Siapa yang tidak kenal dengan suku Baduy?hampir semua orang sudah tahu suku baduy atau minimal pernah mendengarnya. Secara umum suku baduy terbagi dua yaitu suku baduy luar dan . Artikel kali ini akan berfokus membahas . Jarak antara suku baduy luar dan sekitar 3-4 jam berjalan kaki. Suku baduy terbagi kedalam tiga kelompok, Tangtu, Panamping, Dangka. (Wikipedia, 2012)
Suku baduy dalam
terletak di kaki pegunungan kendeng desa Kanekes, kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak- Rangkasbitung Banten. Desa ini merupakan jalur terakhir transportasi umum. Setelah datang di Baduy luar, pertama kali kita wajib lapor ke pimpinan setempat yang di panggil Jaro Pulung, dia bertugas sebagai penghubung antara suku baduy dengan budaya luar. Dari sini kita masih harus melanjutkan perjalanan biar datang di yaitu antara 3-4 jam.
Wilayah Baduy terbagi ke dalam tiga yaitu : Cikeusik, Cibeo, Cikertawana. Menurut beberapa sumber, nama Baduy berasal dari nama sungai yaitu Cibaduy. Dalam versi yang berbeda, nama Baduy yakni panggilan para peneliti belanda yang mengidentikan mereka dengan Baduy Arab, dimana kehidupannya suka berpindah-pindah. Orang baduy bekerjsama lebih nyaman di panggil urang kanekes (orang kanekes).
Populasi masyarakat baduy hingga hari ini di perkirakan berjumlah 5.000 – 8.000 orang. Berbeda dengan baduy dalam, suku baduy luar atau yang sering di panggil dengan Urang Panamping sudah mendapatkan budaya luar. Suku baduy luar berpakain serba hitam serta rumah mereka bertumpu pada batu.
Suku baduy dalam belum mengenal budaya luar dan terletak di hutan pedalaman. Karena belum mengenal kebudayaan luar, masih mempunyai budaya yang sangat asli. Suku baduy dalam tidak mengizinkan orang luar tinggal bersama mereka. Bahkan mereka menolak Warga Negara Asing (WNA) untuk masuk. Makara jikalau sobat-sobat punya sahabat bule, jangan di ajak ke baduy, kasihan mereka nanti harus nunggu di luar. Kemudian suku baduy dalam juga tidak mengizinkan penggunaan kamera.
Suku baduy dalam di kenal sangat taat mempertahankan watak istiadat dan warisan nenek moyangnya. Mereka menggunakan pakaian yang berwarna putih dengan ikat kepala putih serta membawa golok. Pakaian pun tidak berkancing atau kerah. Uniknya, semua yang di pakai yakni hasil produksi mereka sendiri. Biasanya para wanita yang bertugas membuatnya. Suku baduy dalam di larang menggunakan pakaian modern. Selain itu, setiap kali bepergian, mereka tidak menggunakan kendaraan bahkan tidak pakai bantalan kaki dan terdiri dari kelompok kecil berjumlah 3-5 orang. Mereka dihentikan menggunakan perangkat tekhnologi, menyerupai Hp da TV.
Suku baduy dalam mempunyai kepercayaan yang di kenal Sunda Wiwitan (sunda: berasal dari suku sunda, Wiwitan : Asli). Kepercayaan ini memuja arwah nenek moyang (animisme) yang pada selanjutnya kepercayaan mereka menerima imbas dari Budha dan Hindu. Dan jikalau melihat sejarah, kepercayaan ketika ini yakni refleksi kepercayaan masyarakat sunda sebelum masuk agama islam.
Sampai ketika ini, tidak mengenal budaya baca tulis. Yang mereka tahu, ialah karakter hanacaraka (aksara sunda). Anak-anak pun tidak bersekolah, kegiatannya hanya sekitar sawah dan kebun. Menurut meraka inilah cara mereka melestarikan watak leluhurnya. Meskipun semenjak pemerintahan Soeharto hingga kini sudah di adakan upaya untuk membujuk mereka biar mengizinkan pembangunan sekolah, namun mereka selalu menolak. Sehingga banyak dongeng atau sejarah mereka hanya ada di ingatan atau dongeng ekspresi saja.
Selain itu, juga tidak mengenal perkakas menyerupai yang kita tahu misal gergaji, palu, paku. Makara untuk menciptakan rumah, dibentuk dengan menggunakan materi dan alat-alat tradisional. Di ambil dari hutan dan di kerjakan secara gotong royong. Seperti jembatan yang di buat dengan materi bambu, di ikat dengan tali dan memakain pondasi dari pohon sekitar. Terlebih lagi untuk barang-barang elektronik : Hp, Tv, Laptop atau Komputer.
Suku baduy mendapatkan dua kepemimpinan, pertama dari pemerintah, biasanya di pimpin oleh Jaro Pamarentah. Dan pemimpin dari lingkungan mereka sendiri yang di panggil Pu’un. Pu’un yakni pemimpin watak tertinggi di baduy dan terbagi di tiga kampung suku baduy dalam. Jabatan pu’un lebih bersifat turun temurun namun kerabat atau anggota keluarga lainpun bisa menjadi Pu’un. Serta tidak di berikan jangka waktu pasti, tergantung kemampuan Pu’un tersebut memangku jabatan.
Sungai menjadi sumber dan urat nadi kehidupan sehari-hari mereka. Dari mulai mandi, mencuci, MCK semuanya di lakukan di sungai. Teman-teman yang berniat berkunjung ke , persiapkan makanan menyerupai beras, mie instant, sarden dan lain-lain. Nanti para ibu suku baduy yang akan membantu memasaknya. Salah satu kebiasaan yang harus di patuhi masyarakat ialah jam tidur maksimal jam 21:00.
Biasanya jikalau sesuatu terlampau berbeda maka akan menarik perhatian banyak orang. Karena menjadi hal yang unik. Dan di sanalah titik menariknya, terbukti ratusan orang berkunjung dalam satu rombongan ke .
Demikian yang bisa di share terkait Suku Baduy Dalam, semoga bermanfaat. Simak juga artikel terkait lainnya. Terima kasih.
Tidak ada komentar