Ads

Ads
Menu
Travel Agent Penyedia Info Wisata

Pulau Wangi-Wangi : Gerbang Utama Menuju Keindahan Bahari Wakatobi



Pulau Wangi-wangi atau masyarakat sekitar menyebutnya dengan Pulau Wanci yaitu sebuah pulau di Sulawesi Tenggara yang populer dengan keindahan lautnya. Pulau Wangi-wangi merupakan merupakan wilayah Kabupaten Wakatobi dan sekaligus menjadi sentra manajemen di Kabupaten Wakatobi. Nama Wakatobi sendiri merupakan kepanjangan dari empat pulau utama yaitu Wa dari Wangi-wangi, Ka dari Kaledupa, To dari Tomia dan Bi dari Binongko. Pulau Wangi-wangi merupakan pintu gerbang menuju Taman Laut Wakatobi yang menyimpan keindahan dunia bawah laut yang mempesona, kaya dan megah.  

Untuk menuju Pulau Wangi-wangi, Anda sanggup menentukan penerbangan dari Jakarta menuju Kendari atau menuju Bau-bau. Dari Kendari, perjalanan dilanjutkan dengan memakai kapal ferry kayu dari Pelabuhan Kendari ke Pulau Wangi-wangi. Kapal berangkat 4 kali dalam seminggu, yaitu senin, selasa, kamis, dan sabtu jam 09.00 WITA (Tahun 2014) dengan waktu tempuh sekitar 10 jam. Begitu juga sebaliknya. Jika melalui Bau-bau di Pulau Buton, kapal ferry kayu berangkat setiap hari di malam hari jam 21.00 WITA (Tahun 2014) dengan waktu tempuh sekitar 9 jam. Apabila Anda ingin menghemat waktu dan mempunyai biaya yang cukup besar, perjalanan ke Pulau Wangi-wangi sanggup memakai Pesawat Terbang dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar menuju Bandara Matahora, Wangi-wangi dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Namun, harus diubahsuaikan aktivitas penerbangannya. Karena tidak setiap hari ada penerbangan ke Wangi-wangi dan setahu saya hanya Wings Air yang menyediakan penerbangan ke Wangi-wangi.

