Setelah ±10 menit mengarungi lautan, kami pun tiba di Nusa Ceningan. Di antara ketiga trio nusa, Penida yaitu pulau yang paling luas. Dan kawasan ini menyimpan banyak spot indah untuk dijelajahi. Mau kemana aja yes kami di Nusa Penida?
Kami hingga di dermaga Toyapakeh sekitar pukul 10.00-11.00 pagi. Kami kemudian bergerak menuju kawasan kami menginap, Jasmine Inn namanya. Beruntung, lokasinya tidak jauh dari dermaga. Hanya sekitar 5 menit jalan kaki.
Seeya Ceningan & Lembongan
Hello Penida!
Sesuai perjanjian, kali ini, saya yang akan menginap di kamar ber-AC, sementara Dina & Emil bermalam di kamar kipas angin. Untuk harga, kamar AC dipatok Rp200.000-an/malam, dan kamar kipas sebesar Rp170.000-an/malam. Kenapa kami ngga pesen yang kipas semua atau AC semua? Karena emang cuman tinggal sekamar-sekamar, due to demam isu liburan, jadi udah pada abis. Dan pas di sana pun, kami masih ketemu sama bule-bule yang go show cari kamar—yang kebanyakan udah sold out.
My room at Jasmine Inn
Kebetulan, waktu itu hari Jumat, jadi saya harus cari masjid buat Sholat Jumat. Agak ragu juga awalnya, alasannya yaitu saya pikir, di sana kan lebih banyak didominasi beragama Hindu, mungkin sedikit susah buat cari masjid. Eh ternyata, sehabis saya tanya pemilik Jasmine Inn, kampung Toyapakeh itu yaitu kampung muslim, or at least, lebih banyak didominasi penduduknya beragama Islam. Alhamdulillah
Al-Imron mosque
Dan ngga jauh dari dermaga, ada satu masjid besar, namanya Masjid Al-Imron. Letaknya agak masuk gang, jadi saya harus ngikutin bunyi pengeras masjid & orang-orang yang mau sholat.
Beres Jumatan, saya, Dina, & Emil memulai perjalanan kami menjelajahi Nusa Penida! Yey...
Tujuan pertama kami yaitu Pantai Kelingking. Pantai ini sudah sangat populer di kalangan pelancong baik lokal maupun mancanegara. Dan yang iconic tentu saja tebing kerikil kapur yang bentuknya ibarat dinosaurus T-Rex!
Perjalanan dari penginapan kami menuju Pantai Kelingking memakan waktu sekitar satu jam berkendara motor. Pantai ini terletak di sebuah desa berjulukan Bunga Mekar. Akses menuju kawasan ini sedikit menantang dengan kontur jalan naik turun dan tanah berbatu. Namun semuanya akan terbayar lunas (bahkan dengan kembalian) ketika kita hingga di lokasi. Tiket masuk/parkir area pantai sebesar Rp5.000,00/motor.
And finally we were there...
Kelingking Beach!
It was sooo beautiful! Pemandangannya bagus banget. Very exotic. Literally bikin speechless.
Selain menikmati pemandangan maritim biru yang luas tanpa batas, kita juga sanggup menyaksikan keindahan tebing-tebing kerikil kapur yang menjulang tinggi.
What's down there
Lokasi Pantai Kelingking ini juga tampak terawat dan mulai dibangun sarana & prasarana pendukung di beberapa titik. Seperti toilet, kawasan makan, dan spot-spot foto (yang kayak papan titian kayu berbentuk kapal, dsb.). Tapi yang saya sayangkan, harga toiletnya mahal banget shay. Rp5.000,00 lho. Mending nahan pipis deh ya kayanya.
Latar sejuta umat
Setiap sudut pantai ini terasa photogenic ya. Apalagi tebing berbentuk T-Rex yang saya bilang tadi. Kita mesti ngantri buat dapet foto dengan background & angle yang bagus.
The T-Rex Rock
Puas foto-foto di atas, saatnya kita turun ke pantainya!
Makara pantai yang “sesungguhnya” itu ada di bawah tebing. Dan untuk menuju ke sana, kita harus menuruni “tangga” yang ada di punggung si tebing T-Rex. Awalnya kami ragu juga mau turun apa engga. Tapi mumpung lagi di sana, dan entah kapan lagi sanggup kesana, jadi kami memberanikan diri untuk lanjut ke pantai.
Stairs to heaven
It really was an adventure. Tangga-tangga yang ada di sana juga sebenernya bukan terbuat dari semen+pegangan besi mirip tangga pada umumnya, tapi ia itu kayak tanah yang digali kemudian dibuat ibarat tangga, kemudian diberi ganjal bambu, ditambah pegangan dari batang-batang kayu yang diikat satu sama lain. Cukup menantang. Ditambah di beberapa titik, “tangga”nya ada yang longsor dan pegangannya ada yang rubuh! Makara harus ekstra hati-hati.
Almost there, almost there!
Setelah sekitar 30 menit-an meniti tangga tersebut, kami pun hingga di Pantai Kelingking “yang sesungguhnya”...
