Pendahuluan
Sebetulnya pulau Flores didiami oleh beberapa suku, di antaranya Manggarai, Ngadha, Nage Keo, Ende-Lio, Sika, Larantuka dan Lamaholot. Bila ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, orang Flores terdiri dari beberapa etnis, yaitu: etnis Manggarai - Riung (yang mencakup kelompok bahasa Manggarai,
Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen), etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan Lio), etnis Mukang (meliputi bahasa Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang), etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot Timur, dan Lamaholot Tengah) dan etnis Kedang (yang digunakan di wilayah Pulau Lembata penggalan selatan).
Wanita Lamaholot dan Manggarai, dua etnis di Flores |
Kami akan mendeskripsikan suku-suku “asli” yang mendiami Flores itu satu-satu persatu. Mudah-mudahan sanggup membantu pembaca yang terhormat untuk memahami budaya Flores secara lebih mendalam. Kami akan memulai dari Flores penggalan barat.
MANGGARAI – SUKU TERBESAR FLORES
Pulau Flores penggalan barat didiami orang Manggarai. Paling tidak ada dua versi terkait penamaan suku terbesar di Flores ini.
Versi pertama menyampaikan bahwa Manggarai merupakan adonan dua kata bahasa Gowa - Sulawesi Selatan, yaitu manggar, artinya sauh atau jangkar dan rai, artinya putus. Makara berdasarkan versi ini, Manggarai artinya jangkar putus.
Penamaan ini terkait dengan kisah inovasi atau interaksi suku ini dengan orang luar. Menurut ceritera rakyat Manggarai, orang-orang Gowa berlayar ke arah selatan dan balasannya menemukan sebuah pulau yang berhutan sangat lebat dan sangat subur. Mereka berencana mendarat di tempat itu. Namun sebab hujan topan yang sangat besar, jangkar mereka putus sehingga dengan segenap kekuatan berusaha menyelamatkan diri kembali ke bahari lepas dan kembali ke temapt asal mereka - Gowa.
Kedatangan mereka disambut dengan sukacita mendalam oleh anggota keluarga. Para pelaut itu menyampaikan bahwa mereka menemukan sebuah pulau yang subur dan berhutan sangat lebat. Mereka berusaha mendarat, tetapi sebab topan besar jangkar bahtera putus dan mereka tak berhasil mendarat.
Demi mudahnya, tempat itu mereka namakan Manggar-Rai. Kelak, tempat itu didatangi kembali dan Manggarai selanjutnya digunakan untuk menunjuk tempat itu.
Pulau Flores penggalan barat didiami orang Manggarai. Paling tidak ada dua versi terkait penamaan suku terbesar di Flores ini.
Versi pertama menyampaikan bahwa Manggarai merupakan adonan dua kata bahasa Gowa - Sulawesi Selatan, yaitu manggar, artinya sauh atau jangkar dan rai, artinya putus. Makara berdasarkan versi ini, Manggarai artinya jangkar putus.
Penamaan ini terkait dengan kisah inovasi atau interaksi suku ini dengan orang luar. Menurut ceritera rakyat Manggarai, orang-orang Gowa berlayar ke arah selatan dan balasannya menemukan sebuah pulau yang berhutan sangat lebat dan sangat subur. Mereka berencana mendarat di tempat itu. Namun sebab hujan topan yang sangat besar, jangkar mereka putus sehingga dengan segenap kekuatan berusaha menyelamatkan diri kembali ke bahari lepas dan kembali ke temapt asal mereka - Gowa.
Kedatangan mereka disambut dengan sukacita mendalam oleh anggota keluarga. Para pelaut itu menyampaikan bahwa mereka menemukan sebuah pulau yang subur dan berhutan sangat lebat. Mereka berusaha mendarat, tetapi sebab topan besar jangkar bahtera putus dan mereka tak berhasil mendarat.
Demi mudahnya, tempat itu mereka namakan Manggar-Rai. Kelak, tempat itu didatangi kembali dan Manggarai selanjutnya digunakan untuk menunjuk tempat itu.
Orang Todo, pakaian adatnya berbeda dengan Manggarai lainnya |
Ada banyak versi yang berkembang di Manggarai wacana asal-usul mereka. Ada yang menyampaikan bahwa mereka yaitu keturunan Sumba, Bima, Bugis Luwu, Melayu Malaka atau Minangkabau.
Orang Cibal - lihat songketnya berbeda dengan Orang Todo |
Topi Manggarai - menyerupai kopiah: salah satu imbas Goa - Makasar |
Bila dilihat dari sisi historis, akreditasi itu tidak seluruhya benar dan juga tidak seluruhnya salah. Paling tidak ada dua alasan.
