Hari kedua. Kami berencana mengunjungi dua daerah wisata yang cukup hits di kota Bangkalan, yaitu Bukit Jaddih dan Arosbaya. Keduanya mempunyai “konsep” yang hampir sama sebenernya, yakni perbukitan kapur. Dua daerah ini jadi populer di kalangan para pelancong, thanks to social media yang telah memopulerkannya di jagat maya. Alhasil, banyak orang yang tertarik untuk tiba kemari, mainly ya for photo hunting. Termasuk kami.
So here where the story continues...
Kami berkendara beriringan menuju Desa Jaddih, Kecamatan Socah, sekitar 10 km dari sentra kota Bangkalan. Perjalanan ke sana cukup lancar dan enjoyable lantaran jalannya tidak mengecewakan mulus dan banyak pepohonan. Kaprikornus ngga panas-panas amat gitu. Barulah ketika kami hingga di lokasi, jalanan yang tadinya aspal menjelma tanah kapur berdebu. Belum lagi suhu di daerah tersebut yang masyaAllah panasnya kolam disinari sembilan matahari.
So. Fcking. Hot!
Sebelum masuk, kami dihadang oleh seorang lelaki dan diharuskan membayar Rp10.000,00/motor. Kemudian, di loket (yang sebenarnya), kami disuruh bayar lagi Rp5.000,00/orang. Mungkin yang tadi buat tiket parkirnya ya, dan yang ini buat tiket masuknya (?)
So here we are... Bukit Jaddih.
Pemandangan di sini emang cakep sih. Bekas penambangan kapur menciptakan tebing-tebing di sekeliling daerah ini seolah terpahat, membentuk potongan-potongan dan guratan-guratan yang eksotis. Ala-ala Cappadocia, Turki atau Petra, Jordan gitu deh. Ala-ala tapi ya. Dan daerah ini tidak mengecewakan luas lho, konturnya naik turun juga, jadi siapkan tenaga Anda untuk berkeliling dan mencari spot foto terbaik.
Bukit Jaddih (courtesy of @irwantris) |
Namun sayang, dikala kami ke sana, danau yang semestinya sanggup dijadikan lokasi foto sedang dikeringkan dan tampaknya sedang dipugar. Di beberapa sudut lain juga tampak penggalian-penggalian dan pembangunan, menyerupai misalnya cekungan berbentuk “love” ini.
Selain tebing-tebing dan gua kapur, di sebelah barat Bukit Jaddih ini ada hamparan padang rumput hijau yang juga menarik untuk dikunjungi. Sedangkan, jika Anda ingin berbasah-basah ria, di sebelah utara terdapat kolam renang berjulukan “Aeng Goweh Poteh” (bahasa Indonesia = “Air Gua Putih”), yang airnya bersumber dari mata air alami. Namun, kami ngga ke tempat-tempat ini, lantaran telah tak berpengaruh dengan panasnya.
Using sunblock/umbrella is a good idea bila berkunjung ke Bukit Jaddih ini, untuk melindungi diri dari teriknya mentari. Atau lebih bagus lagi jika kita datangnya pagi-pagi atau sore aja. Selain itu, di sini kita juga harus tetap berhati-hati ya. Banyak kendaraan dan alat-alat berat yang berlalu-lalang, kerana penambangan kapur di sini masih aktif berjalan.
Saya jadi penasaran, jika kapurnya terus-terusan ditambang, gimana jadinya daerah ini nanti ya?
Dari Bukit Jaddih, sehabis istirahat sejenak dan makan siang, kami bergerak menuju Bukit Arosbaya yang terletak di Desa Berbeluk, Kecamatan Arosbaya. Kalau dari sentra kota Bangkalan, sekitar 19 km atau 40 menit berkendara. Kebayang ngga sih gimana rasanya motoran tengah hari bolong di Madura?
Anyway, perjalanan ke Arosbaya ini agak tricky ya saudara. Kalau pake GoogleMaps, harap dibaca baik-baik. Dan jangan lupa perhatikan juga papan-papan petunjuk yang ada di sepanjang jalan. Awas nyasar, kek kami waktu itu, haha...
Lokasi Bukit Arosbaya ini sangat berdekatan dengan situs religi makam Raja Bangkalan “Air Mata Ibu” atau “Pesarean Aermata”, yang mana udah populer di Bangkalan (katanya). Kaprikornus jika tersesat di jalan, sanggup njujuk ke daerah ini. Pas sampe di lokasi tersebut, kami juga sempet gundah kok cuman ada area pemakamannya doang. Ternyata di sebelah pemakaman tersebut, ada jalan kecil dengan papan petunjuk super kecil yang bertuliskan (tangan) “Bukit Arobaya” beserta arah panahnya. Yampun.
Dan akhirnya, kami sampailah di Bukit Arosbaya..
Tiket masuknya dibanderol Rp5.000,00 per kepala. Sedangkan untuk parkir motornya... Rp5.000,00 juga kayaknya. Lupa.
Nah, nuansa di Bukit Arosbaya ini agak berbeda ya dari Bukit Jaddih. Yang paling terperinci terlihat yaitu warna bebatuannya. Kalau di Bukit Jaddih bener-bener putih, sementara di sini warnanya kecoklatan & kemerahan.
Arosbaya |
Arosbaya (courtesy of @irwantris) |
Sementara dari segi suhu, di Arosbaya ini lebih tidak panas. Sedikit. Meskipun yha tetep gerah, tapi masih tidak mengecewakan ada pepohonan. Apalagi jika udah masuk ke lubang-lubang guanya, itu udah adem banget. Lebih betah diem di dalem guanya daripada di luar.
One of Arosbaya caves |
One of Arosbaya miners |
Waktu paling cocok untuk berkunjung ke Bukit Arosbaya ini yaitu pagi hari ya pemirsa. Karena selain ngga panas, di beberapa tempat, kita sanggup menemukan berkas-berkas cahaya yang memasuki lubang-lubang gua. Itu anggun banget jika difoto.
Tapi yang bikin aku agak miris dan kezel, yaitu masih adanya tangan-tangan jahil yang menggoreskan banyak sekali macam goresan pena di dinding-dinding bebatuan. Itu ngerusak mata banget lho gaes. Jangan ditiru ya. Kalau kita care terhadap sesuatu, bukankah seyogyanya kita menjaga dan merawatnya dengan baik?
Please take care of this beautiful place (courtesy of @irwantris) |
So this is our trip to Bukit Jaddih & Arosbaya. Ada yang udah pernah ke sini? Share your thought below...
(Previous part, read here)
Thanks-List:
YOU, for reading this! :)
Sumber http://ferydyan.blogspot.com
Tidak ada komentar