The last day of our trip...
Selalu ada perasaan duka ya pabila akan mengakhiri sebuah perjalanan. Karena segera setelahnya, kita harus berpisah dengan kawan-kawan dan kembali ke dunia “nyata”. Kembali mengais rupiah demi rupiah untuk kehidupan perjalanan berikutnya. Namun kala itu, kesedihan makin bertambah! Sebab kami akan kembali terombang-ambing, di tengah lautan, selama... LIMA JAM!
Lagi. Seperti waktu kami berangkat di hari pertama.
Hmm.. memikirkannya saja sudah membuatku menderita.
Anyway, hari itu kami mengujungi satu spot terakhir di daerah Labengki-Sombori, dan satu spot “tambahan” di akrab Kendari. Mau tau apa aja tempatnya?
So, here where the story continues...
Malam sebelumnya, kami setuju untuk berangkat ke spot terakhir, sekaligus perjalanan pulang, pukul 07.00 pagi. Teng! Pokoknya jam segitu udah harus berangkat. Bukan siap-siap lagi. Mengingat kapal kami yang jalannya “super cepat” yakhan. Dan untuk memanfaatkan hari terakhir itu, sembari menunggu waktu berangkat, kami berencana jalan-jalan keliling Labengki Kecil dan mampir di sebuah mercusuar yang ada di balik pulau.
Pukul 05.00 pagi, di tengah kegelapan dan dinginnya kala itu, kami berjalan menuju mercusuar. Di sana udah tersedia jalan/trek semen yang mengarahkan kita keliling pulau. Makara lezat lah buat jalan-jalan. Cuman ya berhubung masih gelap jadi ngga keliatan apa yang kita injak, kerana sejatinya banyak “chocochip” kambing berantakan dimana-mana.
Sekitar 10-15 menit jalan kaki, kami pun kesudahannya hingga di sebuah pantai. Dan di sebelah kiri kami ada sebuah bukit karang kecil dengan tangga untuk menuju puncaknya. Di puncak itulah si mercusuar bertengger.
The lighthouse |
Sesampainya di atas, ternyata kondisi mercusuarnya udah terbengkalai ya. Cocok untuk dijadikan lokasi uka-uka. Banyak tembok yang mengelupas, berlubang, dan pintunya pun sudah “disegel” dengan semen, jadi kita ngga sanggup masuk, apalagi naik ke puncak mercusuar. Makara ya, kami kesudahannya diem-diem aja disitu sambil menunggu matahari terbit. Meskipun langit waktu itu juga mendung. Mana banyak nyamuk pula!
Sesaat sesudah mentari terbit, kami turun ke pantai. Main-main bentar, sambil foto-foto. Baru kemudian balik ke penginapan.
The beach near the lighthouse |
Pukul 07.00 tepat, kami pun berpamitan ke pemilik homestay, dan sekalian ibuk-ibuk juru masak yang ngurusin kami selama dua tiga hari di rumah itu. Best credit banget untuk mama mama ini alasannya ialah masakannya lezat semua! Aselik.
So, off we go. Sampai jumpa lagi Labengki Kecil!
Seeya again |
Spot terakhir di Labengki-Sombori yang akan kami kunjungi waktu itu namanya Blue Lagoon. Jaraknya ngga terlalu jauh dari Labengki Kecil. Sekitar 20 menit berlayar (satuan waktu kapal kami). Jalannya ke arah Labengki Besar terus belok kanan (kek yang tau aja)
A race we'll never win |
Mendekati lokasi, kami pun disambut dengan perairan berwarna biru muda yang super cantik!
Saya kira udah hingga di Blue Lagoon-nya, tapi ternyata, laguna tersebut ada di balik sebuah dinding karang yang ada di sana. Wow.
The wall "protecting" Blue Lagoon |
Dari semua karang-karang yang pernah dilewati selama di sana, aku rasa karang di Blue Lagoon ini yang paling tricky untuk didaki. Bentuk-bentuknya ngga beraturan, tajem sudah tentu, pijakannya sempit, jadi harus ekstra hati-hati. Namun, jikalau kita sudah berhasil mencapai sisi lainnya, kita akan disuguhkan dengan kecantikan Blue Lagoon yang sesungguhnya!
Careful, careful! |
Blue Lagoon (courtesy of @dentajaya) |
So pretty, right? Di sini kalo mau nyebur juga sanggup lho. Tapi kami waktu itu mau foto-foto aja, dan you know, mau foto aja di sini susah banget lho jalannya. Kalau salah berpijak, alamat..
Blue Lagoon (courtesy of @dentajaya) |
Di tengah kami foto-foto, ada rombongan lain yang dateng dan kesudahannya menambah sesaknya tempat itu. Guide kami juga udah nyuruh bergegas semoga ngga kesiangan pulangnya. So yeah, kami pun beranjak pergi dan bersiap untuk mengarungi lautan selama lima jam ke depan. Heft.
The pain starts now |
It was a looong loooong sail.
Dari yang kita posisi duduk, senderan, sampe gegoleran di lantai kapal. Ombak juga kadang tidak mengecewakan gede sampe nyiprat-nyiprat ke dalam. Beberapa dari kami pun kesudahannya menerima jackpot mabok laut, kerana tak kuasa menahan goyangan-goyangan kapal.
Land! |
Suasana terasa segar kembali ketika kemudian terlihat daratan di kejauhan. Itu artinya kami segera sampai! Yey.
More land! |
Dan sebelum merapat kembali di dermaga Desa Bajo, kami mampir dulu di destinasi “tambahan” hari itu, yaitu Pulau Bokori.
Bokori Island |
Pulau ini emang keliatan banget sih bener-bener dirawat dan dipoles sedemikian rupa untuk dijadikan destinasi wisata. Waktu kami kesana , masih terlihat beberapa pembangunan yang berjalan, menyerupai cottage-cottage “terapung” ala-ala Maldives gituh. Pantainya juga terbilang bersih, banyak wahana permainan kayak banana boat, dsb. Cocok lah untuk liburan singkat keluarga. Dan memang waktu itu rame banget pengunjung disana. Ada yang rombongan kantor & sekolah juga sepertinya.
Tapi yang disayangkan sih saluran air higienis ya. Di sana ada kayak pancuran buat bilas (sehabis berenang) tapi airnya ngga keluar. Dan untuk ke toilet pun, kita masih harus beli air botolan sekitar Rp2.000 per botol 1,5 liter.
Di Pulau Bokori ini, kami beristirahat sambil makan siang. Dan menjelang sore hari, kami pun beranjak menuju dermaga Desa Bajo dan ke bandara deh buat pulang. Tapi sebelumnya jangan lupa ya beli buah tangan khas Kendari, yaitu kacang mete dan aneka olahan hasil bahari lain untuk keluarga dan teman-teman tercinta di rumah.
Seeya |
Sekian. Terima Kasih
(previous part, read here)
Thanks-List:
@dentajaya, for the pics
YOU, for reading this! :)
Sumber http://ferydyan.blogspot.com
(previous part, read here)
Thanks-List:
@dentajaya, for the pics
YOU, for reading this! :)
Tidak ada komentar