Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Orang Manggarai: Asal-Usulnya - Bab Pertama



Pendahuluan


Orang-orang Flores bukan merupakan satu suku dengan latar belakang yang sama. Demi mudahnya, ketika merantau mereka memperkenalkan diri sebagai orang Flores sebab memang mereka berasal dari Flores. 
Sebetulnya pulau Flores didiami oleh beberapa suku, di antaranya Manggarai, Ngadha, Nage Keo, Ende-Lio, Sika, Larantuka dan Lamaholot. Bila ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, orang Flores terdiri dari beberapa etnis, yaitu: etnis Manggarai - Riung (yang mencakup kelompok bahasa Manggarai,
Wanita Lamaholot dan Manggarai, dua etnis di Flores
Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen), etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio), etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang), etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah) dan etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata penggalan selatan). 
Kami akan mendeskripsikan suku-suku “asli” yang mendiami Flores itu satu-satu persatu. Mudah-mudahan sanggup membantu pembaca yang terhormat untuk memahami budaya Flores secara lebih mendalam. Kami akan memulai dari Flores penggalan barat. 



MANGGARAI – SUKU TERBESAR FLORES

Pulau Flores penggalan barat didiami orang Manggarai. Paling tidak ada dua versi terkait penamaan suku terbesar di Flores ini.

Versi pertama menyampaikan bahwa Manggarai merupakan adonan dua kata bahasa Gowa - Sulawesi Selatan, yaitu manggar, artinya sauh atau jangkar dan rai, artinya putus. Makara berdasarkan versi ini, Manggarai artinya jangkar putus. 

Penamaan ini terkait dengan kisah inovasi atau interaksi suku ini dengan orang luar. Menurut ceritera rakyat Manggarai, orang-orang Gowa berlayar ke arah selatan dan balasannya menemukan sebuah pulau yang berhutan sangat lebat dan sangat subur. Mereka berencana mendarat di tempat itu. Namun sebab hujan topan yang sangat besar, jangkar mereka putus sehingga dengan segenap kekuatan berusaha menyelamatkan diri kembali ke bahari lepas dan kembali ke temapt asal mereka - Gowa.

Kedatangan mereka disambut dengan sukacita mendalam oleh anggota keluarga. Para pelaut itu menyampaikan bahwa mereka menemukan sebuah pulau yang subur dan berhutan sangat lebat. Mereka berusaha mendarat, tetapi sebab topan besar jangkar bahtera putus dan mereka tak berhasil mendarat. 

Demi mudahnya, tempat itu mereka namakan Manggar-Rai. Kelak, tempat itu didatangi kembali dan Manggarai selanjutnya digunakan untuk menunjuk tempat itu. 



Orang Todo, pakaian adatnya berbeda dengan Manggarai lainnya
Versi kedua menyampaikan bahwa Manggarai merupakan adonan kata Manggar dan  Rai. Versi ini menyampaikan bahwa kata manggar diambil dari nama batu yang dibawa oleh Empo Masur seorang keturunan raja ( Raja Luwu ) dan merupakan cikal bakal orang Todo-Pongkor dari Sumatera Barat yang artinya watu jangkar yang biasanya digunakan untuk menahan Wangka (Perahu) ketika berlabuh. Sedangkan kata watu rai berarti batu asah yang digunakan untuk mengasah parang, tombak dan benda-benda tajam lainnya. Kedua kerikil ini merupakan dasar santunan nama Manggarai. 