Saya dan kedua sahabat saya (Septi dan Icha), berkesempatan untuk mengunjungi WAKATOBI. Kami bertiga berangkat dari Jakarta menuju Pulau Wangi wangi melalui Kendari, Ibu Kota Sulawesi Tenggara. Kami menginap semalam di Kota Kendari. Keesokan harinya, kami bergegas menuju Pelabuhan Kendari memakai angkot dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit. Kapal Ferry yang membawa kami dan penumpang lainnya ke Wangi-wangi berangkat jam 09.00 WITA. Seperti biasa, terjadi keterlambatan keberangkatan alias Delay. Harga tiket kapal ketika itu Rp 160.000,-. Tidak ada kelas-kelas nya di dalam kapal tersebut. Yang ada hanyalah penyewaan kamar dengan menambah biaya dihitung perjiwa sebesar Rp 80.000,-. Akhirnya kami menentukan tempat yang telah disediakan, yaitu sesuai nomor di dalam tiket. Di dalam kapal ini, mempunyai ranjang Dormitory, tersusun rapi dengan kasur tipis pas dengan ukuran tubuh kita (seperti kasur kalau kita pergi ke Dokter). Terlentang, tengkurep, menoleh ke kiri teman-teman saya, menoleh ke kanan orang lain. Hahahaha…seru juga…Ada fasilitas karokenya juga loh..dengan TV layar datar, Micropone, DVD, tentunya artis-artis pendukung warga orisinil Wangi-wangi. Apalagi kalau bukan lagu Dangdut yang dinyanyikan. Yeaaah..Dangdut is the music of my country. Hehehe…lumayanlah ada hiburan untuk menghilangkan kejenuhan di kapal yang berlayar selama 10 jam. KHANMAEN – Jargon-nya si Icha..hahaha…Bosan?? tentu…dari ngobrol-ngobrol, tidur, bangun, minum, makan siang gratis yang lauknya sedikit tp nasinya banyak, ke toilet, tidur lagi, kebangun tetap belum sampai-sampai juga. Hahaha…makin seru..stag di kasur tipis ukuran sesuai badan. Selalu ingat, Nikmatilah setiap perjalanan Anda, kemanapun tujuan Anda, sesulit apapun perjalanan Anda, Nikmatilah!!! Disarankan membawa cemilan dan permainan, misalkan kartu, atau monopoli untuk menghilangkan rasa jenuh. Kapal sempat berlabuh di Dermaga Enreke untuk menurunkan penumpang. Dermaga yang tidak terlalu besar dan saya pun menyempatkan foto-foto dari kapal.
Neng Septi - Akhirnya hingga juga di Kendari
Pagi hari di Teluk Kendari
Sudah tidak sabar melihat keindahan laut Wakatobi, hingga nyangkut itu tas
Ini Kapal-nya, menuju Wanci
Bergaya di Dormitory kapal menuju Pulau Wanci
Dormitory
Sunset ketika perjalanan menuju Pulau Wangi-wangi
Akhirnya, sampailah kami di Pelabuhan Wanci, Wangi-wangi. Perjalanan laut yang luar biasa selama 10 jam membawa kami datang di Pulau Wangi-wangi sempurna jam 20.00 WITA. Kami pun dijemput oleh Mas Wadi (kalau tidak salah hehehe...) yang akan menjadi Guide selama di Wakatobi. Saya amati, pulau ini memang besar. Sudah banyak fasilitas dan fasilitas yang memadai di Pulau ini. Terdapat Bank, Rumah Sakit, Bandar Udara, Sekolah, Hotel, penginapan bahkan resort sudah tersedia di Pulau ini. Pantas saja pulau ini menjadi sentra manajemen Kabupaten Wakatobi. Setelah melihat-lihat suasana malam di pulau ini, Kami eksklusif diantar untuk makan malam. Harapan kami yaitu hidangan makan malam dengan kuliner khas dari Pulau ini. Ternyata, kami dibawa ke sebuah warung tenda dan makan pecel ayam khas jawa timur. Hahaha…memang banyak warung-warung tenda yang menjual kuliner dari tempat lain. Sepertinya transmigran. Mungkin, alasannya yaitu sudah malam, jadi restoran yang menjual kuliner khas pulau ini sudah tutup. Setelah makan malam, kami pun diantar ke penginapan dan beristirahat.

Pastinya semua wisatawan yang berkunjung ke Wakatobi untuk menyaksikan kekayaan bawah laut yang berlimpah dan eksotis dengan air laut yang jernih, terumbu karang yang mempesona, dan tentunya aneka binatang laut elok yang memang menjadi magnet besar lengan berkuasa Wakatobi. Tidak hanya bawah laut nya yang mempesona, Daratan Pulau ini juga kaya akan keindahan alam dan budayanya. Namun, belum banyak yang tahu (kurang informasi) kalau di Pulau Wangi-wangi juga terdapat objek wisata yang keren dan patut kau kunjungi, diantaranya Wisata Gua Alam, Pantai-pantai, Puncak Toliamba, Kehidupan Kampung Bajo dan Pasar Malam Tradisional. Tempat pertama yang kami kunjungi yaitu Puncak Toliamba Wakatobi. Puncak Toliamba merupakan salah satu objek wisata dataran tinggi. Dari atas puncak ini, kau sanggup menikmati pemandangan alam dan areal perkebunan penduduk yang ditanami beberapa tanaman. Di samping itu juga kau sanggup menikmati panorama laut dan sunset dari puncak ini. Puncak Toliamba terletak di Desa Waginopo Kecamatan Wangi-wangi. Jarak yang ditempuh untuk hingga ke tempat ini sekitar 1  1.5 jam dari sentra kota.
Puncak Toliamba
Perkampungan Suku Bajo di Pulau Wangi-wangi
Terdapat beberapa Gua air tawar di Pulau Wangi-wangi (Wanci). Salah satunya Gua air tawar yang kami kunjungi, yaitu Gua Kontamale Wanci. Kontamale berasal dari kata Konta yang artinya Pegang dan Male yang berarti Luntur. Kaprikornus kata Guide maksudnya yaitu siapa yang ingin berbuat jahat di Gua ini, niatnya akan luntur. Gua Kontamlae terletak di tengah Kota Wangi-wangi, di tepi jalan dan bersahabat dengan rumah penduduk. Jika masuk ke dalam, terihat beberapa bab Gua yang asri dan rindang dinaungi oleh pohon-pohon yang besar sehingga menciptakan Gua ini menjadi teduh. Hal inilah yang menciptakan setiap pengunjung betah berlama-lama dan menikmati suasana di Gua ini. Gua Kontamale mempunyai air yang jernih dan bersih. Walau sudah semenjak usang dimanfaatkan warga sekitar untuk mandi dan mencuci, air di dalam Gua ini tetap jernih dan bening. Andai saja punya waktu usang berada di sini, ingin rasanya kami menceburkan tubuh dan mencicipi air di Gua ini. Pasti asyik dan menyegarkan.
Gua Kontamale Wanci, Pulau Wangi-wangi
Setelah asyik menikmati suasana di Gua Kontamale Wanci, kami diajak Guide Lokal mengunjungi Masjid Tertua di Pulau Wangi-wangi. Masjid Mubarok Liya, Masjid tertua di Wakatobi ini didirikan pada tahun 1546 tahun setelah peresmian Sultan Buton pertama pada tahun 1538, masjid tertua setelah Masjid Agung Keraton Wolio. Letaknya di atas bukit, di bersahabat Benteng Liya Togo.

