Terpukau dengan Maninjau yang Memukau
Pagi itu, gue bangkit pagi-pagi sekali. Meski masih lelah dan ngantuk, kami (gue, Farid, Mba Erna, Mba Uthie) harus tetap semangat melanjutkan perjalanan. Hari ini kami akan ke Danau Maninjau. Gue dan Farid kebetulan numpang tidur di rumah sopir merangkap guide yang baik hati, Uda Iwan di kaki Gunung Singgalang. Waaaaw, dingiiinnya luar biasa, lho, tempat ini, bikin mager beranjak dari kasur.
Ah, tapi trip harus tetap jalan sesuai perencanaan, sebelum menyesal di kemudian hari. Berangkatlah kami menuju Danau Maninjau melewati Kelok 44 (ada 44 belokan yang akan dilewati). Nggak kebayang pusingnya menyerupai apa, tuh. Yang niscaya perjalanan akan mengocok lambung dengan cacing-cacing yang merajalela di dalamnya. Hehehe. Meskipun begitu, kami tetap menikmati perjalanan ini.
Danau Maninjau yaitu danau super keren di Sumatera Barat dan salah satu danau terhening di Indonesia (menurut gue, lho, ya). Danau ini merupakan keajaiban alam yang luuuaaaar biasa, cocok untuk tempat menenangkan diri, menikmati hidup yang damai dari kesibukan dan keramaian kota.
Perjalanan gue dkk. untuk hingga di danau yang ini memakan waktu 2 jam dari Bukittinggi. Tapi jangan
bayangkan jalanannya menyerupai jalan tol dan penuh kemacetan, yah. 2 jam itu murni jalanan lancar tapi berkelok-kelok. Udah kebayang, kan, gimana jauhnya?!
Like a stupid, gue ngitungin, tuh, kelok hingga puyeeeeng dan mual (ini beneran. Hahahahah). Gue alhasil ngalah dan membisu alasannya yaitu menahan mual. Padahal, nggak perlu sibuk-sibuk ngitungin, kan ada plang angka kelokan di setiap tikungan, mulai dari angka yg besar ke yg kecil. Dari Kelok 44 ke Kelok 1. Baru setengah jalan, tampaknya di jidat kami udah tergambar kelokan-kelokannya alias kerutan, nih. Hahahaha. Fiuh...
Sebelum hingga danau,gw dkk brenti sejenak di sebuah warung--(lupa dikelok brp)--buatistirahat, makan Indomie, minum minuman yang seger-seger, dan tentunya meluruskan kaki plus menenangkan isi perut yg terombang-ambing akhir si Kelok.
Daaaan, gue ngeliat pemandangan keren dari warung persinggahan itu. Takjuuuuuub, melongo, nganga melihat Danau Maninjau dari kelok yang #lupa kelok berapa#. Keren abis. Pasti lebih indah jika sudah hingga di bawah, di Danau Maninjau. Kami akan menapakan kaki dan melihat lebih dekat, langsung, no filter alias mata telanjang keindahan tersebut. Subhanallah...
Ah, nggak sabar. Itu yang ada dalam benak gue. Kami pun cepat-cepat menghabiskan Indomie yang gres aja matang. Nggak pake ditiup-tiup lagi dah, tuh, mie saking pengennya eksklusif turun bukit ke arah danau. Kami pun eksklusif bergegas meninggalkan warung dan melanjutkan perjalanan yang berkelok-kelok lagi. Entah sisa berapa kelok lagi. Gue udah nggak memperhatikan kelokannya. Pemandangan Danau lebih memukau ketika itu...Semoga nggak ada yang huek-huek alasannya yaitu perut full makanan.
Masih ada beberapa kelok lagi yang harus dilewati untuk hingga di sana. Sabar..sabar..sabar.. Ibarat kata pepatah: berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, berkelok-kelok dahulu, eh bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Uhuuuy.
Akhirnya tibalah kami di perkampungan Maninjau. Masih harus sabar alasannya yaitu harus berjalan beberapa meter untuk hingga di danau itu. Di tempat itu, sepanjang jalan berjejer homestay buat para wisatawan.
Jreeeeeeeeng...Jreeeeeeeeeng.. .
Gugusan awan yang memantul ke Danau Maninjau |
Akhirnya, sampailah kami di bibir Danau Maninjau. Terdiam sejenak, kemudian terucap Subhanallah, indah sekali negeri ini, ya, Allah. Danau dengan keheningan dan keindahannya menciptakan kami tak dapat berkata apa-apa. Woooooow...langit biru, putihnya awan menjadi pendamping danau ini. Lihatlah awan itu! Bergumpal menyerupai gulali yang siap dikopek da dimakan. Nyam..It's amaziiiiing...
Bibir Danau Maninjau |
Jeprat-jepret pun dimulai. Gue memulai dengan foto kosong dulu alias view-nya dulu a.k.a tanpa model. Hehehehe. Gue nemu bahtera menyerupai kano gitu deh, elok buat properti latar Danau Maninjau (aelah, bahasa gue udah kayak fotografer profesional aja). Tapi, serius, ini keren.
Next shoot: it's time tuk bernarsis ria. Ada yang bilang, jika mendatangi suatu tempat nggak ada foto sendiri di tempat itu, sama dengan HOAX. Hahaha *abaikan.
Ipin Upin main ke danau |
Dari kiri: Farid, Mba Erna, Mba Uthie, Gue. |
Setelah bernarsis ria, gonta-ganti pose sana-sini, gue mulai menelusuri tepian danau. Kami pun bertemu dengan seorang anak kecil yang umurnya kisaran 10-11 tahun sedang mencari ikan. Namanya Agung, warga orisinil Danau Maninjau, kelas 5 SD. Dia setiap hari mencari ikan bilih untuk dimakan. Ehm, mendengar ceritanya, berasa banget di hati gue, terharu. Penduduk sini memang menggantungkan hidup lewat hasil danau.
Akhirnya dongeng perihal Danau Maninjau pun selesai. Danau yang hening, yang penuh ketenangan. Diam-diam kindahannya begitu luaaar biasa. Memukau! Yuk, mari berpindah.
Sumber http://travelafin.blogspot.com/"Tak ada yang takindah di sini. Ya, inilah Indonesia. Indonesiaku. Aku besar hati menjadi anak Indonesia," batinku. Lalu perjalanan pun berlanjut.
Tidak ada komentar