Ada banyak versi yang berkembang di Manggarai wacana asal-usul mereka. Ada yang menyampaikan bahwa mereka yaitu keturunan Sumba, Bima, Bugis Luwu, Melayu Malaka atau Minangkabau. 
Orang Cibal - lihat songketnya berbeda dengan Orang Todo
Versi yang menyampaikan orang Manggarai berasal Minangkabau berkembang di wilayah Todo-Pongkor. Para tetua Todo-Pongkor menyampaikan bahwa leluhur mereka berjulukan Masur, salah seorang keturunan Raja Luwu. Kemungkinan Masur yaitu seseorang yang diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan kesultanan Goa memasuki tempat Flores barat tahun 1666. Pasukan Goa ini memasuki wilayah barat Flores dari Warloka di Pulau Komodo kemudian memasuki  pantai selatan Flores, tepatnya dari tempat Iteng – Satarmese sekarang. Dari situ mereka bergerak ke arah pedalaman dan hingga ke tempat Todo-Pongkor. Todo-Pongkor lantas dijadikan sentra kekuasaan baru. Pada mulanya kesultanan Goa itu ( di bawah perwakilan Masur ) hanya menguasai Flores Barat penggalan selatan tetapi tidak usang berselang mereka menguasai hampir seluruh tempat yang ketika ini disebut Manggarai Raya itu. 
Topi Manggarai - menyerupai kopiah: salah satu imbas Goa - Makasar
Pengaruh kesultanan Goa atas wilayah ini sangat besar. Selain harus menyetorkan upeti atau pajak ke kesultanan Goa yang diambil dari penduduk asli, Masur juga  menikahi  perempuan penduduk asli.  Itulah mengapa orang Todo-Pongkor ketika ini menyampaikan bahwa mereka berasal dari Minangkabau. 
Bila dilihat dari sisi historis, akreditasi itu tidak seluruhya benar dan juga tidak seluruhnya salah. Paling tidak ada dua alasan. 

Pertama, ada perbedaan sistem kekerabatan antara suku Manggarai dengan suku Minang. Orang Manggarai menganut sistem kekerabatan patrilineal semantara orang Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Bagaimana mungkin orang Minang membalikkan sistem kekerabatan ini secara radikal? Kedua, yaitu apa yang dikatakan antropolog Maribert Erb. Ia menyampaikan  asal-usul orang Manggarai bukan dari Minangkabau. Karena belum ada bukti sejarah bisa memastikan bahwa orang Minangkabau pernah tiba dan menetap di tempat Flores barat tersebut. Berdasarkan penelusurannya, orang Minangkabau biasanya mendatangi suatu tempat dan menetap  daerah itu karena mendapat laba ekonomis. Pertanyaannya, untuk apa mereka tiba ke Manggarai yang ketika itu belum menandakan laba hemat bagi mereka?

Karena kedua alasan itu, mungkin lebih sempurna dikatakan bahwa orang Manggarai, terutama Todo-Pongkor, merupakan hasil perkawinan antara penduduk orisinil dengan pendatang dari Minangkabau yang memasuki Flores Barat lewat penetrasi kekuasaan kesultanan Goa dari Sulawesi Selatan. 
Secara geografis, Flores Barat ( Manggarai ) sangat 
dekat dengan P. Sumba
Hipotesa ini membawa kita pada versi yang lain. Versi ini menyampaikan bahwa orang Manggarai berasal dari Sumba. Nenek moyang orang Manggarai meninggalkan Sumba dengan bahtera dan berlayar ke arah utara dan menemukan sebuah daratan yang berhutan lebat dan subur. Mereka mendarat di dataran rendah yang luas dan subur.  Mereka tinggal di tempat itu, kemudian sebagian dari antara mereka berpindah secara nomaden memasuki pedalaman, menuju ke arah timur laut. Pada suatu mereka tiba di tempat yang ketika ini berjulukan Mano. Dari itu sebagian lagi bergerak ke arah barat dan balasannya tiba di tempat yang kini berjulukan Ruteng. 


Pinisi, kapal orang Goa mengarungi lautan hingga ke mana saja
Versi lain lagi menyampaikan bahwa nenek moyang orang Manggarai, terutama orang Cibal berasal dari Makasar. Versi ini menyampaikan bahwa orang-orang Makasar di utara Floress Barat dan bergerak menuju pedalaman dan tiba di tempat Cibal kemudian mendirikan kerajaan di tempat itu. Mereka inilah yang merupakan nenek moyang orang Cibal. Pendukung versi ini melihat kesamaan kata-kata bahasa Manggarai dengan bahasa Makasar serta bentuk rumah panggung ( mbaru ngaung ) selain kain sarung berupa songke (lipa songke, towe songke) sebagai alasan.

