Jumat, 14 April, aku berdiri sekitar pukul 02.00 dini hari. Sesuai rencana, hari itu aku akan bertolak ke Pahawang. Dan menyerupai yang aku ceritain sebelumnya, buat ke Pahawang ini aku join salah satu travel agent, namanya Funtrip, dan mereka berangkat dari Jakarta sekitar tengah malam dan asumsi hingga di Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 03.00. Alhamdulillah, mereka mau nerima aku yang booking seat pada saat-saat terakhir. Dan untuk trip ke Pahawang ini mereka mematok harga Rp400.000-an, include sewa kapal, penginapan, dan makan, cuman exclude sewa snorkel, goggles, dan fin.
Saya nunggu di pelabuhan hingga sekitar pukul 04.00, gres balasannya temen-temen dari Jakarta datang. Ternyata yang ikut trip tidak mengecewakan banyak juga. Cuman dari hasil ngobrol-ngobrol, rombongan yang jumlahnya banyak itu mereka private trip dari satu perusahaan. So, yah, mereka tentu bikin “geng” sendiri. Sementara yang “officially” ikut open trip cuman sembilan orang, terdiri dari empat couple dan seorang jomblo (thats me, hiks, wkwk..). But I’m fine with that. Dan untungnya mereka orangnya asik-asik, jadi kita dapat cepet akrab, dan kita pun bikin geng tandingan dari si corporate tadi, hahha... Setelah ketemuan di pelabuhan, kami eksklusif bergerak menuju Pelabuhan Ketapang, daerah kita nyeberang ke Pahawang, dan perjalanannya memakan waktu sekitar... I dont know... mungkin 2—3 jam ya. Saya banyakan tidur di jalan sih, hehhe..
Kami hingga di Pelabuhan Ketapang sekitar pukul 07.00/08.00. Suasana di sana tidak mengecewakan rame, mungkin alasannya yakni mau long weekend juga, jadi banyak wisatawan yang mau main ke Pahawang. Begitu sampai, kami sarapan dulu, gres kemudian ganti baju (karena mau eksklusif nyebur). Sekitar pukul 09.00, kapal yang akan kami tumpangi siap, dan kami pun berangkat meninggalkan Pelabuhan Ketapang.
We're ready to go...
Ahh... it was so beautiful. Sepanjang perjalanan, kita dimanjakan dengan pemandangan alam yang luar biasa cantik. Laut biru luas, dengan background pulau-pulau kehijauan. Udah usang banget rasanya ngga melihat “gambar” seindah itu. Dan laut, entah kenapa, menyerupai punya kekuatan magis dan selalu berhasil mempengaruhi saya. Ya meskipun aku ngga dapat berenang, wkwk...
The scenery along the way
Perlahan, kami mulai dikelilingi oleh pulau-pulau kecil. Dan beberapa menit kemudian, kapal kami pun bersandar di sebuah pulau yang menjadi destinasi pertama kami. Pulau Kelagian Lunik, namanya.
Kelagian Lunik Island
Tempatnya indah banget, apalagi jikalau kita menghadap ke laut. Beh, instagram-able lah jikalau kata anak sekarang. Tapi waktu itu, kami ngga keliling usang di pulau tersebut, alasannya yakni tujuan utama kami yakni pengenalan dan percobaan alat-alat snorkeling. Untungnya di geng saya, ada yang udah pernah snorkeling jadi dapat membuatkan ilmu dan pengalaman. Tapi ternyata, ada juga yang gres pertama kali snorkeling, jadi ya alhamdulillah, aku ngga ngerasa “cupu” sendirian, wkwk..
Pretty, right? (Not the person of course, wkwk)
Sekedar informasi, ini yakni PERTAMA KALI aku snorkeling, dan sebagai catatan penting, aku NGGA BISA berenang SAMA SEKALI! Tapi ternyata, snorkeling dapat banget kok buat orang yang ngga dapat berenang. Dan aku bakal bagi tips and trick-nya di posting-an tersendiri (sok-sok an banget ya, padahal penuh drama kemarin, wkwk..)
