Berkunjung ke Bogor, rasanya kurang afdol jikalau ngga sekalian mampir ke Kebun Raya-nya ya. Saya sendiri pernah main ke sana, dulu, pas zaman-zaman kuliah. Cuman waktu itu, emang masih ngga terlalu aware dengan dunia sekitar, jadi ya kesannya biasa-biasa.
Nah kebetulan, beberapa waktu kemudian saya dapet kiprah diklat ke Bogor, jadinya ya, sekalian saya sempetin buat main ke Kebun Raya Bogor. Saya gres nyadar jikalau tempatnya luas luar biasak ya. Bahkan udah pegang peta pun, saya dan travelmate @yuanggafp, tetep nyasar juga. Hhe..
The front gate
Kami udah agak kesiangan sebenernya ya. Baru nyampe lokasi sekitar pukul 10.00. Sinar matahari pun sudah mulai menusuk-nusuk kulit. Namun ternyata, di loket masuk, masih banyak orang yang ngantri buat beli tiket. Tiket masuk wisatawan domestik dibanderol Rp15.000,00/pax, sementara pelancong absurd dibanderol Rp25.000,00/pax.
Habis beli tiket, jangan lupa untuk minta brosur berisi peta di meja informasi yha, semoga supaya kita tidak nyasar maksimal. Dan semoga perjalanan kita sanggup lebih terencana.
The ticket counter
(Cerita berikut saya tulis menurut alur perjalanan kami mengelilingi Kebun Raya, dan saya rasa, kami sudah mengunjungi semua spot utama di sana dalam sehari (kecuali daerah yang emang tutup))
Untuk pintu masuk Kebun Raya, ada beberapa ya. Waktu itu, kami masuk dari Pintu 1 yang khusus buat pejalan kaki. Ciri-cirinya, gedung warna putih dengan gesekan Ganesha di dinding depan.
Sepenggal sejarah
Begitu masuk, kami lansgung bergerak menuju attraction terdekat, yang ada sempurna di hadapan kami, yakni Monumen Lady Raffles (Lady Raffles Memorial).
Lady Raffles Memorial
Monumen ini dibangun oleh Sir Thomas Stamford Raffles untuk mengenang istrinya, Olivia Mariamne yang meninggal pada 1814 lantaran penyakit Malaria, dan dimakamkan di Batavia. Pada dinding monumen diukir sebuah puisi karya almarhumah sendiri, yang berbunyi:
“Oh Thou Whom Neer My Constant Heart. One Moment Hath Forgot. Tho’ Fate Severe Hath Bid Us Part. Yet Still Forget Me Not.”
Yang kurang lebih artinya:
“Wahai, kau yang selalu di hatiku. Tak pernah sekalipun kulupakan. Meskipun takdir memisahkan kita. Jangan pernah lupakan aku.”
*cmiiw
Next on, kami bergerak ke barat (arah kiri peta). Tempat yang kami tuju yaitu Museum Zoologi. Untuk masuk ke sini, kita ngga ditarik biaya lagi.
Kami sempat ngelewatin Bank Biji, namun nampak sepi sehingga kami skip
The Zoology Museum
The gurl who walked the hall
Di dalam museum, terdapat aneka macam pajangan binatang mulai dari burung-burungan, serangga, mamalia, dsb. Beberapa dari mereka kelihatan kayak orisinil banget lho. Atau emang binatang orisinil terus diawetin, I dont know. Overall, tidak mengecewakan keren lah. Cuman agak gundah juga kerana ngga ada penunjuk alur jalannya.
Some of the collections
Yang paling menarik saya waktu itu ada kerangka Paus Biru yang super gede di gantung di atap akrab pintu keluar. Entah orisinil atau engga ya. Cuman di bawahnya ada papan informasi perihal seekor Paus Biru yang ditemukan mati terdampar di Pantai Pamengpeuk, Priangan Selatan, pada bulan Desember 1916.
The Blue Whale skeleton
Berikutnya, kami jalan ke arah Taman Teijsmann. Tempat ini dibangun pada tahun 1884 untuk mengenang jasa Johannes Elias Teijsmann, salah satu eksekutif Kebun Raya Bogor yang menjabat pada tahun 1830—1869. Bersama dengan andal botani, Justus Karl Hasskarl, dia menata kembali koleksi flora di Kebun Raya sesuai dengan suku-sukunya (familia) serta menambah jumlah koleksi secara signifkan.
