Perjalanan kami mendaki Gunung Tambora masih berlanjut. Di hari kedua ini, kami berencana untuk jalan hingga Pos 3, dan keesokan harinya ke Pos 4, Pos 5, dan summit attack!
So here where our story continues...
Jum’at, 22 September 2017
Saya terbangun tatkala mendengar bunyi mas @ichyak_ sedang berbincang dengan porter kami di luar tenda. Ternyata langit sudah terang. Geng cewe juga udah pada bangun, jadi kami bertiga yang masih di dalam tenda ikut keluar.
Ah... segarnya udara pagi Tambora...
Dan untuk menciptakan mata kami melek sempurna, saya @yuanggafp & @dentajaya turun ke sungai kecil di bersahabat tenda untuk menyegarkan diri. Dingin bingit airnya. Seger. Dan biar ngga terkontaminasi sama sabun/pasta gigi, kita basuh muka & sikat giginya menjauhi air yha.
Sembari menunggu sarapan siap, kami (yang gabut) melaksanakan photosession dengan banyak sekali latar dan pose. Kebetulan di sekita Pos 2 ini ada frame-frame yang kece, ditambah berkas-berkas cahaya matahari pagi yang semakin menambah keindahan.
Setelah sarapan, kami beres-beres tenda, logistik, dan packing buat ngelanjutin perjalanan. Oiya, di tengah-tengah packing ini kami sempat kedatangan tamu, yaitu 2 ekor musang, yang ternyata semalem juga menyatroni kami (kata bang porter). Saya juga sempet denger bunyi kresek-kresek semalam, kirain babi utan, untungnya “baru” musang.
Dan sehabis semua siap, kami pun melanjutkan pendakian menuju Pos 3.
Jalur pertama yang kami lalui, sehabis menyeberangi sungai kecil tadi, ialah tanjakan yang cukup terjal dan licin. Makara harus ekstra hati-hati, meskipun udah disediain pagar kayu buat pegangan.
Trek selanjutnya juga masih didominasi tanjakan-tanjakan dan pepohonan yang makin rapat. Di beberapa titik ada pohon-pohon tumbang, dan juga terowongan dari akar-akar pohon yang harus kami lalui. Sepertinya jalur Pos 2 menuju Pos 3 ini cukup panjang, sekitar 3 jam-an waktu tempuh versi kami.
Kami sempet istirahat agak lama, sambil makan jeruk. Dan rasanya itu ialah jeruk paling manis, paling segar, paling satisfying yang pernah saya rasakan, wkwk.. Efek kelelahan mungkin ya.
Rehat sejenak
Dan kami pun hingga di Pos 3! Yey...
Pos 3 berada di ketinggian ±1.600 mdpl, dan merupakan camping site paling luas di antara pos-pos pendakian Tambora lainnya. Di sini sanggup muat 10-15 tenda kayanya. Sumber air juga tidak terlalu jauh. Namun, harus tetap waspada, lantaran kabarnya di sini ialah konsentrasi serangan si babi hutan.
Kami hingga di Pos 3 sekitar tengah hari, terus pribadi pasang tenda. Kami memutuskan untuk bermalam di sini sebelum summit attack esok hari. Di sini kami ketemu sama “trio kwek-kwek” lagi, dan sepanjang hari itu cuman kami sama mereka yang camping di sini. Sempet ketemu pendaki asal Malaysia yang lagi perjalanan turun, kemudian pendaki dari Surabaya yang menentukan buat camping di Pos 5.
Anyway, dari siang hari itu hingga malam kami ada di Pos 3 dan ngga ngerti mau ngapain, alias gabut. Kami kisah ngalor-ngidul, becanda, ngerecokin tenda “trio kwek-kwek”, ngemil, dan yang tak ketinggalan tentu saja photosession dengan gaya aneh-aneh dan tampak fake.
Tapi emang di Pos 3 ini pemandangannya kece sih. Di kejauhan, kita sanggup melihat lembah-lembah kehijauan, dan semakin indah dengan kabut-kabut yang sesekali tiba dan pergi sesuka hati
Hm..
(courtesy of @yuanggafp)
Sebwa persahabatan
(courtesy of @ichyak_ @imesummits)
Sehabis makan malam, kami semua tidur lebih awal untuk summit attack keesokan hari...
