Hari Kedua di Labengki-Sombori! So excited, alasannya hari ini kami akan mengunjungi salah satu spot paling ngehits di sini. Yang fotonya udah buanyak banget berseliweran di Instagram. Apalagi bila bukan “Rumah Nenek”! Sedikit spoiler (seperti judul goresan pena ini), ternyata waktu kami ke sana kondisi rumah tersebut sungguh mengenaskan. Dan kejadiannya paaas banget sebelum kami ke sana!
So here’s the story...
Sebenernya ini rumah siapa sih? Terus nenek siapa yang tinggal di sini? Pertanyaan itulah yang selama ini menggantung di pikiran saya. Saya sudah sering melihat orang berfoto di tempat ini dan sangat ingin tau gimana tempat aslinya.
Off we go |
Kami berangkat dari Labengki Kecil sekitar pukul 07.30, dan masih memakai kapal yang sama (red: kapal keong). Sebelum menuju tempat Sombori, terlebih dulu kami mengunjungi Pulau Mbokkita, alasannya semua pengunjung harus mengisi daftar kunjungan di sini. Makara semacam ijin manajemen gitu. Saya ngga tau bayar apa engga, alasannya semua (seharusnya) sudah diurus oleh pihak penyelenggara open trip.
Enroute to Mbokkita Island |
Perjalanan menuju Pulau Mbokkita memakan waktu hampir 2 jam. Mungkin bila kapal “normal” dapat sejam-an ya. Pagi itu cuaca juga sedikit mendung, dengan ombak bahari yang agak gede. Beberapa kali kami kecipratan air dari samping kapal. Berasa lagi pake shower.
Seagulls on cloudy sky |
Ada satu momen yang menarik di perjalanan itu. Saat mendekati Pulau Mbokkita, kami melihat sekumpulan burung yang gede-gede banget ukurannya. Kayaknya Burung Camar sih ya. Mereka lagi melayang-layang di udara, dan sesekali menukik ke arah laut. Wah, berati di sana lagi banyak ikan kecil ya. Daaan yang paling exciting, tiba-tiba kami melihat ada yang melompat di permukaan air!
Yup,itu Lumba-Lumba!
Dolphins! |
Waah beruntung banget dapat ketemu Lumba-Lumba di sini. Dua kali lho!
Kami hingga di Pulau Mbokkita sekitar pukul 09.15, dan pribadi diarahkan menuju Kantor Kepala Desa untuk menuliskan nama di daftar pengunjung. Menurut informasi, rombongan kami yaitu rombongan ke-enam di hari itu. Hmm... udah tidak mengecewakan rame ya. Siap-siap buat ngantri deh nanti di spot-spotnya.
Arrived in Mbokkita Island |
Btw, di pulau ini ada rumah-rumah penduduk yang terapung gitu gaes. Ngga terlalu banyak sih. Tapi ngga tau lagi ya bila masuk ke dalam pulau sana, masih ada rumah lain atau engga. Selain itu, di sini juga ada warung-warung yang menjual makanan berat, minuman, dan cemilan-cemilan.Ada toilet umum juga. Pakainya gratis, tapi airnya beli! Haha.. Kalau ngga salah Rp5.000 sebotol 1,5 liter. Makara bila mau full “gratis” ya bawa air sendiri lah buat pipis, hehe..
Kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Rumah Nenek. Dan pemandangan di sepanjang jalan itu...gils keren banget sih!
Enroute to Rumah Nenek |
Kita seakan diajak kembali ke zaman purbakala. Di kanan kiri berjajar pulau-pulau karang besar yang ditumbuhi lebatnya pepohonan. Sunyi...senyap...hanya ada bunyi angin, riak air, dan mesin kapal. Udah berasa di Jurassic Park gitu loh.
View along the way |
Beberapa ketika kemudian, dari kejauhan tampaklah beberapa rumah terapung. Dan ternyata, kami sudah hingga di Rumah Nenek!
Approaching Rumah Nenek |
Saat hendak merapat, kami pribadi di sambut oleh sesosok perempuan paruh baya, hmm, ngga ding, perempuan berusia lanjut lebih tepatnya, hehe.. Dan dia ini ternyata sang “nenek” yang punya “Rumah Nenek” itu! Waaw. Akhirnya dapat ketemu pribadi sama sang nenek yang selama ini membuatku penasaran.
Hello, Nek! |
Makara si nenek ini sudah berusia ±100 tahun (tapi katanya berubah-ubah sesuai mood-nya) dan dia telah tinggal di sini semenjak zaman penjajahan. Kondisinya dapat dibilang tidak mengecewakan sehat ya. Masih dapat berkegiatan, cuman agak ada sedikit gangguan di penglihatan. Namun yang paling menciptakan kami tekejut, dia bercerita bila semalam rumah di sebelahnya, yakni rumah yang selama ini jadi spot foto... AMBRUK!
So sad |
Ya Allah..Sedih banget loh. Padahal pengen banget mengunjungi rumah ini. Tapi syukurlah nenek-nya ngga papa.
Makara semalam memang ada hujan deras dan angin. Saya yang lagi tidur di homestay juga menyadarinya. Dan di tengah malam, si nenek katanya mendengar bunyi keras. Eh, ternyata bunyi itu berasal dari rumah di sebelahnya yang rubuh. Hiks.. Untung ketika itu si nenek lagi ada di rumah utama (sebelahnya).
I'm glad Nenek was okay |
Namun, ada dongeng lain dari guide kami. Katanya, sebelum kami ke sana, ada pengunjung yang “nakal”. Mereka telah melanggar sebuah larangan di tempat Rumah Nenek itu. Jadi, di ujung teluk di area tersebut, ada sebuah celah yang kata guide-nya ngga boleh dimasukin/dilewatin. Eh, tapi si turisnya malah kekeuh main ke sana. Akhirnya, mungkin sang “penunggu” murka dan turunlah tulah berupa hujan topan yang hasilnya menenggelamkan Rumah Nenek!
That was the "forbidden" area |
Terlepas betul atau tidak, sudah seyogyanya kita sebagai “tamu” harus meghormati segala hukum dan larangan yang ada di tempat tujuan kita ya gaes.
Meskipun sedih, kami tetap terhibur dengan pemandangan indah nan eksotis yang ada di sekeliling Rumah Nenek. Perbukitan karst yang menjulang dengan dihiasi lebatnya pepohonan hijau. What a breathtaking view!
Lautnya jernih berwarna biru-tosca yang begitu mengundang untuk diceburin. Di sini kita dapat snorkeling juga lho.
Belum lagi suasana di sini yang sunyi, tenang, dan damai. Karena memang lokasinya yang dapat dibilang terpencil.
So that was my trip to Rumah Nenek. It was sad, but happy at the same time. Saya harap sih ada pihak yang membantu pembangunan Rumah Nenek supaya pengunjung tetap tertarik untuk ke sana dan neneknya ngga kesepian, hehe..Dari sini, kami masih akan melanjutkan perjalanan menuju spot lain di Sombori yang tidak kalah cantiknya.
(previous part, read here | next part, read here)
(previous part, read here | next part, read here)
YOU, for reading this! :) Sumber http://ferydyan.blogspot.com
Tidak ada komentar