Flores, pulau bunga, menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa besarnya. Komodo di barat hingga Lamalera di timur menimbulkan Flores bagai bidadari yang bagus jelita. Saking indahnya, ada orang luar Flores yang iri hati dan protes pada Tuhan kenapa keunikan-keunikan ciptaan-Nya yang agnung dan mulia itu hanya Dia tempatkan di Flores.
Hierofani - alam menampakkan wajah Allah. Keindahan alam Flores benar-benar menampakkan
wajah Allah. Itulah sebabnya, bukan suatu kebetulan, sebagian besar orang Flores mempunyai hidup religius yang kuat. Ini terjadi lantaran alam di mana mereka hidup membantu mereka untuk selalu mendekatkan diri pada Tuhan.
Flores dianugerahi sumber-sumber daya pariwisata yang komplit. Mulai dari kehidupan bawah bahari yang beranekaragam, pantai berpasir putih yang indah, binatang yang langka dan tak ada duanya, danau-danau yang indah dan unik hingga peradaban ( kampung, ritual dan kesenian ) yang masih terjaga secara baik. Kesemuanya itu akan kami lukiskan secara selayang panjang dalam dua postingan kami berikut ini dan nantinya diikuti dengan klarifikasi detail per objek wisata serta cara menuju ke sana dan akomodasinya.
Komodo
Varanus Komodoensis - binatang seangkatan dinosaurus di habitat aslinya - di Taman Nasional Komodo |
Ketika anda ke Komodo, jangan lewatkan beberapa daerah wisata yang bisa memperkaya dan memperkuat ingatan anda akan wisata Komodo. Jadi, bila anda berencana wisata ke Komodo, siapkan sarana-sarana pendukung yang memadai, ibarat alat perlengkapan berenang dan snorkel.
Danau Sana Nggoang dan Lingko
Danau Sana Nggoang di tengah hutan lebat. Bukti Flores tidak semuanya tandus dan miskin |
Dari Labuan Bajo, anda sanggup mengambil paket Flores overland untuk menyinggahi beberapa daerah wisata sekaligus. Dalam perjalanan ke Ruteng, anda bisa mengunjungi,Danau Sana Nggoang untuk menyaksikan keidahan danaunya serta koloni burung yang hanya ada di Flores. Di Cancar, anda bisa menyaksikan lingko, yaitu sistem pembagian tanah khas suku Manggarai yang ditarik dari satu titik sentra sehingga membentuk contoh tanah pertanian ibarat sarang laba-laba.
Lingko, tanah adat yang dibagi secara adil dari satu sentra lingko. Garisnya yang memanjang terlihat ibarat jaring laba-laba |
Ruteng yaitu starting point untuk wisata anda ke kampung tradisional Wae Rebo dan situs insan purba homo floresiensis - Liang Bua.
Kampung Wae Rebo
Kampung Wae Rebo dengan rumah adatnya yang sekarang masuk dalam agenda turis lokal dan manca negara |
Wae Rebo yaitu sebuah kampung kecil yang terletak di pegunungan berhutan lebat. Berada di ketinggiang 1200 meter dpl dan dikelilingi hutan lebat, kampung Wae Rebo memperlihatkan romantisme masa kemudian bagi orang-orang zaman ini yang hidupnya dikuasai oleh gaya hidup massal, instan dan artifisial.
Dengan memakai kendaraan, kampung ini sanggup dijangkau dalam waktu 3-4 jam dari Ruteng ke arah selatan. Kampung Wae Rebo sangat recomended untuk dikunjungi lantaran di kampung tradisional ini masih bangun dengan kokoh tujuh rumah tradisional Mbaru Niang. Rumah ini berhasil meraih Award of Excellence yang diprakarsai oleh Unesco dalam kaitannya dengan upaya pelestarian warisan budaya. Dalam award itu, Mbaru Niang berhasil mengalahkan 42 kandidat lainnya dari 11 negara dan sampaumur uni semakin dikenal oleh turis manca negara.
Dalam perjalanan dari Ruteng ke Wae Rebo atau sebaliknya, jangan lewatkan objek wisata lainnya, yaitu Ulu Mumbu, sumber geothermal yang dikala ini sudah dikembangkan menjadi sumber tenaga listrik. Menurut penelitian geothermal Ulu Mumbu bisa mencukupi kebutuhan listrik untuk NTT dan NTB.