Sabtu, 23 September 2017
Tengah malam, kami berdiri dan packing barang-barang yang mau dibawa menuju puncak. Kami juga beresin tenda dan ngerapihin tas-tas biar ngga diacak-acak sama babi hutan. Caranya, digantung di atap shelter, jadi kondusif dari jangkauan si babi.
Kami joined forces sama “trio kwek-kwek” dan gotong royong berjalan menuju puncak gemilang cahaya
Tujuan pertama kami ialah Pos 4 dan trek menuju kesana tidak mengecewakan terjal. Namun yang menjadi sangat iconic di sekitar Pos 4 ini ialah adanya “ladang” tumbuhan Jelatang (Jancukan/Api-Api/Rengas). ((Ladang)) lho ya bahasanya, lantaran emang pohonnya banyak dan rapat-rapat seakan sengaja ditanam dan dibudidayakan.
Jelatang (Toxicodendron radicans) ialah tumbuhan semak yang mempunyai daun ber-miang/bulu-bulu halus yang bila terkena kulit sanggup menjadikan rasa gatal dan panas. Nah, untuk mencegah terkena sengatan Jelatang ini, ada baiknya jika kita menggunakan pakaian yang proper, ibarat jaket, sarung tangan, celana panjang, dan gaiter.
Anyway, sehabis beristirahat sejenak di Pos 4 (ketinggian ±1.900 mdpl), kami lanjut jalan hingga Pos 5. Trek dari Pos 4 ke Pos 5 ini merupakan trek paling pendek kayanya ya, sekitar sejam-an lah. Tapi ya jalannya udah terjal aja terus.
Pos 5 berada di ketinggian ±2.080 mdpl dan di sini ada area yang cukup luas untuk mendirikan beberapa tenda. Kami ngelewatin tenda yang dibikin sama pendaki Surabaya, tapi sepertinya mereka belum siap buat summit attack. Makara ya kami jalan duluan aja.
Selepas Pos 5, trek ya makin nanjak-nanjak aja. Pepohonan mulai berkurang dan area mulai terbuka dengan tanaman-tanaman perdu pendek dan rerumputan. Tapi yang spekta ialah bila kita melihat ke atas...
Wow... langit gelap bertabur bintang ditemani cahaya rembulan.
Kami berhenti sejenak untuk istirahat dan menikmati keindahan ciptaan Tuhan ini. Kami padamkan semua headlamp, kemudian duduk dan menatap langit di atas sana. Ahh.. so serene..
Tapi makin lama kok dinginnya makin menjadi-jadi ya gaes. Saya hingga goler-goler di tanah biar ngga kena angin, tapi kok tetep merasuk hingga ke tulang. Akhirnya daripada hipotermia, kami pun melanjutkan perjalanan.
Bukit, demi bukit, demi bukit, demi bukit, kami lalui hingga hasilnya jalur yang kami tapaki mulai berpasir. Itu tandanya kami sudah bersahabat dengan bibir kawah dan puncak. Benar saja, ketika fajar mulai menyingsing, kami sanggup melihat garis batas puncak di atas sana.
I see it, I see it
Si @yuanggafp, @dentajaya, dan kakak porter jalan cepet banget dan udah di atas. Sementara saya, the girls, dan trio kwek-kwek ada di belakang mereka. Saya sempet ngerecoking trio kwek-kwek yang lagi istirahat dan nyicipin puding coklat yang mereka buat, hhe..
And finally, kami hingga di atas! Yeey...
Tapi, tunggu bentar..
Yha Alloh..
Ternyata saya gres hingga di bibir kawah, sementara buat ke puncaknya masih harus nanjak lagi satu bukit. God help me. Padahal dari bawah tadi ini bukitnya ngga kelihatan lho... *menangys
I'm coming, I'm coming
(Front-Back: mba @shinta_sw, me, trio kwek-kwek, @qadzillah, mas @ichyak_)
(courtesy of @yuanggafp)
Akhirnya sehabis kesenangan semu tadi, kali saya benar-benar ada di puncak Gunung Tambora!
Wohoo...
Alhamdulillah, rasa syukur yang tidak terkira saya haturkan kepada Tuhan YME lantaran sudah diberi kesempatan (lagi) untuk berada di daerah yang istimewa, ibarat puncak itu.
Di sini, kita sanggup menyaksikan pemandangan 360° ke sekeliling Tambora. Selain kaldera besarnya, kita sanggup melihat Pulau Satonda, Pulau Moyo, Gunung Rinjani, dan Gunung Agung. It was breathtaking.