Welcome to the "real" Kelingking Beach!
Again and again, it was so beautiful! Pasirnya alus banget. Tapi emang ombaknya agak gede, jadi kami ngga berenang. Cuman main-main di pinggir pantai.
Fun at the beach
Ternyata yang turun ke pantai ini dikit banget. Mayoritas bule sih. Karena mungkin kalo turis lokal, asal dapet foto bagus di atas, mereka langsung pulang. Jarang ada yang mau explore hingga ke bawah. Makara yah, pantai sepanjang ±80 meter ini terasa begitu... eksklusif.
Bule-Bule
Ada gua gede kawasan sarang burung-burung
Enjoying life
Cukup usang kami di pantai, sementara matahari mulai kembali ke peraduan. Kami pun tetapkan untuk kembali ke atas. Menurut saya, perjalanan naik terasa lebih gampang dibanding turun. Pas hingga atas, kami masih istirahat dulu, santai-santai dulu sambil menyeruput es kelapa—yang harganya masyaAllah mahalnya Rp20.000,00/butir. Hft
Up up up!
Kelapa termahal dihidupku (so far)
Next, kami sebenernya resah antara mau lanjut jalan atau balik ke penginapan, alasannya yaitu udah sore banget. Setelah berdiskusi, menilai, dan menimbang, alhasil kami tetapkan untuk mengunjungi satu (sebenernya dua) spot lagi yang arahnya (hampir) sejalan dengan Pantai Kelingking ini, yaitu Angel’s Billabong & Broken Beach (Pasih Uug).
Dan di luar ekspektasi saya, ternyata jalanan menuju kesana... yha Alloh... rusak parah! Jauh lebih parah daripada ke Pantai Kelingking. Udah naik turun, ditambah debu dan batu-batu yang gede. Tangan hingga gemeteran nyetir motornya. Dan perjalanan kami memakan waktu sekitar 45 menit.
Saat kami sampai, keadaan sekitar udah sepi banget. Cuman ada satu motor dan satu mobil. Emang udah sore juga. Makara sehabis memarkir motor, kami cepet-cepet jalan ke lokasi.
Sign board
Angel’s Billabong dan Broken Beach ini ada di satu lokasi. Dari arah kita datang, jikalau belok ke kanan ada Angel’s Billabong, dan belok kiri jikalau mau ke Broken Beach. Kami jalan ke Broken Beach dulu dan letakya tidak mengecewakan jauh juga. Kita mesti jalan naik turun kayak bukit kecil gitu hingga alhasil tiba di lokasi.
Broken Beach
Broken Beach atau Pasih Uug (bahasa Bali yang berarti “pantai yang rusak”) merupakan pantai yang mempunyai tebing berlubang di tengahnya. Tinggi tebing sekitar 50-200 meter. Konon katanya, dulu kawasan ini merupakan sebuah gua besar yang atapnya amblas sehingga terciptalah lubang tersebut. Di dasar lubang itu ada pantai pasir kecil sebenernya, tapi tampaknya tidak sanggup diakses via jalur darat.
The natural bridge
Satu hal yang menarik dari Broken Beach ini yaitu adanya lubang diujung lingkaran, dan di atasnya membentuk semacam jembatan alami. It was so stunning, menyaksikan ombak yang menyeruak masuk melalui lubang tersebut.
Poto cepet-cepetan
Kalau beruntung, kita sanggup menyaksikan ikan pari manta dan penyu dari atas Broken Beach ini.
Kami ngga berlama-lama di Broken Beach ini. Setelah jeprat-jepret bentar, kami langsung bergegas menuju Angel’s Billabong. Jaraknya sekitar 100—200 meter. Harus hati-hati, alasannya yaitu jalan menuju kesana didominasi karang-karang.
Watch your step!
Welcome to Angel’s Billabong...
Angel's Billabong
Pernah denger istilah “infinity pool” kan? Itu lho, kolam yang di desain dengan tinggi air melebihi tinggi pembatas kolam, jadi seakan-akan kolamnya tidak berbatas. Nah, Angel’s Billabong ini yaitu infinity pool yang terbentuk secara alami!
“Kolam” ini merupakan cekungan karang sedalam ±2-3 meter, yang airnya “diisi” langsung dari laut. Jadi, ia sanggup gres dinikmati ketika air maritim mulai surut. Buat temen-temen yang mau berenang/berendam di sini harus tetep berhati-hati, alasannya yaitu ombak besar sanggup tiba sewaktu-waktu.
Posenya gitu mulu mz?
Sudah beberapa kali, ombak besar di Angel’s Billabong ini memakan korban. So, be careful gays!
Saat kami di sana, hanya ada satu rombongan bule yang lagi foto-foto dan kayaknya gres selesai nyebur juga. Kami sendiri ngga turun ke kolam, cuman foto-foto bentar, terus langsung cabut berhubung makin gelap.
