Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Bangkok, Dari Yang Mainstream Hingga Non-Mainstream


Untuk yang pertama kali ke Bangkok, biasanya akan mengunjungi banyak sekali kuil, istana, Khaosan Road, dan belanja di Catucak. Saya pun dulu begitu. Bahkan hingga sekarang, sudah beberapa kali ke Bangkok, masih ada hal sama yang saya lakukan dengan kali pertama ke sana di tahun 2006. Beberapa bab di Bangkok memang begitu mengesankan, sehingga saya rela mengulanginya. Tapi masih banyak bab Bangkok lainnya yang patut dijelajahi. 

Akhir tahun kemarin saya berlibur ke Bangkok (dan Kanchanaburi) dengan keluarga. Tapi alasannya ialah usia 6 (keponakan saya) hingga 74 tahun (ayah saya) tentu berbeda-beda sekali kesukaannya, saya dan Diyan lebih banyak melaksanakan kegiatan secara terpisah dari mereka.

Flight to Bangkok.



CANDIDE BOOKS & CAFE


Toko buku sekaligus kafe ini membuatkan gedung dengan toko mebel. Lokasinya di kompleks Jam Factory, Thonburi, yang areanya sangat hipster approved. Awalnya saya tertarik ke Candide Books alasannya ialah pernah melihat Post punya graphic novel yang didapat dari sana. Tapi sayangnya, ternyata kebanyakan buku di Candide berbahasa Thailand. Eits, tapi untungnya saya sanggup juga satu graphic novel berbahasa Inggris yang menarik.

Selain buku, Candide juga menjual macam-macam suvenir menggemaskan. Kalau saja saya belum punya banyak tote bag, niscaya saya beli satu dari koleksi mereka.

Sambil menunggu hujan reda, saya dan Diyan menikmati suasana kafe yang sangat ibarat dengan Aksara Kemang sekitar tahun 2007 (kafe di toko buku, yang tiba banyak buka laptop dan berpenampilan modis). Kami membaca buku sambil minum kopi dan makan masakan ringan manis dari kafe. Harga menunya saya lupa, tapi miriplah dengan rata-rata kafe di Jakarta.

Buka setiap hari, jam 10.00-20.00

Candide Books & Cafe di Jam Factory, Thonburi

Sampul-sampul buku yang menarik!

Pilihan jatuh pada "Best Before" karya Tuna Dunn. Pernah saya ulas singkat di sini.


CHAO PHRAYA

Setiap ke Bangkok niscaya ada saja keperluan saya melewati Chao Phraya, tapi hanya sebatas sebagai sarana transportasi. Kali ini, mumpung ada kolaborasi dengan Klook, saya menikmati Chao Phraya dengan maksimal bersama Diyan.

Kami menyusuri sungai utama di Bangkok ini dengan Loy Nava Dinner Cruise. Macam-macam masakan Thailand yang lezat, tarian dan musik pengiring, serta pemandangan city lights yang anggun menjadi sajian kami malam itu. Cerita lebih lengkapnya sudah saya tuliskan di sini.

Wat Arun, diintip dari perahu.

Sebagian sajian dalam dinner cruise.


BHUMIBOL ADULYEDEJ ROYAL CREMATORIUM

Yang satu ini ialah destinasi khusus. Krematorium almarhum sang raja hanya berdiri kurang dari setahun semenjak kematiannya. Kami ke sana sekitar 4 hari sebelum bangunan megah ini diruntuhkan kembali.

Melihat kemegahannya, rasanya kok sayang banget bahwa bangunan ini hanya sementara. Tapi dengar-dengar, rakyat Thailand memang sangat menyayangi sang raja Bhumibol. Raja yang mengenyam pendidikan di Eropa dan Amerika itu memberi banyak sumbangsih pada kesejahteraan rakyatnya. Konon, buah-buahan Thailand yang populer besar dan yummy itu berkat dukungan ia untuk pertanian lokal, dan dana dari rakyat untuk ulang tahunnya di tahun ‘70an ia gunakan untuk membangun banyak rumah sakit di seluruh Thailand (padahal sah saja jika mau ia pakai untuk kepentingan pribadi).