Terjebak rumbai-rumbai
Taman Teijsmann
And as a trivia, Taman Teijsmann pernah dijadikan lokasi challenge dalam program reality show The Amazing Race Asia Season 5!
Taman Teijsmann as seen on The Amazing Race Asia Season 5
Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke arah utara. Menapaki jalan setapak yang di kanan kirinya dihiasi flora bambu. Serasa di Jepang deh...
Can I have some ocha please...
Kami kemudian berbelok sedikit ke arah timur, dan kami menemukan Makam Belanda (Dutch Cemetery). Konon, makam-makam ini sudah ada jauh sebelum Kebun Raya didirikan. Terdapat beberapa makam, yang sebagian besar yaitu keluarga akrab Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Yang menarik dari daerah ini yaitu bentuk serta ukiran-ukiran yang terdapat pada batu-batu nisan-nya.
Isn't this beautiful?
Lanjut, ke arah utara dikit, kita akan eksklusif sanggup menemukan daerah utama di dalam Kebun Raya Bogor ini, apalagi jikalau bukan Istana Bogor (Bogor Presidential Palace).
Bogor Presidential Palace
Kayanya yummy yha tinggal di Istana ini. Tiap bangkit pagi disambut dengan lingkungan sekitar yang asri. *halu
Tapi sayang banget, pengen liat rusa dari akrab ternyata ngga ada. Hiks. Kayaknya “disimpen” di belakang Istana deh. Dari pinggir jalan keliatan sih soalnya. Hmm..
Nah, di depan istana, ada kolam besar yang dinamai Kolam Gunting (Scissor Pond). Mungkin lantaran bentuknya kayak gunting ya, kebelah dua gitu. Kolam ini dihiasin sama flora teratai, manis banget, ada yang lagi berbunga. Cuman bukan teratai yang raksasa itu ya. Eh tapi ada ding teratai raksasa-nya, tapi cuman dikit. Yang banyak nanti ada di kolam lain.
Nah, di tepian kolam ini juga ada satu monumen untuk mengenang pendiri Kebun Raya Bogor, Prof. Caspar Georg Karl Reindwardt.
Cukup usang kami di sekitar kolam, kerana kerongkongan sudah mulai haus dan perut mulai lapar. Istirahat sebentar sambil menikmati se-contong es tung-tung. Lalu, lanjut lagi. Kami menelusuri sisi timur kolam.
Netizen
You know what, di sekitar situ, kami menemukan koleksi pohon tertua yang ada di Kebun Raya Bogor. Ternyata dia yaitu Pohon Leci (Litchi chinensis Sonn), gaes...
The oldest collection
Pohon yang berasal dari China selatan ini ditanam pada tahun 1823 (berati udah 194 tahun ya!). Namun, lantaran sudah berusia uzur, pohon ini sekarang tak lagi berbuah.
Apakah itu?
Kami kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri tepian timur Kolam Gunting. Dari sini, kami sanggup menyaksikan sesosok monumen dengan pahatan unik di atasnya, yang berada di halaman Istana Bogor. Patung tersebut yaitu replika dari patung “The Hand of God” atau “Tangan Tuhan” yang ada di Swedia. Dia dipahat oleh pematung berjulukan Carl Miles, dan merupakan hadiah dari pemerintah Swedia pada tahun 1957.
The Hand of God
Kami lanjut jalan, dan dari sini, kami sudah mulai kehilangan arah. Spot terdekat waktu itu yaitu lokasi Bunga Bangkai (Amorphophalus titanum) and I really really wanted to see it, lantaran selama ini cuman sanggup liat via gambar. Ya meskipun saya tau dia mekar pada waktu-waktu tertentu saja, jadi saya harap kami beruntung.
Setelah naik turun menyusuri jalan setapak kecil, kemudian bertanya pada ibu-ibu pedagang minuman, alhamdulillah, kami kesudahannya menemukan lokasi Bunga Bangkai. Namun sayang, ternyata kami kurang beruntung, alasannya yaitu yang tersisa disana hanyalah papan namanya saja. Hmm... so sad.
