Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Tanjung Puting Trip: Menyusuri Sungai Sehitam Malam (Part 2, End)

Jumat, 13 April 2018


Hari kedua di Taman Nasional Tanjung Puting. Pagi itu kami disambut dengan bunyi Owa-owa, burung, serta serangga yang bersahut-sahutan. Menyadarkan kembali bahwa saya sedang berada di tengah rimba Kalimantan.

Saya sempat berjalan-jalan di sekitar Desa Sungai Sekonyer—tempat kami menginap—dan ternyata kondisinya ya sama menyerupai desa-desa pada umumnya. Saya pikir alasannya yaitu letaknya di tengah hutan, akan menjadikannya agak “wild” dengan rumah-rumah dari kayu dan beratap daun gitu. Ternyata enggak juga. Di sana bangunannya udah semi modern, meskipun sederhana. Ada masjid, perpustakaan, toko-toko, juga motor yang berlalu-lalang. It was a nice walk tho.




Sekitar pukul 08.00/09.00, klotok kami angkat sauh dan beranjak menuju lokasi feeding kedua, yakni Camp Pondok Tanggui.

Cruising Sekonyer River Day 2

Pemandangan indah di sepanjang Sungai Sekonyer masih menjadi “penghibur” kami di tengah panasnya cuaca hari itu. Saya berharap dapat melihat hewan-hewan liar lebih banyak lagi. Tapi ternyata ngga semudah itu mereka menampakkan diri. Sekali waktu ada seekor burung dengan bulu indah berwarna biru melintas di depan klotok kami. Kata Bang Faisal, itu burung jenis Kingfisher. Mereka memang sering mencari makan (berupa ikan) di sekitar sungai.

Cruising Sekonyer River Day 2

Kami juga sempat melewati pintu masuk Rimba Ecolodge. Salah satu penginapan ternama yang ada di Tanjung Puting ini. For your info, di daerah ini juga artis Hollywood Julia Roberts pernah menginap ketika menciptakan sebuah film dokumenter. Kalau mau nginep di sini dapat banget sih. Ada kok paket trip yang sekalian stay di sini. Tapi harganya tentu lebih melanbung jauh terbang tinggi yha

Rimba Ecolodge

Sekitar satu jam mengarungi sungai, kami pun tiba di Camp Pondok Tanggui. Untuk hingga ke lokasi feeding-nya, kita mesti jalan agak jauh (lebih jauh dari Camp Tanjung Harapan). Sebenernya, kata Bang Faisal, susukan dan keluar di Pondok Tanggui ini dibedakan (kayak muter gitu). Makara semacam one way. Tapi berhubung waktu itu ada pohon tumbang, kami jadi lewat satu jalur yang sama.

Briefing at Pondok Tanggui

Pondok Tanggui Track

Pas hingga di daerah feeding, ternyata di sana udah banyak orang. Dan lagi-lagi mayoritas bule. Namun, belum ada satu orangutan pun yang hadir di “panggung” feeding-nya. Para ranger juga masih sibuk teriak-teriak ala-ala tarzan gitu buat manggil orangutannya.

Waiting...

Berjam-jam kami nunggu, tapi ngga dateng-dateng juga orangutannya. Beberapa pengunjung ada yang “menyerah” dan pergi meninggalkan lokasi feeding. Hal kayak gini sebenernya wajar-wajar saja terjadi. Mungkin bagi kita (para turis), agak kecewa ya ngga dapat nonton orangutannya. Tapi sebenernya, ini dapat jadi menunjukan baik dari segi ekosistemnya. Dengan tidak hadirnya orangutan di daerah feeding, dapat menandakan bahwa cadangan makanan di hutan masih cukup tersedia. Atau dapat juga mengindikasikan bahwa orangutan-orangutan tersebut sudah tidak bergantung lagi pada “bantuan” manusia.

Dan akhirnya, kami pun “menyerah” juga dan pergi meninggalkan Camp Pondok Tanggui. But that’s okay for me. Namanya lagi di alam liar, expect the unexpected kan.

Move On

Tujuan kami berikutnya—sekaligus yang terakhir— yaitu Camp Leakey. And I was sooo excited! alasannya yaitu dalam perjalanan menuju Camp Leakey ini, kita akan melewati salah satu daerah yang iconic dari Tanjung Puting, yakni sungai berair hitam!

Perjalanan menuju Camp Leakey memakan waktu sekitar satu jam. Dan kita bakalan tau jikalau udah deket lokasinya, ketika kita hingga di percabangan sungai, dan air sungai yang berwarna coklat akan bertransisi menjadi hitam! Like, literally hitam. Cool!

Color change!

Btw air hitam di sungai ini bukan alasannya yaitu terkotori lho. Tapi alasannya yaitu dampak lahan gambut di sekitar. Dan malah air di sini terbilang bersih. Beda dengan air sungai yang berwarna coklat sebelumnya.

Entah kenapa suasananya tiba-tiba berubah jadi makin dingin, sunyi, dan sedikit... misterius. Lebar sungai makin mengecil. Dan kayaknya hutan-hutannya juga tambah rapat, makin dense. Sebagian permukaan sungai juga tertutup tumbuh-tumbuhan.