Pantas saja krematorium ini dibangun dengan megah dan ramai dikunjungi rakyat Thailand, selain oleh turis ibarat kami.

Hujan bikin visual yang lebih dramatis. Panitia siap dengan banyak payung untuk dipinjamkan ke pengunjung.

Serba 'emas' dan detailnya itu, lho!


DURIAN BANGKOK

Ngomong-ngomong perihal buah-buahan, kamipun menyempatkan untuk makan durian di Khaosan Road. Entah kenapa harus di situ, kami hanya mengikuti permintaan kakak saya yang jauh lebih sering ke Bangkok dan sering jajan macam-macaM di Khaosan. Sebagai pencinta durian, tentunya kami sangat menikmati the king of fruits yang gemuk-gemuk ini.

(Baca juga pengalaman saya yang lain di Khaosan Road: Songkran Festival)

Sikaaaaat!


ARTiS COFFEE

Selama di Bangkok kami menginap di Hotel Maitria, Sukhumvit Road Soi 18. Di ujung jalan ada sebuah kafe yang sudah memanggil-manggil semenjak hari pertama kami di sana.

Di pagi yang basah akhir hujan semalaman, sangat menyenangkan untuk duduk di meja luar sambil menyeruput teh hangat dan mencamil Almond Croissant. Kafe ARTiS ini kecil, terdiri dari bab indoor dan outdoor. Di trotoar depannya mangkal pedagang gorengan yang kemudian menjadi obyek gambar saya.

Walaupun hasilnya biasa saja, buat saya duduk di kafe bab luar sambil menikmati pagi dan melihat orang lalu-lalang ibarat ini ialah kemewahan.

Pagi hari di hari libur, Bangkok asyik buat sarapan di luar begini.

Sedikit catatan perjalanan.




JATUJAK WEEKEND MARKET

Yang satu ini sulit untuk saya lewatkan. Kadang ditulis Jatujak, Catucak, atau Chatuchak. Pasar yang hanya buka di hari Sabtu dan Minggu ini menjual banyak barang lucu dengan harga murah. Tapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika mau belanja di Jatujak:
-       Siap panas-panasan: bawa topi, kacamata hitam, atau payung, dan sun lotion. Pakai baju dengan materi yang menyerap keringat.
-       Siap uang tunai baht. Entah di sana ada ATM atau nggak, saya sih nggak pernah lihat.
-       Dompet, ponsel, dan paspor disimpan di daerah aman; di dalam tas yang ditaruh di depan badan, atau di mana saja yang kau yakin bakal sulit dijangkau copet.
-       Tentukan daerah dan waktu untuk janjian dengan teman jika terpisah. Pasar ini banyak banget cabang koridornya, sangat gampang terpisah jika masing-masing sibuk menawar atau jelalatan melihat barang-barang lucu.

Di Jatujak macam-macam sekali barang dagangannya. Pakaian, tas, kain, aksesoris kulit, bahkan binatang peliharaan (jangan beli binatang ya, alasannya ialah mending #adoptdontshop) pun ada. Yang seru lagi: masakan dan minuman juga banyak di Jatujak! Jangan takut kelaparan atau kehausan di sana, selama kau masih ada uang untuk jajan.

Lagi kegerahan, paling mantap jajan es kelapa pake es krim!

Kira-kira beginilah bentuknya.

Mudah tersesat di Jatujak. Hati-hati, ya!


THE GIANT SWING

Saya ke sini khusus untuk menggambar. Lokasinya di Phra Nakorn. Ini kali pertama saya ke sini, padahal tempatnya cukup terkenal, malah termasuk UNESCO World Heritage Site.

Monumen yang disebut The Giant Swing ini sudah nggak ada lagi ayunannya. Ceritanya, dulu ayunan raksasa ini bab dari upacara keagamaan. Sejak tahun 1935 ayunannya dicopot alasannya ialah sudah beberapa kali memakan korban jatuh (ya, kebayang!).

(Baca juga: Bangkok Dalam Sketsa)

The Giant Swing without the swing.