Pertama, ada perbedaan sistem kekerabatan antara suku Manggarai dengan suku Minang. Orang Manggarai menganut sistem kekerabatan patrilineal semantara orang Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Bagaimana mungkin orang Minang membalikkan sistem kekerabatan ini secara radikal? Kedua, yaitu apa yang dikatakan antropolog Maribert Erb. Ia menyampaikan asal-usul orang Manggarai bukan dari Minangkabau. Karena belum ada bukti sejarah bisa memastikan bahwa orang Minangkabau pernah tiba dan menetap di tempat Flores barat tersebut. Berdasarkan penelusurannya, orang Minangkabau biasanya mendatangi suatu tempat dan menetap daerah itu karena mendapat laba ekonomis. Pertanyaannya, untuk apa mereka tiba ke Manggarai yang ketika itu belum menandakan laba hemat bagi mereka?
Pertama, ada perbedaan sistem kekerabatan antara suku Manggarai dengan suku Minang. Orang Manggarai menganut sistem kekerabatan patrilineal semantara orang Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Bagaimana mungkin orang Minang membalikkan sistem kekerabatan ini secara radikal? Kedua, yaitu apa yang dikatakan antropolog Maribert Erb. Ia menyampaikan asal-usul orang Manggarai bukan dari Minangkabau. Karena belum ada bukti sejarah bisa memastikan bahwa orang Minangkabau pernah tiba dan menetap di tempat Flores barat tersebut. Berdasarkan penelusurannya, orang Minangkabau biasanya mendatangi suatu tempat dan menetap daerah itu karena mendapat laba ekonomis. Pertanyaannya, untuk apa mereka tiba ke Manggarai yang ketika itu belum menandakan laba hemat bagi mereka?
Karena kedua alasan itu, mungkin lebih sempurna dikatakan bahwa orang Manggarai, terutama Todo-Pongkor, merupakan hasil perkawinan antara penduduk orisinil dengan pendatang dari Minangkabau yang memasuki Flores Barat lewat penetrasi kekuasaan kesultanan Goa dari Sulawesi Selatan.
Secara geografis, Flores Barat ( Manggarai ) sangat dekat dengan P. Sumba |
Pinisi, kapal orang Goa mengarungi lautan hingga ke mana saja |
Namun ada catatan yang harus dikemamukakan di sini. Adanya kesamaan kata-kata itu tidak berkorelasi eksklusif dengan kesamaan suku. Karena ada juga kata-kata yang sama yang ditemukan di suku lain, contohnya suku Ngada di sebelah timur Manggarai.
Bugis | Goa/Makasar | Manggarai | Ngada | Indonesia |
manuk | - | manuk | manu | ayam |
lipa | Lipa | lipa/towe | lipa | kain sarung |
- | Nyarang | Jarang | jara | kuda |
Jadi, pendukung versi manapun belum bisa mengungkapkan fakta-fakta yang meyakinkan terkait asal-usul nenek moyang orang Manggarai.
Ada juga versi yang menyampaikan bahwa nenek moyang orang Manggarai berasal dari Melayu-Malaka. Hingga kini belum ada fakta yang mendukung pandangan ini. Bagi saya, mungkin versi inilah yang paling mendekati kebenaran. Saya mengatakan hal ini berdasarkan Teori Penyebaran Manusia Modern menyerupai yang bisa pembaca lihat dalam Teori Out of Afirica dalam goresan pena ini.
Katakanlah jikalau semua versi yang beredar itu memang benar, itu semakin menawarkan bahwa bekerjsama tidak ada satu suku Manggarai yang murni. Yang ada yaitu kelompok-kelompok pendatang yang menempati wilayah tertentu yang dalam waktu relatif panjang menyebarkan adat-istiadat dan sentra kekuasaan sendiri-sendiri serta saling berinteraksi dalam waktu yang relatif usang sehingga menghasilkan realitas orang-orang Manggarai menyerupai yang dikenal cukup umur ini.
Dalam beberapa wawacara yang dilakukan antropolog Maribert Erb dengan beberapa tetua Manggarai wacana asal-usul mereka sering didapati jawaban berupa dongeng atau bahasa kiasan. Satu diantaranya yaitu dongeng bahwa orang Manggarai berasal dari bambu. Menurut Maribert Erb, jawaban ini hanya mengungkapkan bahwa mereka sudah usang menetap di tempat tersebut sehingga mereka pun tidak tahu dari mana mereka berasal. Selanjutnya ia menyampaikan bahwa keaslian orang Manggarai yaitu suatu mitos. Semakin kita bertanya wacana keaslian maka kita tidak akan pernah menenukan jawabannya. Suatu keaslian selalu disertakan dengan pertanyaan wacana keasilannya.