Kawasan Masjid Mubarok - Liya
Setelah menikmati daratan Pulau Wangi-wangi yang kaya akan keindahan alam dan budayanya, kesannya kami menikmati indahnya laut Wakatobi yaitu di Sombu Jetty. Spot ini salah satu andalan wisata maritim di Pulau Wangi-wangi. Jaraknya bersahabat dari kota ataupun hotel tempat kami menginap. Hanya kisaran waktu 10 – 15 menit untuk hingga ke Sombu Jetty dengan memakai mobil. Spot yang menjadi andalan Pulau Wangi-wangi ini, selalu ramai dikunjungi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Walau hanya sekedar berenang, snorkeling, menyelam ataupun hanya sekedar sunset. Tidak usah diragukan lagi akan keindahan perairan di Sombu Jetty. Begitu jernih, bening ibarat kaca, mempunyai terumbu karang yang indah. Sangat terlihat terang sekali dari daratan.

Dari dermaga sudah terlihat terang terumbu karang - Sombu Jetty
Sombu Jetty juga cocok untuk pemula yang ingin coba melihat indahnya laut lebih dalam lagi. Saya dan Septi mencoba Discovery Dive, ini pertama kalinya bagi kami yang masih pemula dan belum mempunyai License. Sedangkan Icha mengambil Open Water, alasannya yaitu sudah mempunyai License dan tentunya sudah mengerti wacana ”menyelam”. Sebelum menyelam, sebagai pemula wajib berkenalan sama gear yang akan kita pakai ketika menyelam. Yang pertama itu Air Tank (tabung oksigen), Wetsuit, Fins, Mask & Snorkel, dive boots, dan yang ga kalah penting nih BCD (Bouyancy Compensator Divice) serta perintilan kecil yang ibarat regulator, Pressure & Deep Gauge (alat pengukur isi tabung selama penyelaman dan tingkat kedalaman), serta Weightbelt (pemberat). Kami mendengarkan isyarat dari Dive Master yang akan menemani kami selama di bawah laut. Pelajaran yang singkat wacana menyelam. Semoga aman-aman saja di dalam laut. Banyak istilah-istlah dalam menyelam ibarat Oke, Naik, Turun, Trouble, Jalan, Mengambang, Foto, dan lain-lain. Deg-degan?? Pastinya..karena ini pengalaman pertama saya menyelam.

