Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

4D3n Lasem Itinerary



Di artikel sebelum ini aku sudah dongeng perihal tempat-tempat yang aku kunjungi serta sketsa-sketsa yang aku gambar di Lasem. Karena udah ada beberapa teman yang nanya itinerarynya, kali ini aku bagi di sini juga deh.

Tapi ingat, ya. Ini itinerary menurut perjalanan saya, yang sebagian waktunya dipakai untuk sketching. Jadi, kegiatannya nggak padat dan banyak kawasan wisata yang nggak aku kunjungi. Kalau kau nggak suka sketching, sanggup juga contek aja tempat-tempatnya.

DAY 1

Pagi: 
Naik pesawat Jakarta-Semarang.

Naik bus Jaya Utama AC dari Semarang (nunggu bus di depan pos polisi sebelah Rumah Sakit Islam Sultan Agung). Bus ini jurusan Surabaya, turun di Lasem (pertigaan besar). Perjalanan sekitar 3 jam. Tarif Rp40.000/orang. Kalau yang non-AC Rp25.000.

Siang: 
Check in di guest house Tiongkok Kecil Heritage (Rumah Merah). Dari kawasan turun bus tadi cuma jalan kaki sekitar 10 menit ke guest house ini, melewati Rumah Oei.

Sore: 
sketching di guest house, kemudian jalan kaki di sekitarnya.

Malam: 
makan di restoran Rumah Oei. Cuma jalan kaki 5 menit dari Rumah Merah.

Kamar aku di Rumah Merah. Cuma untuk berdua, padahal sanggup muat sekompi nih.

Seperti inilah kemudahan kamarnya, minus si mas kumis.

Bentuk rumah dipertahankan dari aslinya.

Di belakang aku itu area kamar mandi.

Kalau tengah malam pengen ke kamar mandi, ya mesti keluar bangunan ini dulu.



DAY 2

Sewa motor ke Rumah Merah, jikalau nggak salah Rp70.000/hari (dari pagi hingga maghrib).

Pagi-sore:
Sketching di Klenteng Cu An Kiong.
Sketching di Omah Tegel.
Ke stasiun kereta lama; udah nggak berbentuk ibarat stasiun.

Makan siang di Lontong Tuyuhan (lumayan jauh, naik motor sekitar ½ jam dari sentra kota Lasem, melewati sawah dan pedesaan).

Sketching di Pesantren Al Frustasiyah.

Malam: 
Makan di Warung Mbak Marem (depan Rumah Oei persis).

Klenteng Cu An Kiong

Altar sembahyang dan dongeng bergambar di dinding.
Rumah Tegel

Halaman belakang Rumah Tegel yang super luas. Kebayang nggak nyapuin daun di sini?

Pabrik tegel yang tersisa

Salah satu kamar di Rumah Tegel. Antik tapi kurang terawat kebersihannya.
Pesantren Al Frustasiyah


DAY 3

Sewa motor lagi.

Pagi:
Lawang Ombo (rumah opium; di sebelah klenteng Cu An Kiong. Kaprikornus sebaiknya sih bikin komitmen biar sanggup berurutan jadwalnya dengan Klenteng. Saya bikin janjinya lewat orang Rumah Merah).

Ngopi dan ngeteh di Warung Jenghai (sekitar 5 menit jalan kaki dari Rumah Merah).

Belanja batik di Toko Batik 3 Negeri (di Rumah Merah).

Siang:
Makan nasi cumi di warung Bu Tri.
Pindah ke guest house Rumah Oei.
Ke kantor pos (ngirim kartu pos).
Sketching di rumah batik Kidang Mas di Babagan.

Sore:
Sketching di pohon Trembesi.

Makam palsu di Lawang Ombo, dulu tujuannya untuk menyamarkan bahwa ini rumah penyelundupan opium.

Kondisi halaman tengah Lawang Ombo.

Ruang depan di Lawang Ombo: meja display peralatan opium, lemari antik, dan yang gak kalah penting,
kulkas berisi Teh Pucuk Hijau untuk dibagikan gratis!
Pembatik di rumah Kidang Mas

Toko batik Kidang Mas, pas di seberang rumah pemiliknya tadi.
Pohon trembesi yang hampir 2 masa umurnya. 
Kayaknya si Bapak kurang suka diajak wefie, kalo lihat dari ekspresinya. Hmm.


DAY 4

Pagi:
Sarapan di warung Jenghai.
Beli yopia di rumah pembuatnya, cuma 10 menit jalan kaki dari Jenghai.
Jalan kaki dan foto-foto di seputaran Rumah Merah.

Siang:
Naik bus ke Semarang dari depan Indomaret erat ATM BCA (depan goresan pena “Wisata Agama”).
Lalu naik pesawat ke Jakarta.
The End.

Pembuatan yopia, camilan anggun kering berisi gula merah. Ibu dan anak ini membolehkan saya
  mengacak-acak yopia mereka berguru cara membuatnya.

Kalau nggak salah, ia generasi ketiga pembuat yopia di keluarga ini.
Di sini ia sedang menyusun yopia yang gres kelar dipanggang.
Jalan masuk ke penginapan Rumah Oei.
Saya lupa motret isi kamar Rumah Oei, jadi foto nampang aja deh. 


Review Penginapan

Rumah Merah:
Saya pesan kamar via Traveloka. Harga Rp330.000/malam.
Fasilitas: AC, sarapan, air mineral botolan, handuk, TV.
Kamar mandi di luar – bener-bener outhouse alias kamar mandi yang berada di luar rumah utama, di halaman belakang. Tersedia 2 kamar mandi lengkap, 1 toilet, 1 kamar mandi saja.
Kamar tidur dan kamar mandi bersih.
Servis: Staf kurang satset. Proses check in agak terhambat alasannya yaitu mereka overbooking. Tapi sanggup welcome drink berupa sirup kawista, I like.
Hari kedua air mineral nggak otomatis disediakan, aku mesti minta 2 kali gres dikasih.
Sarapan biasa banget; nasi, telur dadar, tempe, mi goreng, dsb. Kalo sanggup mampu harga tanpa sarapan, mending tanpa sarapan, soalnya lebih asoy sarapan di Jenghai sambil nguping dialog bapak-bapak setempat.  

Rumah Oei:
Mereka punya beberapa tipe kamar. Yang aku pesan harganya Rp400.000/malam.
Pesan eksklusif via telepon +62 811-2611-010, tapi ada juga di Airbnb.
Fasilitas: AC, kamar mandi dalam, handuk, sanggup sarapan. Ngga ada TV.
Kamar dan kamar mandi (toilet duduk, shower) bersih.
Bangunan usang yang di depan doang, kini dijadikan semacam museum. Penginapannya bangunan gres yang didesain ala rumah orang kaya di film kung fu.
Saya nggak mengalami keleletan apapun dalam servisnya selama semalam di sana.

Di formasi Rumah Oei ada Rumah Ijo, gres dibuka sebagai penginapan. Mereka punya kamar dormitory, jadi mestinya lebih murah lagi.

Jadi, kapan mau ke Lasem?





Tidak ada komentar