We were trying our gears
Our happy faces
Singkat cerita, sehabis kami pemanasan pakai alat-alat snorkeling-nya, kami kembali ke kapal dan bergerak menuju spot snorkeling yang sesungguhnya. Huhuhu, aku deg-deg-an sih waktu itu. Waktu percobaan di pantai tadi sih fine-fine aja ya, apalagi masih cetek juga airnya. Tapi pas nyampe di lokasi snorkeling-nya... wedew, sirna sudah ke-fine-an tadi, hahha...
Our first snorkeling spot
Nggak keliatan cyin dasar lautnya. Temen-temen yang lain udah pada nyebur aja dari kapal. Sementara saya, ada kali 10 menit-an buat ngumpulin keberanian, gres berani nyebur, hahha.. Itupun berkat dukungan dan bujukan dari rekan-rekan sekalian. Thanks gaes!
Nyeburrr
(courtesy of funtripstour.com)
Pertama kali masuk laut, eksklusif heboh sendiri. Panik ngga ketulungan.Tapi sekali lagi, berkat pertolongan teman-teman yang budiman, alhamdulillah, sedikit-sedikit mulai dapat tenang. Dari yang pertama berguru mengapung sambil telungkup, terus mengepak-kepakkan fin, hingga yang terpenting menggunakan snorkel dengan benar, ya meskipun tetep sesekali keminum air laut. Tapi yang paling susah, dan masih bikin aku panik, yakni berubah posisi dari telungkup ke berdiri. It was like, I didnt have control of my body, wkwk.. Tapi ya usang kelamaan, balasannya aku dapat menikmati acara snorkeling dan pemandangan bawah laut.
It was so beautiful. Pertama kalinya ngeliat alam bawah bahari dengan mata kepala sendiri. Cuman emang di spot yang pertama ini, ikannya tidak terlalu banyak dan variatif. Tapi temen aku sempet nemuin “Nemo” (Clownfish/Ikan Badut). Nah, yang jadi main attraction di daerah ini yakni goresan pena “Pahawang” yang ada di dasar laut. Kaprikornus kita semua berganti-gantian buat foto underwater di goresan pena itu. Saya sendiri juga ikutan nyoba, tapi tetep pake drama. Soalnya kudu lepas pelampung, padahal aku ngga dapat renang sama sekali. Tapi alhamdulillah, berkat pertolongan mas guide lokal (lupa namanya) yang sudah berjasa untuk mendorong aku ke bawah dan narik ke atas lagi, aku dapat foto juga meskipun hasilnya pas-pas an, haha..
Underwater pic
(courtesy of funtripstour.com)
Next, puas snorkeling ria, kami kembali ke kapal, kemudian bergerak menuju daerah menginap. Lokasinya di Pulau Pahawang Besar. Setelah makan siang dan istirahat, kami lanjut lagi ke spot snorkeling berikutnya, yang mana jadi salah satu primadona di sini, yaitu “Taman Nemo”. Sesuai namanya, di daerah ini kita dapat menemukan lebih banyak ikan “Nemo” dan ikan-ikan lain yang lebih variatif. Cuman waktu itu, yang ikut ke “Taman Nemo” jumlahnya sedikit. Kalo geng open trip sih masih lengkap, cuman dari geng corporate itu yang ikut tinggal 5 orang-an kayaknya. Maklum lah ya, pesertanya rata-rata bapak-bapak dan ibu-ibu yang mungkin sudah kelelahan sehabis snorkeling pertama. So, yah, jikalau buat aku sih, asik juga kalo ngga terlalu rame, hehe...
Our second snorkeling spot
Sekitar setengah jam membelah lautan, balasannya kami hingga si lokasi Taman Nemo. Di sana ternyata udah banyak kapal dan wisatawan yang berkumpul. It was a little bit crowded. Udah kek pasar apung. Pasti gara-gara long weekend, jadi banyak yang liburan ke sini. Saya sama belum dewasa eksklusif aja nyebur, terus keliling buat cari spot “Nemo”-nya. Dan bener sih, alam bawah bahari di daerah ini lebih manis dari yang sebelumnya. Lebih banyak ikan warna-warni dan karang-karang banyak sekali rupa.
