapan pertama, tiba-tiba terlihatlah sesosok kapal melintas di depan penginapan kami.
What?!
Kok kapalnya udah dateng aja si?
Ya Alloh, kami eksklusif kalang-kabut. Kami buru-buru ambil tas. Dan aku lari-larian ke restoran buat bayar. Tapi untungnya, kata si penjaga penginapan, kapalnya nanti balik lagi, soalnya masih ambil penumpang dari penginapan-penginapan lain. Fyuh, alhamdulillah... Dan sambil nunggu kapalnya balik (biar ngga rugi juga), kami sarapan cepet-cepetan, wkwk...
Beberapa menit kemudian, si kapal tadi lewat lagi di depan penginapan kami. Saya melambai-lambaikan tangan semoga supaya si kapal tersebut merapat. Begitu naik kapal, wih penumpangnya bule semua, hhe.. Perlahan, kapal kami bergerak meninggalkan dermaga Lekjon. Kami kesannya secara resmi mengucapkan perpisahan kepada Pulau Samosir. Seeya...
Sekitar pukul 09.00, kami hingga di Pelabuhan Tiga Raja. Kami sudah janjian sama driver travel kami, Bang Siregar, dari Tobatrans. Nah, bahas dikit wacana destinasi kami berikutnya. Kami awalnya agak gundah juga, mau naik apa dari Parapat ke Medan. Kalau mau naik bus/angkutan umum, dapat sih, beberapa kali ganti. Tapi yang jadi concern utama kami ialah pesawat pulang aku yang dimajuin jadi pukul 18.50. Jadi, opsi terbaik ialah naik travel, tapi ya dengan konsekuensi ongkosnya lebih mahal. Tapi daripada merisikokan ketinggalan pesawat kan (yang mana tiketnya sejuta lebih, hiks).
Setelah short research di internet, aku nemu rental kendaraan beroda empat Tobatrans ini dengan harga yang yah tidak mengecewakan lah. Untuk rute Parapat—Medan/Kualanamu dipatok Rp500.000,00. BUT, mumpung lagi Sumatra Utara nih—yang entah kapan lagi dapat kesini, aku pengen banget mampir ke salah satu destinasi wisata populer di sini, yaitu Air Terjun Sipiso-Piso, di Kabupaten Tanah Karo.
Rutenya jadi agak melenceng sih, dan ongkos jikalau mampir kesana tambah Rp250.000,00, jadi totalnya Rp800.000,00. Uhk. Kaprikornus mahal banget ya, apalagi kami cuman berdua. Tapi, yaudahlah, duit dapat dicari lagi. So lets just go!
Perjalanan kami dari Parapat menuju Sipiso-piso memakan waktu sekitar 2 jam dengan keahlian Bang Siregar yang mengemudikan kendaraan beroda empat kolam pembalap F1. Sepanjang perjalanan, kita akan dimanjakan dengan pemandangan Danau Toba dari ketinggian, plus hutan-hutan lebat di pinggir jalan.
Waktu itu, kami lewat semacam jalan alternatif. Rural area gitu, jadi agak sepi. Tapi bonusnya, landscape-nya bagus banget. Dan saking nyamannya, aku hingga ketiduran. Hhe.. Saya gres berdiri pas udah mau nyampe lokasi. Dan pemandangan di Tanah Karo itu, masyaAllah, bagus ngets. Ngga nyesel dah bela-belain mampir kesini.
Di gerbang masuk, kita harus beli tiket seharga Rp4.000,00 aja. Terus pas parkir, ditarik uang parkir sebesar Rp2.000,00 apa Rp5.000,00 gitu lupa. And finally... we were there..
Sipiso-Piso Waterfall!!!
Sedikit cerita, riam ini juga terbentuk sebagai jawaban meletusnya supervolcano Toba. Dengan ketinggian hingga 120 meter, Sipiso-Piso menjadi salah satu riam tertinggi di Indonesia. Dari titik ini, kita dapat menikmati pemandangan Danau Toba, Pulau Samosir, serta landscape perbukitan dan Gunung Dolok Sipiso-Piso. Pokoknya keindahan lokasi ini.. breathtaking! Harus tiba sendiri biar dapat ngerasain gimana cantiknya.
Kami nggak usang di Sipiso-Piso sebab ngejar waktu buat ke Medan. Sekitar pukul 11.30, kami melanjutkan perjalanan. On the way ke Medan, kita melewatin beberapa kota, tapi yang paling aku inget cuman Kabanjahe sama Berastagi. Di dalem mobil, Bang Siregar kisah banyak hal wacana kehidupan orang Batak. Mulai dari marga-marga dan tempat asalnya, terus kisah wacana pariban (yang pernah aku pelajarin juga pas kuliah), lagu-lagu Batak, modifikasi angkot, and so on. Yah, sedikit banyak menambah pengetahuan kami.
Pas di Berastagi, Bang Siregar nawarin kami buat mengunjungi salah satu taman wisata yang punya view Gunung Sinabung. Udah pada tau kan ya, Gunung Sinabung, yang beberapa waktu kemudian ramai diberitakan sebab erupsi. Berastagi ini jadi salah satu kota yang palihg parah terkena letusannya. Hampir seluruh kota ditutupin sama debu-debu vulkanik warna putih.