Namun ada catatan yang harus dikemamukakan di sini. Adanya kesamaan kata-kata itu tidak berkorelasi eksklusif dengan kesamaan suku. Karena ada juga kata-kata yang sama yang ditemukan di suku lain, contohnya suku Ngada di sebelah timur Manggarai.

Bugis
Goa/Makasar
Manggarai
Ngada
Indonesia
manuk
-
manuk
manu
ayam
lipa
Lipa
lipa/towe
lipa
kain sarung
-
Nyarang
Jarang
jara
kuda
  
Jadi, pendukung versi manapun belum bisa mengungkapkan fakta-fakta yang meyakinkan terkait asal-usul nenek moyang orang Manggarai.

Ada juga versi yang menyampaikan bahwa nenek moyang orang Manggarai berasal dari Melayu-Malaka. Hingga kini belum ada fakta yang mendukung pandangan ini. Bagi saya, mungkin versi inilah yang paling mendekati kebenaran. Saya  mengatakan hal ini berdasarkan Teori Penyebaran Manusia Modern menyerupai yang bisa pembaca lihat dalam Teori Out of Afirica dalam goresan pena ini.

Katakanlah jikalau semua versi yang beredar itu memang  benar, itu semakin menawarkan bahwa bekerjsama tidak ada satu suku Manggarai yang murni. Yang ada yaitu kelompok-kelompok pendatang yang menempati wilayah tertentu yang dalam waktu relatif panjang menyebarkan adat-istiadat dan sentra kekuasaan sendiri-sendiri serta  saling berinteraksi dalam waktu yang relatif usang sehingga menghasilkan realitas orang-orang Manggarai menyerupai yang dikenal cukup umur ini.

Dalam beberapa wawacara yang dilakukan antropolog Maribert Erb dengan beberapa tetua  Manggarai wacana asal-usul mereka sering didapati jawaban berupa dongeng atau bahasa kiasan. Satu diantaranya yaitu dongeng bahwa orang Manggarai berasal dari bambu. Menurut Maribert Erb, jawaban ini hanya mengungkapkan bahwa mereka sudah usang menetap di tempat tersebut sehingga mereka pun tidak tahu dari mana mereka berasal. Selanjutnya ia menyampaikan bahwa keaslian orang Manggarai yaitu suatu mitos. Semakin kita bertanya wacana keaslian maka kita tidak akan pernah menenukan jawabannya. Suatu keaslian selalu disertakan dengan pertanyaan wacana keasilannya. 

Peta migrasi insan modern berdasarkan teori Out of Africa
Asal-usul orang Manggarai mungkin akan lebih terperinci bila kita memakai parameter Teori Out of Africa. Teori Out of Africa ini menyampaikan bahwa seluruh ras insan modern berasal dari Africa.
Dalam dunia akademis, teori ini lebih diterima dari pada Teori Multiregional (Kontinuitas Regional). Sebuah teori lain yang  mengatakan bahwa ras-ras insan modern cukup umur ini merupakan hasil evolusi insan purba yang terjadi secara  independen atau sendiri-sendiri di banyak wilayah di bumi ini. Teori ini tidak tahan uji sebab tidak bisa menjawab dilema adanya missinglink antara insan purba dengan insan modern. 

Teori Out of Africa mendasarkan diri atas penelusuran genetik populasi insan dengan memakai biologi molekuler. Dipastikan  bahwa seluruh ras insan merupakan hasil evolusi insan modern benua Afrika (Homo sapiens) dan tidak mendapat turunan genetic  dari hominid-hominid pendahulunya menyerupai hominid Eropa (Neanderthal) maupun hominid Asia baik yang fosilnya ditemukan di Peking maupun di Jawa.