Kami istirahat sejenak di puncak Tambora, sambil makan perbekalan dan tentu saja mengabadikan gambar. Si trio kwek-kwek kayanya pribadi turun sehabis foto-foto bentar. Setelah kepergian mereka, puncak tersebut seakan jadi milik kami pribadi.
Sarapan doloe
(courtesy of @dentajaya)
Meet the squad
(courtesy of @dentajaya)
Memorial alm. Wakil Menteri ESDM, Widjajono Partowidagdo
yang meninggal pada 2012 ketika mendaki Gn. Tambora
Setelah puas menikmati puncak, kami pun harus mengucapkan salam perpisahan dan kembali turun menuju basecamp.
Sampai jumpa, Tambora... :')
(courtesy of @dentajaya)
Di bibir kawah, kami berhenti sejenak untuk menikmati pemandangannya. Kaldera Gunung Tambora mempunyai diameter ±7 km dengan kedalaman ±1 km. Dari atas, kita sanggup mendengar bunyi raungan atau kayak bunyi air mendidih dari dasar kaldera. DI dalam sana pun sekarang terbentuk anak Gunung Tambora yang diberi nama Doro Api Toi / Doro Afi Toi (dalam bahasa Bima yang berarti “Gunung Api Kecil”). Apakah di masa depan ia akan erupsi dahsyat ibarat ibunya dulu? Who knows..
Kami melanjutkan perjalanan turun hingga Pos 3, dan istirahat di sana sambil makan siang. Hujan sempat turun sebentar, menciptakan jalan yang kami lalui menjadi licin. Dan kelicinan inilah yang menciptakan saya kepeleset just before Pos 2!
Bu Sisca Suitomo demo masak makan siang
(courtesy of @qadzillah)
Yha Alloh, jatohnya pas banget ada tonjolan akar dan kena tulang ekor. Sakitnya bukan main sampe rasanya ngga sanggup jalan. Belum lagi harus ngelewatin pohon-pohon tumbang, antara harus manjat lewat atas atau jalan nunduk di bawahnya. Encok dah.
But nothing can stop me from going home!
Kami lanjut terus jalan, hingga hasilnya saya berada dalam kondisi ketidaksingkronan antara otak dan kaki. Saya udah ngga sanggup mencicipi betapa pegel dan sakitnya kaki, lantaran pikiran saya udah ada di rumah.
Kami hingga di pintu hutan sekitar Maghrib dan udah dijemput sama abang-abang ojek yang anter kami. Kemudian penderitaan berlanjut ketika kami offroad-an lagi menuju basecamp. Yha Alloh, apa kabar tulang ekor saya. Tapi alhamdulillah kami tiba kembali di basecamp Pak Syaiful dengan keadaan sehat wal afiat. Kami nginep semalam di sana dan keesokan harinya kami bareng-bareng ke bandara dan kembali ke rumah masing-masing.
Sekali lagi, saya sangat-sangat bersyukur sanggup melaksanakan perjalanan ini. Terlebih ditemani rekan-rekan yang gila dan sungguh menghibur, menciptakan pendakian ini makin seru. Dan ibarat yang saya katakan di awal jika saya gres mencicipi mendaki yang “bener-bener mendaki” ya pas di Tambora ini. Mungkin lantaran timing yang pas juga, jadi ngga banyak orang yang naik dan kita sanggup lebih khusyuk menikmati setiap jengkal perjalanan. Can’t wait for the next adventures!
Sekian kisah dari saya, semoga bermanfaat dan... terima kasih
Jadi, ada yang mau naik ke Tambora juga? J
Previous Episode...
NaraHubung:
Pak Syaiful (Basecamp Tambora)
Desa Pancasila, Kec. Pekat, Kab. Dompu, NTB
Phone: 082340693138
Indonesian Matexpedition (Travel Planner & Organizer)
Phone: +6285708917924, +6282234862865
Email: indonesianmatexpdc@yahoo.com
IG: @imesummits, @imesummits.info
Website: http://imesummits.id
Thanks-List:
@imesummits for making this journey happened
@dentajaya, @yuanggafp. @ichyak_, @qadzillah, @shinta_sw for being such a fun travelmates
YOU, for reading this! :)
Tidak ada komentar