Kami kemudian memacu motor kami, menembus jalanan berbatu dan hutan-hutan Nusa Penida, kembali ke Desa Toyapakeh. Agak serem juga motoran malem-malem. Sepi bingit dan minim pencahayaan. Mana bensin tinggal segaris, jadi saya nyetir sambil was-was bakal mogok di jalan. Tipsnya adalah, pastikan temen-temen nge-full-in bensin dulu lah sebelum jalan, soalnya di sana jikalau malam, tokonya udah pada tutup! Alhamdulillah-nya, waktu itu saya nemuin satu penjual bensin yang masih buka, dan kami pun hingga di penginapan (± pukul 20.00) dengan kondusif sentosa.
Travelmates
Sabtu, 19 Agustus 2017, hari terakhir kami di Nusa Penida, sekaligus hari terakhir liburan, heuheu.. Kami sebenernya resah juga mau kemana hari itu, berhubung masih banyak kawasan wisata yang ada di pulau tersebut, dan sehabis berdiskusi, kami alhasil tetapkan untuk pergi menuju Pantai Atuh. Letaknya ada di sisi lain pulau, sekitar satu jam berkendara.
And I’m telling you, menelusuri jalanan Nusa Penida itu... uenak tenan! Keadaan sekitar yang masih sepi, jalanan berbukit-bukit, hutan di kanan-kiri jalan, dan sesekali kita jalan di pinggir pantai. So refreshing! Saat menanjak, kita sanggup melihat pemandangan spektakuler dengan latar maritim biru luas.
Kemudian berganti dengan rerimbunan pohon-pohon hijau dan lembah. Dan ada juga ketika dimana jalan yang kita lalui berbatasan langsung dengan laut, sehingga agak berair terkena cipratan air. Ahh... motoran aja udah asik banget dah di sana!
Mendekati lokasi Pantai Atuh, jalanan yang tadinya mulus, berubah jadi berbatu-batu. Dan semakin parah ketika kita hampir sampai. Dan jikalau diperhatikan, kita akan menemukan papan petunjuk jalan yang agak aneh. Tulisannya ke kiri Pantai Atuh, lurus juga Pantai Atuh. Temen-temen ambil aja yang lurus terus, itu juga yang disarankan sama pemilik penginapan kami. Tebakan saya sih, jikalau ambil kiri, mungkin kita akan hingga juga di Pantai Atuh, lewat pintu masuk berbeda.
And we were there, Atuh Beach...
Atuh Beach
Tiket masuk/parkir dibanderol Rp5.000,00/motor. Pertama, kita akan tiba di sebuah perbukitan dengan view yang menakjubkan. Tebing-tebing karst yang menjulang layaknya di Raja Ampat (ada yang bilang kawasan ini yaitu Raja Ampat-nya Bali).
View tebing karst
The hills above the beach
Untuk pantainya sendiri, kita masih harus menuruni anak tangga alasannya yaitu ia terletak di bawah tebing.
Makara Pantai Atuh ini tuh kayak lembah yang dibelakangnya “dilindungi” dengan tebing-tebing. So beautiful.
The beach is down there
Perbukitan di belakang pantai
Hmm
Tapi sayangnya, Dina & Emil ngga mau saya ajak turun ke pantai alasannya yaitu kaki mereka masih “trauma” dengan perjalanan turun ke Pantai Kelingking hari berikutnya. And I don’t wanna leave them, so, ya, kita foto-foto di atas aja.
Santae
Dimanakah jodohku? (1)
Dimanakah jodohku? (2)
Kehabisan gaya
Sekitar pukul 11.00, kami tetapkan kembali ke penginapan, alasannya yaitu kami ingin mengejar kapal ke Sanur yang berangkat siang. Kami hingga sekitar Dhuhur, dan untungnya kami masih sanggup mampu kapal yang pukul 13.00. Dermaganya juga tidak jauh dari Jasmine Inn, hanya sekitar 100 meter.
The ticketing counter
Dermaganya beda dengan pas pertama kami tiba dari Lembongan ya. Kalau yang ke Sanur itu, nama dermaganya Banjar Nyuh. Untuk tiketnya, dibanderol Rp75.000,00. Kalo sanggup kasih uang pas, dan jangan mau kalo disuruh bayar lebih!
Setelah menunggu beberapa saat, kapal kami pun datang, and we’re officially leaving Nusa Penida. Seeya...
Bumpy ride
Perjalanan mengarungi lautan menuju Sanur cukup menantang alasannya yaitu ombak sedang tinggi, sehingga menciptakan kapal bergoyang-goyang naik-turun dengan liar. That was fun tho! And scary, wkwk... Alhamdulillah kami hingga kembali di Sanur dengan selamat.
Safe & Sound at Sanur
Yah... selesai sudah perjalanan kami di trio nusa Lembongan-Ceningan-Penida. Tiga hari pastinya sangat kurang untuk sanggup menjelajai seluruh sudut pulau dan mengunjungi semua spot yang ada di sana. Tapi yah, saya jadi ada alasan untuk kembali ke sana kan? J
And I will be back for sure!
So, do you guys wanna visit these three stunning islands? Share your thoughts below...
Thanks-List:
Dina & Emil, for the fun trip and pictures
YOU, for reading this! :)
Sumber http://ferydyan.blogspot.com
Tidak ada komentar