Namun dibalik ke-eksotisan pemandangannya, sungai hitam ini merupakan “rumah” dari Buaya Muara (Crocodilus porosus) dan Buaya Sinyulong/Supit (Tomistoma schlegeli)! Kata Bang Faisal ada yang panjangnya mencapai 6 meter dengan badan hitam dan punggung berlumut. Heuheu! Dulu pernah ada kejadian turis meninggal gara-gara diserang buaya pas ia lagi berenang di suangi hitam ini. Jadi, rekan-rekan sekalian yang punya impian main-main air apalagi nyebur di sini, diurungkan saja ya.

Camp Leakey

Camp Leakey

Sesampainya di Camp Leakey, kita akan mengunjungi dulu information center. Di sini, kita ngisi buku tamu dan dapat baca-baca banyak sekali macam informasi perihal orangutan dan TN Tanjung Puting.
Satu hal yang menarik saya yaitu dongeng mengenai Tom, orangutan yang dulu merupakan jantan lebih banyak didominasi di Tanjung Puting ini. Pas saya baca-baca artikel, nama Tom kerap muncul sebagai highlight. Dia juga pernah jadi model sampul majalah National Geographic. Namun sayang, Tom telah menghilang selama berbulan-bulan or years (lupa mulai kapan). Kabarnya ia kalah tarung dengan pejantan lain, sehingga ia meninggalkan wilayah kekuasaannya dan pergi ke sisi lain hutan dan tak pernah kembali. What a though life!

Information Centre

Tom

Dari information center, perjalanan menuju lokasi feeding masih cukup jauh. Sekitar sejam-an jalan kaki. By the time we get there, baju dan badan ini sudah lembap bermandi keringat. Tapi semua terbayar ketika orangutan-orangutan mulai berdatangan dan memakan pisang-pisang yang sudah disediakan. So cute!

Camp Leakey Track

Camp Leakey Track


Feeding location

Feeding location

Ada banyak sih yang tiba dan pergi waktu itu. Tapi yang paling memorable, pas kita semua lagi fokus nonton ke “panggung”, tiba-tiba salah seorang ranger ngasih tau jikalau ada orangutan di belakang kita! Omg.


Meet Yuni!
Namanya Yuni, salah satu betina lebih banyak didominasi di sini. Dan ia lagi bawa bayi. Unch so cute! Para ranger pun menyuruh kami minggir dan ngasih jalan buat Yuni. Dan itu yaitu pengalaman yang exciting sekali untuk dapat sedeket itu sama orangutan liar! Wew.

Kami pun duduk kembali dan melanjutkan menikmati tingkah contoh orangutan (terutama yang bayi-bayi) yang memang sangat adorable. Namun tidak usang kemudian, kami dikejutkan lagi dengan kedatangan orangutan lain dari belakang (lagi), dan kali ini berjulukan Akhmad. Salah satu orangutan betina tertua di sini. Omg. Dua kali dapat sedeket itu sama orangutan, like, cuman berjarak 1-2 meter! Wagelaseh!

Meet Akhmad!

Sekitar 30 menit sebelum jam feeding berakhir, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya sehingga menciptakan semua pengunjung harus undur diri dari Camp Leakey. Mana jarak ke pintu keluarnya jauh amat ya alhasil lembap lah seluruh pakaian ini. But it was fun. Seriously! Gimana lagi cara terbaik menjelajahi hutan hujan, selain menikmati keindahan hutan beserta “hujan”-nya! Yakhaan...

Crew Para Petualang Cantik Trans7

Camp Leakey menjadi camp terakhir yang kami kunjungi dalam perjalanan ini. Sore hari itu, kami eksklusif bertolak kembali menuju Pelabuan Kumai.

Seeya again

So long, my orangutan friends!

Tapi jangan sedih, ada satu lagi “keajaiban” Tanjung Puting yang masih dapat kita saksikan! Dan keajaiban ini hanya dapat kita temui ketika malam tiba. Saat kelotok kita hingga di area hutan nipah. Di sini, kita akan disuguhi pemandangan ratusan bahkan ribuan kunang-kunang yang berkerlap-kerlip manja di antara pepohonan Nipah!

Itu yaitu salah satu pengalaman paling istimewa yang pernah saya lihat! Udah kayak lampu-lampu hias di pohon Natal. Namun sayang, pemandangan spektakuler itu ngga dapat direkam dalam bentuk foto maupun video. Entah apa kita yang waktu itu ngga punya cukup skill atau alat yang memadai, or else. Tapi memang, terkadang sesuatu yang indah itu cuman dapat dinikmati, tanpa dapat didokumentasi. Kalau mau lihat, ya harus kesini langsung! Hehe...

Seeya Tanjung Puting

Jadi, demikian dongeng saya selama 2 hari 1 malam menjelajahi Taman Nasional Tanjung Puting. Seperti yang saya bilang, it was like a dream come true! Untuk dapat pergi sejenak meninggalkan ke-riweuh-an pekerjaan, kemudian mblusuk ke hutan, ngeliat orangutan secara live, hmm... benar-benar pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Dan supaya suatu hari nanti, dapat kembali ke daerah ini.

Sekian. Terima Kasih

Ada yang udah pernah ke Tanjung Puting? Share your story below.

        
Previous Episode...


NaraHubung:
Liborneo Travelguide
Telp./WA: 082230580313 (Dion)
IG: @liborneo.travelguide



Thanks-List:
Liborneo, for the amazing experience
YOU, for reading this! :)

Sumber http://ferydyan.blogspot.com

Tidak ada komentar