Mungkin next time, kami sanggup lebih beruntung.
Hanya tertinggal papan namanya sahaja
Amorphophalus yang mekar pada Maret 2016 lalu
(via news.detik.com)
Sebenernya, ada satu lagi koleksi bunga langka di Kebun Raya Bogor ini, yaitu Bunga Rafflesia atau Bunga Padma. Bunga yang menjadi salah satu dari tiga bunga nasional (dua lainnya yaitu Melati Putih/Puspa Bangsa dan Anggrek Bulan/Puspa Pesona). Rafflesia (arnoldii) sendiri dijuluki sebagai Puspa Langka.
Kita sering menyamakan bunga ini dengan bunga bangkai (Amorphophalus) ya, tapi ternyata keduanya merupakan jenis yang amat berbeda. Salah satu perbedaan yang prinsipil yaitu Bunga Rafflesia bersifat benalu (hidupnya bergantung pada inang), sementara Bunga Bangkai tumbuh pada umbinya sendiri. Persamaan keduanya yaitu sama-sama berukuran besar, sama-sama langka, dan sama-sama mengeluarkan aroma tak sedap.
Di Kebun Raya sendiri ada sih papan penanda Bunga Padma, cuman sehabis kami telusuri muter-muter, tanya penjaga (yang malah bikin bingung+kurang ramah), kami tetap belum sanggup menemukan lokasi tersebut. Hmm..
Rafflesia yang mekar pada 2015 lalu
(via merdeka.com)
Oiya, di jalan sebelum lokasi Bunga Bangkai, kami sempat berpapasan dengan beberapa orang yang mencuci muka di semacam sumur. Hmm.. agak mencurigakan. Dari hasil wawancara dengan buibu pedagang, ternyata sumur itu berjulukan Sumur Cikahuripan. Konon, sumur bau tanah tersebut merupakan warisan jaman Prabu Siliwangi dan mengandung tuah. Barangsiapa yang mencuci muka di sana, sanggup tetap abadi muda. (Sangat Indonesia sekali ya)
Sumur Cikahuripan
Ada yang ngasih koin juga lho pemirsa
Kami kemudian tetapkan untuk berjalan ke arah selatan, menuju Taman Meksiko. Along the way, kami berpapasan dengan Monumen Kelapa Sawit (Oil Palm Monument). Monumen yang dibangun pada 2013, dibangun untuk mengenang induk pohon Kelapa Sawit tertua di Asia Tenggara yang ditanam di Kebun Raya Bogor, pada tahun 1848.
The Oil Palm Monument
Sesaat sebelum Taman Meksiko, terdapat area Koleksi Tanaman Air (Aquatic Plant Collection) di sebelah kiri kami. Namun, kami ngga mampir kesana kerana jalannya turun agak jauh, dan sudah kesiangan, and we were running out of time.
Singkat cerita, sampailah kami di Taman Meksiko dan di sini, suasananya bener-bener kayak lagi di Latin America. Tanaman yang mendominasi yaitu jenis kaktus-kaktusan dan tanaman-tanaman yang hidup (kayak) di area kering gitu. Kece dah buat foto-foto.
Taman Mexico
Tapi sayang, tetep ada tangan-tangan jahil yang ngerusak keindahan di sini.
Perilaku netizen usil
Next on, kami menyeberangi Jembatan Gantung, yang mana harus ngantri lewatnya kerana banyak yang foto. Padahal udah ada tulisannya “Maks 10 Orang”, tapi yah namanya netizen socmed mah sabodo teuing. Kita-kita yang sadar aja yang harus menyerah lah.
At this point, waktu sudah menunjukkan saatnya sholat Dhuhur. Jadi, kami bergerak ke utara menuju masjid. Along the way, kami ngelewatin jalanan yang kece banget dengan pepohonan di kanan-kiri sebagai pagarnya. So peaceful...
Hmm...
Sehabis sholat Dhuhur, kami lanjut jalan lagi ke utara. Kemudian nyebrang Jembatan Gantung kedua. Niatnya sih nyari lokasi Bunga Bangkai yang kedua. Namun meskipun sudah ngikutin papan petunjuk, tetep ngga ketemu juga. Heft.
