Hujan turun ketika kapal kami bergerak meninggalkan lokasi Rumah Nenek. Entah mengapa, suasana menjadi sedikit mistis. Mungkin alasannya ialah sebelumnya kami sedang bercerita wacana tulah rubuhnya Rumah Nenek. Kami sempat berspekulasi bahwa hujan waktu itu masih merupakan buntut dari tulah tersebut, hehe..
Anyway, tujuan kami selanjutnya adalah Gua Allo. Salah satu gua yang kerap kali masuk dalam itinerary saat kita berkunjung ke Sombori. Dan ternyata bentuk gua ini cukup unik lho!
Anyway, tujuan kami selanjutnya adalah Gua Allo. Salah satu gua yang kerap kali masuk dalam itinerary saat kita berkunjung ke Sombori. Dan ternyata bentuk gua ini cukup unik lho!
Perjalanan menuju Gua Allo memakan waktu sekitar 20 menit dari Rumah Nenek. Dan ketika hingga di sana, aku cukup terkejut dengan kondisi goa tersebut.
Gua Allo terletak persis di tepi laut. Kaprikornus mau tidak mau, kita harus basah-basahan untuk sanggup memasuki gua ini. Sebenarnya di bersahabat situ ada pantai, dan kita sanggup lewat pinggir-pinggirnya untuk masuk ke gua. Tapi alasannya ialah area lautnya dangkal, dan banyak karang yang menyebar, jadi kapal tidak sanggup merapat hingga ke pantai. Apalagi jikalau airnya surut, bisa-bisa kapalnya makin ke tengah “parkir”-nya.
Approaching Gua Allo |
Kami pun satu per satu nyemplung ke bahari untuk berenang/berjalan menuju verbal gua. Saya yang ngga sanggup berenang (sama sekali), tidak mengecewakan jiper juga pas mau loncat dari kapal. Sebenernya ngga dalam-dalam amat, cuman kalo posisi kita di atas kapal terus ngeliat ke bawah itu kan agak-agak gimana gitu yha..
Namun kerana didukung dengan semangat yang tinggi, ditambah dorongan dari teman-teman lain di belakang (yang pada ngantri), kesannya aku nyebur juga. Dan jalan ke goanya itu tidak mengecewakan susah ya. Selain alasannya ialah karangnya tajam-tajam, ombak waktu itu juga tidak mengecewakan kenceng. Ditambah hujan pula.
Gua Allo (courtesy of @dentajaya) |
Gua Allo sendiri dalamya tidak terlalu luas, tapi tidak mengecewakan tinggi. Di pintu masuk gua, ada semacam cekungan yang terisi oleh bahari sehingga tampak menyerupai kolam renang alami. Kalau kita bergerak lebih dalam, kita akan menemukan tangga sederhana dari papan kayu, yang akan mengarahkan kita menuju kolam yang lebih besar dan kayaknya dalem sih. Kalau waktunya pas, kolam tersebut akan diterangi oleh berkas-berkas cahaya matahari dari atas gua. Berhubung waktu itu mendung bin hujan, jadi ya kolamnya keliatan gelap & so creepy.
Gua Allo "natural pool" (courtesy of @dentajaya) |
In front of Gua Allo (courtesy of @dentajaya) |
Behind the scene (courtesy of @dentajaya) |
Puas menjelajah gua, kami bergerak menuju spot berikutnya, yaitu Air Kiri. Tempat ini sebenernya gosong alias pasir timbul gitu ya. Pasirnya halus dan pemandangan sekitar juga cantik, dengan tebing-tebing karst-nya. Lokasi yang cocok untuk beristirahat sembari menikmati makan siang. Air di sekitar sini juga jernih, jadi jikalau mau snorkeling sanggup banget.
Nah, kawasan ini diberi nama Air Kiri (berdasarkan yang aku baca) alasannya ialah dari dinding tebing di bersahabat pantai ini, ada sebuah lubang yang jikalau kita masukin tangan ke dalamnya, ada tetesan air dan rasanya tawar. Karena bentuk lubangnya “membelok” ke kanan, maka akan lebih pas jikalau tangan kiri yang kita masukkan. So, jadilah namanya Air Kiri. Katanya sih begitu yha, aku sih ngga nyoba sendiri waktu itu.
Sorry for my modeling-urge (courtesy of @dentajaya) |
Kelar makan siang, kami sempat mampir ke Pulau Mbokkita lagi, alasannya ialah ternyata makan siang yang kami bawa jumlahnya kurang untuk awak kapal. Kaprikornus mereka cari makan di Pulau Mbokkita. Sambil nunggu, ada teman-teman yang snorkeling di sekitar pulau. Tapi aku lagi males buat nyebur, jadi aku jalan-jalan keliling pulau.
Spot terakhir yang kami kunjungi hari itu ialah Sombori Hill. Tempat ini merupakan bukit karang dimana dari puncaknya, kita sanggup melihat keindahan pemandangan Sombori yang menyerupai Kepulauan Raja Ampat itu. Sebenernya di hari itu, ada beberapa kawasan lain yang mestinya sanggup kami kunjungi, cuman berhubung kami sanggup kapal yang jalannya lamaak banget, ditambah cuaca yang ngga mendukung, dan juga semoga ngga malem-malem hingga di penginapan, kesannya ya our final destination ialah Sombori Hill ini.
Untuk menuju puncak Sombori Hill ini tidak gampang lho pemirsa. Batu karangnya tajam-tajam banget, terus jalurnya sempit, jadi harus ekstra hati-hati dalam menentukan pijakan. Alangkah baiknya kita mengenakan ganjal kaki yang sesuai dan protektif, alasannya ialah bahaya tergores karang tidak hanya berasal dari bawah, tapi juga dari samping-samping. Dan jalannya juga harus ekstra sabar ya, jangan grusak-grusuk, apalagi jikalau pas rame banget. Harus saling membantu dan menjaga satu sama lain.
Sesampainya di atas, semua halangan & rintangan yang kita lalui, akan terbayar dengan pemandangan yang indah!
What a great way to end the day...
Perjalanan aku masih berlanjut lho, di hari terakhir aku berada di Labengki-Sombori.
(previous part, read here | next part, read here)
(previous part, read here | next part, read here)
________________
Epilog:
Malam harinya, ketika kami di penginapan, terjadi perdebatan kecil antara kami dan kru open trip. Saya cuman dengerin aja sih. Masalahnya ya seputar kapal kami yang kondisinya buruk, sehingga harus melewatkan beberapa spot yang ada di itinerary. Itu memang hak kita ya untuk protes jikalau memang merasa dirugikan oleh alasan-alasan di luar force majeur. Akhirnya sehabis berdiskusi dengan pemilik operator trip, kami pun diberikan cashback Rp100.000/orang (yang kesannya kami kasih ke kru kapal buat tip). Dan di hari terakhir besok, kami akan diberikan satu spot suplemen yang sebenernya ngga ada di itinerary.
Thanks-List:
YOU, for reading this! :)
Sumber http://ferydyan.blogspot.com
YOU, for reading this! :)
Tidak ada komentar