Peta migrasi insan modern berdasarkan teori Out of Africa |
Dalam dunia akademis, teori ini lebih diterima dari pada Teori Multiregional (Kontinuitas Regional). Sebuah teori lain yang mengatakan bahwa ras-ras insan modern cukup umur ini merupakan hasil evolusi insan purba yang terjadi secara independen atau sendiri-sendiri di banyak wilayah di bumi ini. Teori ini tidak tahan uji sebab tidak bisa menjawab dilema adanya missinglink antara insan purba dengan insan modern.
Teori Out of Africa mendasarkan diri atas penelusuran genetik populasi insan dengan memakai biologi molekuler. Dipastikan bahwa seluruh ras insan merupakan hasil evolusi insan modern benua Afrika (Homo sapiens) dan tidak mendapat turunan genetic dari hominid-hominid pendahulunya menyerupai hominid Eropa (Neanderthal) maupun hominid Asia baik yang fosilnya ditemukan di Peking maupun di Jawa.
Dr. Alice Robert - salah satu pendukung Teori Out of Africa |
Dalam bukunya, The Incredible Human Journey, Dr. Alice Roberts menelusuri sejarah migrasi insan berdasarkan penemuan-penemuan tulang belulang homo sapiens dan merangkainya dalam teori perjalanan insan yang dimulai dari Afrika pada 150.000 tahun yang lalu. Dari penemuan-penemuan itu, Roberts dan para hebat lainnya membangun teori bahwa seluruh insan apapun rasnya berasal dari Afrika dan menyebar keseluruh penjuru dunia. Teori itu dibangun lewat jejak DNA dari banyak sekali ras insan di dunia dan metode menghubungkan iklim dunia pada ketika itu dengan proses migrasi manusia.
Dr Roberts memperkirakan bahwa ini terjadi pada 70.000 tahun yang lalu, ketika iklim bumi berubah, dan gurun Sahara menghijau hanya beberapa ratus tahun lamanya. Kesempatan ini memungkinkan sekelompok insan melintasi Afrika dan menyeberang ke jazirah Arab sebelah selatan.Dari sana kelompok itu memecahkan diri. Ada yang menuju ke timur dan ada yang menuju ke barat.
Kelompok yang menuju ke timur, mencapai Anak Benua India melalui Timur Tengah dan mencapai Oseania melalui Indonesia . Diperkirakan 50 hingga 60 ribu tahun kemudian mereka telah hingga di Australia lebih dahulu sebelum menyebar di wilayah Asia lainnya.
Paparan Sunda dan Sahul yang memungkinkan migrasi fauna & manusia |
Sementara itu beberapa kelompok insan juga meninggalkan Afrika menuju Eropa melalui penggalan utara Laut Merah, Asia Tengah dan Timur Jauh, tapi lebih banyak yang menuju timur ke arah Paparan Sunda sebab tertarik dengan iklim yang lebih dekat dan alam yang subur.
Teori Out of Africa bisa membantu kita membangun sebuah hipotesa gres bahwa asal-usul Orang Manggarai
tidak bisa dipisahkan dari suku-suku lain di Flores. Mereka merupakan penggalan dari insan modern yang melaksanakan migrasi ke Oceania hingga Autralia menyerupai yang dikatakan Dr. Alice Robert di atas.
Garis Wallace & Weber, pemisah sebaran fauna Indonesia |
Hipotesa ini diperkuat oleh beberapa kemiripan fisik dan bahasa antar suku-suku di Flores menyerupai telah dikemukakan di atas, terkait adanya kesamaan suku kata antara Goa-Bugis, Manggarai dan Ngada.
Gadis-gadis Manggarai, unik sebab merupaka perpaduan antara Proto Melayu - Deutero Melayu |
Dalam konteks ini, Manggarai yaitu suku yang paling unik di seluruh Indonesia. Bisa jadi Manggarai yaitu semacam "garis Wallace" dan "garis weber" dalam konteks penyebaran ras dan suku insan di Indonesia.
Sumber:
Dari banyak sekali sumber.
Sumber https://pariwisata-tourisme-flores.blogspot.com
Sumber:
Dari banyak sekali sumber.
Tidak ada komentar