Yha ampun netizen ini. Maks 10 orang lho...
Along the way, kami ketemu sama Kompleks Makom Keramat, yang waktu itu juga ramai dikunjungi peziarah. Ada yang lagi berdoa di depan makam yang di atasnya dipasang sesaji, and so on. Makam ini telah ada semenjak zaman Prabu Siliwangi, jauh sebelum Kebun Raya Bogor sendiri didirikan.
Makom Keramat
Lanjut jalan, kami hingga di lokasi Pohon Jodoh. DI daerah ini terdapat dua pohon raksasa yang berdiri berdampingan bagai “berpasangan”. Meskipun mereka berbeda jenis, yang satu yaitu jenis Pohon Meranti dan satu lagi yaitu Pohon Beringin Putih. Mitos yang berkembang di sini adalah, barangsiapa yang duduk dibawah kedua pohon ini, pasti cintanya langgeng, atau yang masih jomblo akan segera berjodoh.
Pohon Jodo
Kami kemudian menyeberangi Jembatan Surya Lembayung, kembali ke sisi timur kebun raya.
DI sebelah kiri (utara) kami, terlihat Taman Kassan Sudjana, tapi kami ngga mampir. Kemudian, kami masuk ke Taman Koleksi Tumbuhan Obat, cuman sebentar cz nothing much to see (dan saya ngga sempte moto juga). Next, kami eksklusif masuk ke Orchidarium.
Orchidarium ini sebenernya berisi macam-macam jenis bunga anggrek. Namun lagi-lagi kami kurang beruntung, dan kami tidak menjumpai satu bunga anggrek pun yang mekar. Heft.
Where're the orchids?
Lanjut, keluar dari Orchidarium, kami hingga di Lapangan Astrid (Astrid Lawn). Dan di sini suasananya rame banget. Banyak orang dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang lagi piknik keluarga, ada klub-klub yang lagi gathering, dsb. Menyenangkan sekali melihat kegiatan mereka.
Astrid Lawn
Lalu kami hingga di salah satu lokasi primadona di Kebun Raya ini yaitu kolam Teratai Raksasa (Victoria amazonica). Ternyata sesuai namanya, daunnya emang guede banget. Namun sayang, lagi-lagi kami kurang beruntung lantaran bunga-bunga teratainya belum masuk ketika mekar. Tapi tetep amazed sih sama teratai asal Amazon ini.
Teratai raksasa
Hari udah makin siang. We’re so exhausted. Kelaparan. Kaprikornus kami putuskan untuk mengakhiri trip kami di Kebun Raya Bogor. Dan mencari pintu masuk pun jadi PR juga buat kami. Meskipun pegang peta, tetep aja kami kesulitan memilih arah. Kami hingga jalan di jalan-jalan kecil menembus hutan yang entah kemana ujungnya.
Lost
Tau-tau kami hingga di Kolam Gunting, dan alhamdulillah, hingga sini kami sanggup menemukan pintu masuk. Karena di ujung kolam tersebut yaitu lokasi Monumen Lady Raffles (yang kami kunjungi pertama kali). Fyuh.. Kaki rasanya udah mau mrothol.
Alhamdulillah...
So thats all, my short trip to Kebun Raya Bogor. Kalau saja tiba lebih pagi, saya yakin sanggup masuk ke semua spot di sini. Tapi tetep aja, mengelilingi kebun seluas 87 hektar dengan berjalan kaki, yaitu tantangan tersendiri untuk para pengunjung!
Sekian dan Terima Kasih
Ada yang pernah nyasar juga di Kebun Raya Bogor? Share your story on comments box below ya...
NaraHubung:
Kebun Raya Bogor (Bogor Botanical Gardens)
Jl. Ir. Haji Djuanda No.13, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16122
Buka: 08.00-17.00
Telp.: (0251) 8311362
Thanks-List:
wikipedia.org, krbogor.lipi.go.id, lovelybogor.com, for the information
YOU for reading this :)
Sumber http://ferydyan.blogspot.com
Tidak ada komentar