Situs Liang Bua
Lia Bua - daerah ditemukannya Homo Floresiensis |
Situs ini terletak di desa Rampasasa, Ruteng. Liang Bua atau gua hirau taacuh yaitu sebuah gua alami dengan oanjang 50 meter, lebar 40 meter dan tinggi 25 meter. Karena ukurannya yang besar, gua ini pernah dipakai sebagai daerah ibadat dan sekolah.
Liang Bua bisa dicapai dari Ruteng menuju Kuwus, sentra persekolahan Santo Klaus kemudian terus menurun ke arah utara. Liang Bua layak dikunjungi lantaran pada kedalaman 6 meter ditemukan kerangkan insan purba atau hominin.
Hominin yang kerangkanya ditemukan di Liang Bua yaitu hominin cebol dan disebut hobit. Setelah
direkonsturksi, hobit itu tingginya hanya 60 cm dan beratnya hanya 25 kg. Ukuran kerangka otaknya hanya 430 cc ( bandingkan dengan insan normal yang mempunyai volume otak 1.400 cc). Penemuan itu menggemparkan komunitas arkeolog dunia lantaran menampilkan jenis insan purba yang lain dari yang sudah dikenal dikala ini serta menyampaikan perspektif gres bagi dunia arkeologi secara umum.
direkonsturksi, hobit itu tingginya hanya 60 cm dan beratnya hanya 25 kg. Ukuran kerangka otaknya hanya 430 cc ( bandingkan dengan insan normal yang mempunyai volume otak 1.400 cc). Penemuan itu menggemparkan komunitas arkeolog dunia lantaran menampilkan jenis insan purba yang lain dari yang sudah dikenal dikala ini serta menyampaikan perspektif gres bagi dunia arkeologi secara umum.
Karena huruf unik tersebut, insan purba itu diberi nama baru, Homo Floresiensis sesuai dengan asalnya, yaitu dari Flores.
Liang Bua sangat layak untuk dkunjungi. Selain sebagai daerah ditemukannya insan purba, Liang Bua juga memperlihatkan objek wisata lainnya, yaitu penjelajahan gua alam dan tidak jauh dari situ ada Air Terjun Bertingkat Tiga yang sangat menawan. Makara tidak ada ruginya, anda mengunjungi Liang Bua.
Ruteng - negeri 1000 gereja. Kotanya dingin, bersih, asri dan sangat welcome bagi siapapun juga |
Dari Ruteng, anda sanggup meneruskan perjalanan ke arah timur menuju Bajawa. Anda akan melintasi hutan hujan tropis pada formasi pegunungan Ranaka. Dalam hutan, tidak jauh dari jalan trans-Flores sebelah kiri terdapat satu objek wisata yang cukup menarik, Danau Ranamese. Dikelilingi hutan yang lebat dan air yang biru menghijau, Ranamese memberik kesan mistis yang besar lengan berkuasa bagi para pengunjungnya.
Selanjutnya, dengan minyinggahi Borong, ibokota kabupaten Manggarai Timur kemudian menuju Kisol, sentra perekolahan Seminari, sebuah forum pendidikan yang khusus mempersiapkan bawah umur Flores menjadi Pastor atau imam dalam Gereja Katolik. Setelah menysuri pantai Wae Lengga dan Aimere, anada akan melewati jalan menanjak dan berkelok-kelok menuju Bajawa. Dalam perjalanan itu, di arah jam 14.00 Gunung Inerie (sebuah gunung berapu yang ssudah mati) menyajikan pemandangan alam yang spektakuler bagi anda.
Bajawa, ibuk kota Kabupaten Ngada. Kotanya hirau taacuh tetapi penduduknya hangat |
dan merupakan starting point untuk objek wisata kampung tradisional, Bena di sebelah selatan dan pemandian air panas alami So'a dan taman bahari Riung di kepingan utara kabupaten Ngada.
Kampung Bena dan Wae Bana So'a
Bena, kampung tradisional suku Ngada. Konon usianya 1200 tahun |
secara baik. Kampung ini berjalak kurang lebih 25 km ke arah selatan Bajawa. Berada dikampung itu, seperti anda dibawa oleh mesin waktu ke beberapa ratus tahun yang lalu. Menurut tradisi mulut rakyat setempat, kampung Bena sudah dihuni semenjak 1.200 tahun yang lalu.