Bergaya sebelum menyelam
Pas pertama turun dengan seluruh peralatan menyelam lengkap, ribet banget, panik, susah turun ke bawah. Awalnya naik-naik terus ketika sudah di dalam. Mungkin alasannya yaitu panik, jadi pernapasan pun belum teratur. Itu yang sanggup menyebabkan keracunan nitrogen. Akhirnya perlahan-lahan dengan dibantu Dive Master, sanggup juga turun ke bawah. Dari 3 meter, lanjut ke 5 meter, 6 meter dan menuju 9 meter. Sungguh indah, kereeeen abiiiiss, tidak sanggup berkata apa-apa. Terpukau saya melihat berbagai jenis ikan dan terumbu karang banyak sekali bentuk, ada yang datar, landai, cekung dan berbentuk dinding terjal hingga berbentuk gua-gua. Begitu juga bermacam-macam biota lautnya yang mengagumkan, elok dan mempesona. Di ketika saya sudah dalam posisi kondusif dan hening di dalam laut, mulailah saya berfoto-foto. Di ketika itulah, entah kenapa tiba-tiba saya mencicipi sesak nafas, ibarat kehabisan oksigen. Saya pun mulai panik. Saya sudah menawarkan kode ”Trouble”, namun Dive Master menawarkan kode ”Tenang”, tekan hidung kalau indera pendengaran sudah mulai sakit. Bukan itu….rasanya pengen berbicara eksklusif di dalam air dan berkata ”Bang, Dada saya sesak, kehabisan oksigen” benar saja, masker saya lepas ibarat ingin berbicara. Langsung buru-buru saya pasang lagi. Entah berapa liter air laut yang sudah masuk ke verbal saya. Panik..Panik.. dan Panik..itu yang saya alami. Akhirnya saya tetapkan ke atas (walau saya tidak tahu caranya bagaimana). Melihat saya tetapkan untuk naik (dengan cara yang salah), Dive Master pun membantu saya hingga ke atas. Dengan nafas terbata-bata, batuk-batuk alasannya yaitu sudah banyak minum air laut, kesannya saya tertolong juga. Alhamdulillah terima kasih ya Allah. Dive Master menyampaikan “Kalau sudah di dalam laut, jangan kosong pikirannya. Fokus. Dan yang terpenting yaitu jangan panik. Tidak boleh juga eksklusif naik. Ada langkah-langkahnya”. Saya pun hanya membisu dan mendengarkan saja alasannya yaitu dada masih terasa sesak. Pada ketika isyarat wacana istilah-istilah dalam menyelam, memang tidak diberitahukan untuk kode ”Sesak Nafas” (sebut saja istilah nya itu ya…) dan pelajaran menyelam yang singkat. Mungkin terlewatkan wacana hal itu. Satu sisi saya masih pemula, tidak tahu menahu soal meyelam harus berapa meter dulu untuk pemula, dan saya hanya mengikuti Dive Master yang menemani saya selama meyelam. Saya pun tidak liat Pressure & Deep Gauge (alat pengukur isi tabung selama penyelaman dan tingkat kedalaman). Disarankan, kalau masih pemula, jangan hingga terlalu dalam ketika menyelam. Cukup di kedalaman 5 meter saja. Saya menyelam kurang lebih 30 menit.

 
Sombu Jetty, Pulau Wangi-wangi

Menanti sunset di Sombu Jetty yang mempesona, hanya itu yang sanggup menghibur saya untuk mengembalikan energi dan ketenangan dalam diri setelah bencana ketika menyelam tadi. Tapi, matahari terbenam pun tertutup awan tebal. Hanya terlihat semburat pancaran sinar matahari yang akan terbenam meninggalkan kami.

Itulah pengalaman Saya dan kedua sahabat saya (Septi dan Icha) dalam menjelajah Pulau Wangi-wangi, Wakatobi, mulai dari daratan dengan keindahan alam dan budaya hingga keindahan bawah laut Sombu Jetty, Pulau Wangi-wangi. Tidak hanya Pulau nya saja yang indah, masyarakatnya pun ramah dan gampang tersenyum.

Semoga klarifikasi di atas bermanfaat dan menciptakan teman-teman jadi ingin ke Wakatobi. Tak Ada Yang Seindah Negeri Sendiri, Ya Indonesiaku… Tetap jaga kelestarian alam Indonesia ya…


Sumber http://travelafin.blogspot.com/

Tidak ada komentar