Sketching requires sitting on pavements sometimes.


MUAY THAI FIGHT

Ini kali kedua saya nonton pertandingan muay thai di Ratchadamnoen Stadium. Yang pertama dulu tahun 2010. Sebenarnya yang kedua kali ini ingin coba di Lumpini, stadion terbesar dan lebih bergengsi untuk muay thai. Tapi jadwalnya nggak cocok. Baiklah, kembali ke Ratchadamnoen.

Kenapa saya bahagia amat nonton muay thai fight? Yah, selain ini khas Thailand, juga saya pernah rutin latihan muay thai zaman dulu kala, dan sangat menyukainya.

Sayangnya, kami nonton pertandingan ini di malam tahun baru. Sepertinya itu menciptakan penonton tidak begitu banyak. Tadinya kami berharap penonton ramai dan riuh dengan suasana orang-orang lokal berjudi. Tahunya adem-ayem saja. Walaupun begitu, tetap seru, sih, nonton pertandingannya.

Jadwal pertandingan dan beli tiket sanggup di websitenya: rajadamnern.com, eksklusif di loket, atau ibarat saya lewat app Klook. Kalau nggak salah, harganya 1.000-2.000 baht. 

Mas, berantemnya kok mesra?

Otot pada sampe melintir!

Nonton di kelas yang tidak mengecewakan murah, jauh dari panggung, dengan keinginan ramai dengan penjudi lokal.
Kalau yang di depan kebanyakan diduduki turis dan lebih mahal.


HOTEL MAITRIA

Kalau bukan alasannya ialah liburan dengan keluarga, pastinya saya dan Diyan akan menentukan memakai voucher Airbnb kami saja (kalau mau voucher Airbnb, klik ini deh). Tapi alasannya ialah ada kakak saya yang menanggung akomodasi, kami sangat tidak keberatan ikut menginap di Hotel Maitria. Hotel ini agak baru, supir taksi pun belum begitu ngeh dengan namanya.

Lokasinya di Sukhumvit Soi 18, hanya sekitar 15 menit jalan kaki dari stasiun BTS terdekat (Asok). Beberapa money changer juga erat dari sana, termasuk money changer yang banyak direkomendasikan traveler, yaitu SuperRich di stasiun BTS Asok, sempurna di depan mal Terminal 21.

Kalau liburan dengan bawah umur kecil yang gila berenang ibarat keponakan-keponakan saya, memang paling benar menginap di hotel dengan kolam renang. Salah satu pagi kami habiskan di kolam renang saja. Kolam di roof top ini tidak besar, tapi untung saja kebetulan tak ada tamu lain yang berenang pagi itu. Pas malam pergantian tahun, kami ke roof top yang sama, untuk melihat kembang api.

Serasa kolam sendiri.

Kolam renang dengan pemandangan gedung-gedung tetangga.


Dan ibarat biasa, saya akan menutup kisah perjalanan dengan lebih banyak foto lagi.
Kalau kau punya pengalaman menarik perihal Bangkok, atau daerah yang belum ramai dikunjungi turis, boleh banget lho bagi-bagi di Comments di bawa ini :D


Jalan dari hotel menuju stasiun BTS.

Candide Books & Cafe. Looks cozy, doesn't it?

Saya pernah nonton filmnya, Takeshi Kaneshiro yang main. Ingin sekali punya graphic novelnya.
Sayangnya cuma ada dalam Bahasa Thailand.

Kompleks Jam Factory setelah hujan. Ini jalan menuju dermaga. Entah di mana pabrik selainya.

Kucing di erat hotel yang nggak mengizinkan saya jalan. 

Fight, fight fight!

Naik tuktuk. Coba apa maksud dari stiker larangan itu.

Kalung Flair ikut menemani jalan-jalan.

Pemandangan yang Bangkok banget.
Tuktuk versi saya.


Area Jam Factory, selain ada Candide Books & Cafe juga ada perkantoran dan restoran.

Makan siang sebelum hingga di Candide.

Jalan melewati pasar menuju Jam Factory.

See you again, Bangkok!





Tidak ada komentar