Sumber air panas alam di So'a. Airnya sangat jernih dan bisa menyembuhkan banyak sekali macam penyakit kulit |
Setelah itu anda bisa kembali lagi ke Bajawa kemudian melanjtukan perjalan ke So'a, arah timur bahari dari Bajawa untuk berendam di bak air panas alami. Walaupun fasilitasnya masih sangat minim, Wae Bana So'a cukup manarik untuk dikunjungi lantaran airnya jernih dan tidak mengandung wangi sulfur sama sekali. Berendam di bak itu mempunyai sensasi tersendiri sehingga anda bisa lupa waktu.
Taman Laut 17 Pulau - Riung
Taman Laut Riung. Ekosistemnya beragam. Anda tak perlu snorkel untuk melihat pesona bawah lautnya. |
Riung populer dengan Taman Laut 17 Pulau-nya. Menariknya, untuk menikmati keindahan bawah bahari yang belum terkena polusi, anda tidak perlu diving atau snorkelling. Dari atas perahu, anda sanggup menikmati keindahan bawah lautnya. Konon, dalam ukuran tertentu, objek wisata ini jauh lebih unggul dari Bunaken di Sulawesi Utara yang sudah populer itu. Pada sore hari anda sanggup menyaksikan ribuan kelelawar yang meninggalkan perdauannya untuk memulai aktivitasnya.
Museum Bung Karno Ende
Rumah Bung Karno semasa pembuangan. Konon di rumah ini, ideologi Pancasila menerima bentukmya |
Di Ende, anda sanggup mengunjungi Museum Bung Karno. Museum ini aslinya yaitu rumah daerah tinggal Bung Karno ketika diasingkan Belanda ke Flores. Flores mempunyai tugas besar dalam perjalanan hidup proklamator kita yang satu ini. Berkat interaksi dan pertemanan yang ikhlas dengan pastor-pastor Belanda dan tokoh-tokoh Nasrani setempat, Bung Karno merefleksikan nilai-nilai dasar yang bersifat universal yang nantinya dijadikan dasar negara kita, yaitu Pancasila.
Jadi, untuk semakin meningkatkan nasionalisme dalam diri anda, tidak ada salahnya angda mengunjungi Museum Bung Karno yang kebetulan juga berada di tengah kota.
Detu Soko
Anda meninggalkan Ende ke arah timur menuju Moni, starting point menuju Kelimutu. Dalam perjalanan itu, anda akan berkendara melewati pinggir-pinggir gunung yang curam. Karena kedalamannya, orang-orang Flores menyampaikan bahwa bila diadu, lagu Indonesia raya sudah final di tengah curaman itu, sebelum kendaraan beroda empat yang terguling belum hingga di dasar lembah.
Tetapi anda tidak perlu takut, lantaran sangat jarang terjadi kecelakaan di daerah itu. Sopir Flores tidak terbiasa melarikan kendaraan mereka secara ugal-ugalan.
Bagi Anda yang beragama Katolik, sangat direkomendasikan untuk berziarah ke Goa Maria di Detu Soko yang berada di tengah perjalanan menuju Moni. Terbuat dari koral-koral yang indah dan kesaksian-kesaksian umat beriman, Goa Maria ini akan meningkatkan kadar keimanan Anda. Tahun 1980-an ketika masih ada ABRI Masuk Desa - AMD, ada seorang tentara yang iseng melemparkan patung Bunda Maria dengan buah jambu sisa ia makan. Tentara itu dibentuk bisu selama tiga hari sebelum tiba meminta maaf di depan Goa.
Berada di punggung gunung serta udara yang masih bebas dari polusi, dari Goa Maria itu anda sanggup menikmati pemandangan alam yang sangat indah. Selanjutnya anda sanggup menuju Moni.
Itulah beberapa objek wisata Flores yang sanggup anda kunjungi. Pada postingan selanjutnya kami akan memaparkan objek wisata lainnya yang ada di Lio, Sikka, Larantuka, Lembata dan Alor. Sampai jumpa.
Sumber https://pariwisata-tourisme-flores.blogspot.com
Tidak ada komentar