Aww pretty, and cute "Nemo"s
Ada satu spot yang jadi konsentrasi para wisatawan, yaitu goresan pena “Taman Nemo” di bawah air. Dan otomatis, semua nunggu giliran buat foto underwater. Memang, di sekitar goresan pena ini banyak banget ikan “Nemo”-nya. Dan tempatnya itu kayak udah ditata sedemikian rupa supaya jadi taman bawah air *cmiiw*. It was beautiful. Cuman aku ngga berani buat foto underwater di sini alasannya yakni tidak mengecewakan dalem goresan pena “Taman Nemo”-nya itu. Ada kali 5 meter-an. Dan jikalau mau ke bawah, (buat yang ngga jago renang) dapat narik tali yang dipasang dan ditambatkan di goresan pena tersebut. Tapi aku ngga berani deh. Mungkin ke bawahnya bisa, tapi mau baliknya ke atas, gimana? Wkwk.. Maybe next time, kalo aku udah dapat renang beneran.
Aww so many Nemo's and other fishes
Saya balasannya keliling-keliling aja di sekitar daerah itu. Alhamdulillah udah dapat snorkeling dengan tenang. Tapi entah kenapa, ketika sedang asik berenang, terus ketemu palung/ceruk yang dalem, aku jadi jiper dan panik sendiri. Haha.. Dan satu hal lagi yang aku sayangkan, aku ngga dapat melihat pemandangan bawah bahari denga terang alasannya yakni mata aku minus. Tapi temen aku ada lho yang punya goggles minus. Wew, I should buy that maybe.
I met this little guy before jumped back to boat
Menjelang sore, kami mengakhiri sesi snorkeling kami, kemudian bergerak menuju Pulau Pahawang Kecil. Di sini, kebetulan waktu itu sedang surut, kita dapat berjalan-jalan menyusuri pasir timbul yang cukup panjang, sambil tentu saja berfoto ria. Selain itu, di sini kita juga dapat menaiki permainan banana boat dan “donat” boat, haha, ngga ngerti namanya tapi bentuknya kayak “donat” bulet besar. Saya sama belum dewasa nyoba naik “donat” ini. Dengan harga Rp30.000-an, kami dibawa berkeliling sambil dipontang-panting kesana-kemari selama kurang lebih 10 menit. Bentar banget sih, but it was fun.
Pasir timbul
Yeehaw, we ride the donut!
Lots of group shots
Apalah
We met this cute local "resident"
Matahari pun perlahan kembali ke peraduannya. Menemani kami yang, sekali lagi, membelah lautan pun untuk kembali ke peraduan kami. Hanya secuil kecil rasa lelah yang aku rasakan. Sebagian besar tergantikan dengan kehagiaan dan kedamaian. Saya dan teman-teman duduk di atap kapal. Menikmati pemandangan matahari terbenam, serta semilir angin yang bertahap mengeringkan badan berair kami. Ah... that was so peaceful. Salah satu momen paling nyaman yang pernah aku rasakan. Saya bersyukur masih diberi nikmat sehat, nikmat hidup, untuk menikmati keindahan ciptaan Tuhan. This makes me feel like... I WANNA TRAVEL FOREVERRR!☺
Embrace the sunset
Malam harinya, kami bersantai di penginapan, sambil makan malam, terus lanjut main kartu. It was fun. Meskipun aku sendirian di antara para couple ini, hahha.. But yeah, I’m grateful to travel with them. Menjelang tidur, kami masih makan lagi ikan bakar dari travel agent kami, gres kemudian program pelepasan lampion, tapi sayang aku ngga ikut alasannya yakni udah tepar, wkwk..
Keesokan hari yakni hari terakhir perjalanan kami di Pahawang, sekaligus hari terakhir aku di Lampung. Dan perjalanan pulang itu diwarnai banyak sekali halangan dan cobaan buat saya. So, stay tune!
Sumber http://ferydyan.blogspot.com
Tidak ada komentar