Tempat yang kami kunjungi waktu itu namanya Bukit Gundaling. Di sini view-nya bangus banget, dan cocok buat liburan keluarga. Kita dapat naik kuda, makan lesehan sambil menikmati pemandangan, dan yang paling happening ya foto berlatar belakang Gunung Sinabung. Kalau ngga bawa kamera, atau ngga dapat ambil angle foto yang tepat, jangan khawatir, di sini banyak fotografer keliling yang akan menjepret kita dengan latar Gunung Sinabung yang sempurna—karena backgorund-nya ditempel pake photoshop, hhe..
Move on, kami lanjut lagi jalan ke Medan. Dan kali ini, ngga mampir-mampir lagi. Sekitar pukul 15.00/16.00, kami hingga Kota Medan dan eksklusif disambut dengan kemacetan luar biasa. Saya ngga nyangka jikalau Medan bakalan semacet itu lho!
Sebenernya jikalau mau ke Bandara Kualanamu, kita ngga perlu masuk ke kota Medan-nya, secara bandaranya pun terletak di daerah Deli Serdang. Cuman waktu itu, gara-gara masih mau ambil oleh-oleh—yang kami titip beliin ke temennya mbak Riris di Medan, alhasil kami harus ke kota. Namun, alhamdulillah, berkat rahmat Tuhan Yang MahaEsa, kami dapat hingga tepat waktu, dan masih sempet nongki-nongki di Merdeka Walk.
Puas makan, kami dianter bang Siregar ke Stasiun Medan buat naik kereta ke Kualanamu.
Kami milih naik kereta, soalnya jikalau mau naik kendaraan beroda empat lagi, kemudian terjebak macet lagi, sudah barang tentu kami telat.
Jadwal kereta yang paling pas buat kami waktu itu ialah keberangkatan pukul 17.35 dan ketibaan pukul 18.06. Saya agak kaget juga harga tiket railink—nama keretanya—ini sebesar Rp100.000,00 for just ±30 minutes ride! Heu.
Kemudian ada insiden konyol: di stasiun kan ada counter check-in pesawat, dan dengan senangnya aku minta tolong cek in ke petugasnya (dengan maksud menghemat waktu). Pas lagi proses, si mbaknya bilang jikalau biayanya Rp25.000,00. What? Kaget saya. Kirain gratis, hhe.. Akhirnya aku cancel proses check-in-nya dan lebih milih cek in di bandara. Terus si mbak-nya “mengancam” aku jikalau waktu yang tersisa ngga bakal cukup buat cek in di bandara.
Mbak, plis... aku udah terbiasa dengan “hidup” ibarat ini. (red: hampir ketinggalan pesawat) Hhe..
Tak usang kemudian, kereta kami tiba dan kami pun berangkat menuju bandara. First impression: keretanya bagus banget. Dingin. Tempat duduknya nyaman. Tapi minusnya ya, harganya itu lho..
Sepanjang peralanan, aku ngga dapat diem. Ketar-ketir, berdoa semoga ngga ketinggalan pesawat.
Sekitar pukul 18.00, kami hingga di Bandara Kualanamu, dan aku buru-buru say goodbye sama mba Riris—dia mau ngelanjutin liburan ke Penang. Seeya on the next journey, my big sistah!
Saya eksklusif lari-lari ke counter check-in (yang jaraknya tidak mengecewakan jauh dari tempat kereta). Fyuh. Mana oleh-olehnya se-kardus berat banget—10 kilo ternyata pas ditimbang. Yawla
Kalaulah aku ngga lagi bawa oleh-oleh, niscaya aku jalannya santai sebab ngga perlu masukin bagasi. And for info, aku udah ngga pernah cek in bagasi semenjak insiden putusnya tali tas aku oleh salah satu maskapai. Heft. Tapi berhubung waktu itu bawaannya gede bin berat, apalagi berbau tajam (duren) mau ngga mau harus masuk bagasi. Sehingga aku harus bergegas menuju meja cek in.
Namun lagi-lagi, berkat rahmat Tuhan YME, aku dapat melalui itu semua dengan selamat dan tak kurang suatu apapun. Saya pun dapat terbang kembali ke rumah dengan aman. Mungkin pelajarannya adalah, next time, aku tidak membuka penitipan buah tangan lagi. Hhe...
And thats all, perjalanan aku selama lima hari di barat Indonesia. Ngga kerasa panjang juga tulisannya. Tapi ya udah lah. Tujuannya emang buat memoar pribadi. Saya dapet pengalaman dan pelajaran banyak banget dari petualangan kali ini. Overall, sangat menyenangkan! Meskipun ada saat-saat down dan culture shock juga.
Tapi ya, namanya jalan-jalan. We'll never know what's gonna happen. Expect the unexpected! dan itulah yang menciptakan setiap perjalanan itu menarik. Seperti hanya hidup, ngga bakal seru jikalau lempeng-lempeng aja. Yekan?
I hope you guys find this article useful and (hopefully) entertaining. And, seeya till the next journey!
Ada yang pernah jalan-jalan ke Aceh/Medan juga? Share di comments box yhaa..
NaraHubung:
Air Terjun Sipiso-Piso
Tongging, Tanah Karo, Sumatera Utara
Bukit Gundaling
Jl. Jamin Ginting, Gundaling I, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara 22153
Tobatrans Tour-Travel & Rent Car
Jl. SM. Raja No. 171, Pematang Siantar
Telp,: 0622-5894692 (office), 082285951833 (phone), 081375446837 (WA), 085347666529 (Bang Siregar)
Email: pesantour@gmail.com
Web: www.tobatrans.com
Tidak ada komentar