Dr. Alice Robert - salah satu pendukung Teori Out of Africa
Dalam bukunya, The Incredible Human Journey,  Dr. Alice Roberts menelusuri sejarah migrasi insan berdasarkan penemuan-penemuan tulang belulang homo sapiens dan merangkainya dalam teori perjalanan insan yang dimulai dari Afrika pada 150.000 tahun yang lalu. Dari penemuan-penemuan itu, Roberts dan para hebat lainnya membangun teori bahwa seluruh insan apapun rasnya berasal dari Afrika dan menyebar keseluruh penjuru dunia. Teori itu dibangun lewat jejak DNA dari banyak sekali ras insan di dunia dan metode menghubungkan iklim dunia pada ketika itu dengan proses migrasi  manusia. 
Dr Roberts memperkirakan bahwa ini terjadi pada 70.000 tahun yang lalu, ketika iklim bumi berubah, dan gurun Sahara menghijau hanya beberapa ratus tahun lamanya. Kesempatan ini memungkinkan sekelompok insan melintasi Afrika dan menyeberang ke jazirah Arab sebelah selatan.Dari sana kelompok itu memecahkan diri. Ada yang menuju ke timur dan ada yang menuju ke barat. 
Kelompok yang menuju ke timur, mencapai Anak Benua India melalui Timur Tengah dan mencapai Oseania melalui Indonesia . Diperkirakan 50 hingga 60 ribu tahun kemudian mereka telah hingga di Australia lebih dahulu sebelum menyebar di wilayah Asia lainnya. 
Paparan Sunda dan Sahul yang memungkinkan migrasi fauna & manusia
Pada Jaman Es, ketika permukaan air bahari lebih rendah, Indocina , Indonesia penggalan barat dan sebagian kecil Filipina menyatu membentuk Paparan Sunda yang dianggap sebagai cikal bakal negara-negara Asia ketika ini. Australia dan Pulau Papua ( New Guinea ) juga bergabung membentuk Paparan Sahul yang dipisahkan dari Paparan Sunda oleh Selat Sahul. Namun demikian beberapa kelompok insan berhasil menyeberanginya dan mencapai pulau-pulau di Oseania. 
 
Sementara itu beberapa kelompok insan juga meninggalkan Afrika menuju Eropa melalui penggalan utara Laut Merah, Asia Tengah dan Timur Jauh, tapi lebih banyak yang menuju timur ke arah Paparan Sunda sebab tertarik dengan iklim yang lebih dekat dan alam yang subur. 
Teori Out of Africa bisa membantu kita membangun sebuah hipotesa gres bahwa asal-usul Orang Manggarai
Garis Wallace & Weber,  pemisah sebaran fauna Indonesia
tidak bisa dipisahkan dari suku-suku lain di Flores. Mereka merupakan penggalan dari insan modern yang melaksanakan migrasi ke Oceania hingga Autralia menyerupai yang dikatakan Dr. Alice Robert di atas.
Hipotesa ini diperkuat oleh beberapa kemiripan fisik dan bahasa antar suku-suku di Flores menyerupai telah dikemukakan di atas, terkait adanya kesamaan suku kata antara Goa-Bugis, Manggarai dan Ngada.

Gadis-gadis Manggarai, unik sebab merupaka perpaduan antara Proto Melayu - Deutero Melayu
Selanjutnya berbedaan-perbedaan lainnya muncul sebab kenyataan historis lainnya. Tidak ada suku lain di Flores yang telah membangun interaksi yang intensif dengan orang-orang luar menyerupai orang Manggarai. Interaksi yang intensif antar orang-orang yang mendiami wilayah Manggarai dengan suku-suku yang tiba kemudian yang balasannya melahirkan versi-versi keaslian orang Manggarai menyerupai sudah diungkapkan sebelumnya.
Dalam konteks ini, Manggarai yaitu suku yang paling unik di seluruh Indonesia. Bisa jadi Manggarai yaitu semacam "garis Wallace" dan "garis weber"  dalam konteks penyebaran ras dan suku insan di Indonesia. 

Sumber: 
Dari banyak sekali sumber. 

Sumber https://pariwisata-tourisme-flores.blogspot.com

Tidak ada komentar