Berhubung hari libur kemarin (Maulid Nabi) saya ngga pulang ke rumah (Probolinggo), jadinya saya meng-iya-kan permintaan teman-teman kantor untuk jalan-jalan. Ya, sanggup dibilang saya cukup jarang ikut mereka bepergian, soalnya saya lebih sering balik ke rumah ortu jikalau lagi libur atau weekend. Nah kali ini, selain daripada gabut, saya tertarik ikut mereka lantaran agendanya yaitu ke Air Terjun Tumpak Sewu di Lumajang, yang mana saya pengen banget ke sana semenjak jaman baheula!
Pasti udah pernah dengar kan Tumpak Sewu? Apalagi buat para instagramers. Dari foto-foto yang beredar, memang terlihat jikalau tempat ini punya view yang indah. Sungguh cocok untuk mempercantik feed, bukan?
Dan yang menambah seru hari itu adalah, kami ngga cuma mengunjungi Tumpak Sewu. Kami juga “mampir” di riam lain—tidak jauh dari situ—yang berjulukan Air Terjun Kabut Pelangi. Hm.. Saya gres pertama kali dengar nama riam ini sebenarnya. Dan ternyata, tempat ini jauh melebihi ekspektasi saya!
So, here where the story begins...
Pagi-pagi sekali, kami berangkat dari kota Jember menuju Lumajang, dengan perut yang keroncongan lantaran belum sarapan. Saya berusaha untuk tidur, tapi tak sanggup lantaran kepala terantuk-antuk jendela kendaraan beroda empat ditambah kepanasan lantaran AC kacrut terkena matahari pagi. Barulah hampir dua jam kemudian, kami hingga di kota Lumajang dan berhenti di salah satu rumah makan di sana. Saya pikir, lantaran sudah masuk area Lumajang, perjalanan tinggal sedikit lagi. Ternyata salah! Kata rekan saya (yang sudah pernah ke sana), perjalanan kami masih setengahnya! Huft.
Kami pun melanjutkan perjalanan, dan mood kembali membaik dikala kami melewati jalanan dataran tinggi dengan pemandangan indah di sisi jalan. Di satu momen bahkan kami sempat melewati sungai besar tempat fatwa lahar hirau taacuh Gunung Semeru. It was so pretty.
Singkat cerita, sekitar pukul 09.30, kami hingga di area Tumpak Sewu. Dan hal pertama yang kami lakukan adalah... ke toilet. Oiya, untuk memasuki tempat air terjun, kita diharuskan membayar Rp10.000,00 untuk parkir mobil. Kemudian di loket official-nya, kita akan dikenakan Rp10.000,00 per orang.
Dari loket, perjalanan ke lokasi air terjunnya ngga begitu jauh sih. Trekking sebentar mungkin sekitar 200 meter lah, dengan kontur tanah menurun. Itu berangkatnya ya. Berati pas balik nanti, ya, jadi tanjakan. Haha. Tapi jalannya yummy kok. Udah di semen gitu.
Sekitar 10-15 menit kemudian, kami pun hingga di Air Terjun Tumpak Sewu
Dan kata pertama yang terucap dari bibir saya adalah... WOW!
Gilaaaak anggun banget sih ini! Saya pikir, ini yaitu riam paling anggun yang pernah saya kunjungi! Dan kebetulan sekali hari itu cerah, jadi kami diberkati dengan adanya pelangi di sekitar air terjun. MasyaAllah...
Air Terjun Tumpak Sewu sendiri mempunyai ketinggian sekitar 120 meter dan bersumber dari Sungai Glidih yang berhulu di Gunung Semeru. Bentuk riam ini memang unik, yakni terdiri dari beberapa fatwa air yang berjajar membentuk setengah lingkaran, sehingga tampak menyerupai sebuah tirai.
Udah lah pokoknya speechless dengan keindahannya. Tapi satu hal waktu itu yang bikin saya penasaran. Kalau mau turun ke dasarnya lewat mana ya?
DI lokasi kami waktu itu, memang sudah dibangun semacam “panggung” yang dilindungi pagar. Makara posisi kita ada di atas air terjun. Tapi di sana tidak ada jalur khusus untuk turun ke dasar air terjun. Dan akhirnya, waktu kami memutuskan untuk kembali, saya gres ngeh ternyata jalur untuk kebawah ada sebelum memasuki “panggung” tadi. Kalau kita gres datang, jalurnya itu ada di sebelah kiri. Dekat warung bambu dan pangkalan ojek. Namun, memang di sana terpasang papan peringatan jikalau “pengunjung berhenti di sini” atau dengan kata lain jikalau kita mau turun ya do it with your own risk.
Saya pengen banget turun sebenarnya, cuman belum dewasa ngga ada yang berminat. Pas saya tanya ke orang-orang yang udah turun, perjalanan ke sana memakan waktu sekitar 30-60 menit. Pas saya melongok ke bawah, jalurnya memang hanya sekadar “tangga” tanah dengan pegangan bambu. Ini mengingatkan saya dengan jalur menuju Pantai Kelingking, Nusa Penida. Sayang sih memang waktu itu ngga turun. But anyway, jikalau kesini lagi.. saya harus turun pokoknya! J
Waktu itu masih tengah hari. Setelah selesai sholat Dhuhur, kami juga resah mau kemana lagi. Akhirnya dalam perjalanan (supposedly) balik ke Jember, kami menerima pandangan gres untuk mampir ke satu tempat lagi. Di mobil, kami udah nyari-nyari tuh mau kemana, dan alhasil memutuskan untuk ke Air Terjun Kapas Biru. Tapi berhubung ternyata jalur kesana sempit banget (entah itu jalur yang bener atau engga) dan ngga sanggup dilewati mobil, kami alhasil putar arah ke riam lain, yaitu Kabut Pelangi. Dan jaraknya ngga jauh juga dari Tumpak Sewu.
Singkat cerita, kami hingga di tempat parkir Air Terjun Kabut Pelangi dan kami disambut oleh bapak-bapak di sana. Waktu itu tidak mengecewakan sepi ya tempatnya. Dan waktu kami tanya ke bapak-bapak itu, berapa usang jalan ke air terjunnya, dia bilang.. “ya jikalau masih muda sih 15 menit-an”. Well, okay, tidak mengecewakan akrab ya ternyata. Oiya, untuk masuk ke air terjunnya, kita dikenakan biaya Rp10.000,00 untuk mobil, dan Rp5.000,00 per orang.
So, kami pun memulai trekking ke riam Kabut Pelangi.
Jalurnya sih menurun ya. Pemandangan di sekitar juga cukup kece lantaran di samping kami yaitu jurang dengan sungai di dasarnya. Tapi kok, rasa-rasanya kami sudah berjalan 15 menit belum hingga juga ya. Sampai kami masuk hutan, jalan naik turun bukit, kok ya ngga nyampe-nyampe. Sepertinya kita “dikibulin” sama bapak-bapak tadi. Atau ukuran kecepatan yang ia pakai yaitu untuk masyarakat sekitar?
![]() |
Mendaki gunung lewati lembah |
Akhirnya sekitar 30-45 menit kemudian, kami sampailah di sebuah warung di tepi sungai. Di akrab sana ada riam super mini yang jatuh ke fatwa sungai. “Jadi, ini riam Kabut Pelangi-nya?”, ujarku dengan nada yang sedikit kecewa dan emosi jiwa. Namun, bapak penjaga warung dengan sabar menginformasikan bahwa, riam Kabut Pelangi-nya masih jalan lagi mengikuti fatwa sungai sekira ya 100 meter lagi. Wew. Syukurlah. Hampir saja mau mara lantaran tak sebanding dengan jalan kemari.
Kami pun melanjutkan perjalanan ke Kabut Pelangi yang sesungguhnya. Dan perjalanan waktu itu mengingatkan saya dengan trek ke Air Terjun Madakaripura, Probolinggo. Kita beberapa kali harus menyeberangi sungai, jadi harus ekstra hati-hati ya biar tidak terjerembab, apalagi hingga sendalnya hanyut.
And finally, kami pun hingga di Air Terjun Kabut Pelangi...
Weww..
Lagi-lagi ya, saya terpana dengan keindahannya. Meskipun Cuma satu aliran, tapi lokasi Kabut Pelangi ini eksotis sekali. Cantik. Dan kelihatannya sih memang belum banyak pengunjung yang kesini ya. Tampak dari sampah yang “tidak terlalu banyak”. And I’m so thankful for that.
Air terjun ini berketinggian sekitar 100 meter dan yang membuatnya lebih menarik (menurut saya) yaitu deretan bebatuan di sekitarnya. Makara di dasarnya itu ada kayak dua watu besar yang berhadapan, dan biasanya memang dijadikan spot foto bagi para pengunjung. Memang kece sih untuk framing foto.
Kami di sini tidak mengecewakan usang ya, sampe sekitar Ashar dan ngga ada pengunjung lain hingga beranjak. Waktu kami hingga di warung tadi juga, si ibuk sama bapak udah mau berkemas dan so sweet-nya lagi, selain memang untuk berjualan, dia berdua ini “bertugas” untuk menjaga para pengunjung yang tiba ke sana. Makara mereka akan nungguin hingga pengunjung terakhir pulang.
Dan satu hal lagi yang so sweet yaitu pas kami hingga di parkiran lagi. Bapak-bapak di sana ngasih kami salak gratis! Memang di sana banyak kebun salak ya. Tapi awalnya saya kira, kami ditawarin buat beli salaknya, like you know mana ada sih yang gratisnya di jaman sekarang, tapi ternyata kami diasih secara cuma-cuma, hehe. Namun, dia meminta satu hal. Beliau meminta kami untuk meng-upload/mempromosikan Air Terjun Kabut Pelangi di social media kami, biar semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Wah pak, niscaya kami akan melakukannya walau tanpa disuruh, hehe..
Jadi, untuk pemirsa yang membaca ini, yuk jikalau ada waktu luang tiba ya Air Terjun Kabut Pelangi! Siapa tau dapet salak gratis juga, hehe..
Sekian. Terima Kasih.
Sumber http://ferydyan.blogspot.com
Tidak ada komentar